Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam Kasus PT.

207 Menurut penulis, selain UV, Herry Wijaya juga melakukan pelanggaran terhadap fiduciary duty, khususnya duty of fair dealing, yaitu “melakukan transaksi antara dua Perseroan dengan Direksi yang sama”. Tidak fair nya tindakan Herry Wijaya terletak pada posisinya sebagai Direktur Utama pada Pemohon juga sebagai Presiden Direktur pada Pemohon menimbulkan conflict of interest. Selain itu, Herry Wijaya merupakan selain sebagai Direktur Utama, juga sebagai pemegang saham mayoritas pada Termohon. Peminjaman dana senilai US 1,250,000 kepada Termohon dilakukan atas alas hak yang sah, karena Herry Wijaya bertindak sebagai Direksi Pemohon, namun tindakan tersebut tidak fair, karena tindakan tersebut mengakibatkan benturan kepentingan terhadap kedua Perseroan tersebut. Tindakan UV dan SD yang dilakukan oleh Herry Wijaya sebagai Anggota Direksi Termohon, merupakan dasar pemberlakuan tanggung jawab pribadi terhadap hutang kepada Pemohon, sesuai dengan doktrin piercing the corporate veil.

e. Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam Kasus PT.

Heradi Utama vs PT. Central Total Finance Organ Perseroan yang terkait dalam kasus ini adalah Anggota Direksi Termohon PT. CTF. Anggota Direksi tersebut telah melakukan tindakan ultra vires. Tindakan yang dimaksud adalah “penerbitan surat 208 sanggup Nomor 00666 dan No. 00667 terhadap kreditur kedua PT. Intidana Adimandiri” yang tidak mendapat persetujuan Anggota Dewan Komisaris Termohon pelanggaran terhadap Anggaran Dasar Perseroan. Pelanggaran ini “disahkan” oleh Termohon, sehingga Anggota Direksi tersebut tidak bertanggungjawab secara pribadi. Menurut penulis, tindakan ultra vires oleh Anggota Direksi tersebut bisa “dilindungi” dengan doktrin business judgement rule apabila tindakan Anggota Direksi tersebut terbukti memiliki unsur:  dasar-dasar yang rasional rational basis yang kuat dalam rangka kepentingan Perseroan  dilakukan dengan cara yang layak dipercayai reasonable belief sebagai yang terbaik best interest bagi Perseroan. Rational basis dan reasonable belief memiliki batas yang tidak jelas. Menurut penulis, yang bisa menilai rational basis dan reasonable belief ini atas tindakan ultra vires Direksi, hanyalah Perseroan tempat Direksi menjabat. Artinya selama Perseroan tempat Direksi menjabat tersebut menilai tindakan ultra vires Direksi tersebut sesuai dengan rational basis “dalam rangka kepentingan Perseroan” dan rational belief “sebagai yang terbaik bagi Perseroan” maka tindakan tersebut bisa dilindungi dengan business judgement rule. Derajat kesesuaian antara tindakan ultra vires Direksi 209 dengan kepentingan Perseroan, hanya bisa diukur oleh Perseroan sendiri, sejauh mana tindakan tersebut melampaui batas kewenangan, namun dilakukan untuk kepentingan Perseroan. Dengan demikian, tanggung jawab Anggota Direksi dalam kasus ini yang seharusnya merupakan tanggung jawab pribadi karena melakukan tindakan ultra vires, menjadi tanggung jawab sesuai kewenangannya sebagai Direksi karena tindakan ultra vires Direksi dianggap sebagai tindakan yang sesuai dengan kepentingan Perseroan; dilindungi doktrin business judgement rule.

f. Tanggung Jawab Organ Perseroan dalam Kasus PT.