PROGRAM UTAMA IDSS_MP

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. INDUSTRI SUSU

Berdasarkan data Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian PPHP, Departemen Pertanian Deptan, produksi susu nasional hanya menutupi 25 dari kebutuhan susu nasional sehingga 75 kebutuhan susu lainnya ditutupi melalui impor. Walaupun tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah akan tetapi produksi susu nasional pun ikut rendah. Oleh karena itu, KPBS merupakan salah satu industri susu yang berbasis koperasi yang terus berupaya untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia. KPBS memiliki kurang lebih 3000 peternak binaan yang siap untuk menyetorkan susu segar setiap pagi dan sore sehingga produksi susu dapat meningkat. KPBS memproduksi 2 jenis susu yaitu susu dingin dan susu pasteurisasi. Susu dingin merupakan susu segar yang diproses sehingga menghasilkan susu dengan suhu 4 C dan didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu IPS untuk dijadikan susu cair pasteurisasi, susu bubuk ataupun susu kental manis. Susu pasteurisasi merupakan susu segar yang diolah menggunakan teknologi pasteurisasi. Teknologi pasteurisasi yang digunakan oleh KPBS adalah HTST High Temperature Short Time, produk yang dihasilkan dengan teknologi ini terdiri dari dua jenis yaitu susu prepack dan susu cup. Produk, diagram alir proses produksi dan satndar mutu produk di KPBS Pangalengan dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 5.

B. PROGRAM UTAMA IDSS_MP

Pengendalian produktivitas sangat berguna di semua industri, salah satunya adalah industri susu. Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistika tahun 2008, jumlah produksi susu di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi susu nasional sehingga kita masih harus mengimpor susu dari luar negeri. IDSS_MP adalah suatu paket program komputer yang terintegrasi dengan beberapa model yang saling terkait yang berguna untuk mengendalikan produktivitas pada industri susu. IDSS_MP dirancang sebagai suatu alat pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah produktivitas yang terjadi di industri susu dan dapat digunakan oleh para manajer pabrik sehingga produksi susu dalam negeri dapat meningkat. IDSS_MP terdiri dari sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model, sistem manajemen basis pengetahuan, sistem manajemen dialog dan algoritma genetika. IDSS_MP tersusun dari 9 model antara lain model total output, 5 model perhitungan produktivitas parsial tenaga kerja, bahan baku, energi, mesin dan pengeluaran lainnya, model total produktivitas, model sistem pakar untuk konsultasi kepada pakar mengenai masalah produktivitas yang sedang terjadi dan yang terakhir adalah model perencanaan penentuan jumlah karyawan bagian pengemasan yang didasarkan kepada jumlah pesanan selama 6 bulan dengan menggunakan metode algoritma genetika. Verifikasi program ini dilakukan di MT KPBS Pangalengan, Bandung Selatan. MT KPBS memproduksi 2 jenis susu yaitu susu dingin dan susu pasteurisasi prepack dan cup dan data penjualan produk tersebut tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Penjualan Susu di MT KPBS Tahun 2008 Susu Dingin IPS Susu Prepack Susu Cup Januari 2008 3.204.725,32 kg 186.942 pack 545.207 cup Februari 2008 3.182.069,04 kg 165.757 pack 352.511 cup Maret 2008 3.265.916,03 kg 177.284 pack 374.955 cup April 2008 3.247.378,08 kg 185.473 pack 370.880 cup Mei 2008 3.535.251,01 kg 216.997 pack 404.444 cup Juni 2008 3.488.669,00 kg 188.739 pack 387.662 cup Sumber: KPBS Pangalengan, 2008 Halaman utama pada program IDSS_MP adalah menu Home, dimana pada menu ini pengguna dapat menentukan model mana yang akan digunakan. Akan tetapi, untuk memulai menghitung produktivitas pada bulan tertentu maka pengguna harus memilih Total Output sebagai langkah awal untuk memulainya. Model Total Output merupakan model awal untuk menghitung produktivitas. Pengguna tidak akan dapat menghitung produktivitas parsial apabila pengguna belum menghitung total outputnya pada bulan tersebut. Setelah menghitung total output maka kita dapat melanjutkan untuk menghitung produktivitas parsial antara lain produktivitas tenaga kerja, produktivitas bahan baku, produktivitas energi, produktivitas mesin dan produktivitas pengeluaran lainnya. Apabila semua model produktivitas parsial telah dilakukan perhitungan maka tahap selanjutnya adalah menghitung Total Produktivitas yang merupakan gabungan dari produktivitas parsial antara lain produktivitas tenaga kerja, produktivitas bahan baku, produktivitas energi dan pengeluaran lainnya. Tahap selanjutnya adalah konsultasi pakar. Pada tahap ini kita membandingkan indeks produktivitas parsial pada bulan ini dengan bulan sebelumnya sehingga dapat diketahui apakah produktivitas parsial turun atau naik. Apabila turun maka kita melanjutkan ketahap berikutnya yaitu membandingkan nilai output dan inputnya setelah itu kita mendapatkan solusi dari pakar tentang apa yang harus kita lakukan untuk memperbaikinya agar produktivitas dapat naik. Model berikutnya adalah model penentuan jumlah karyawan pengemasan. Model ini menggunakan metode algoritma genetika untuk mendapatkan kombinasi antara penggunaaan jam lembur atau penambahan jumlah karyawan magang berdasarkan jumlah pesanan selama 6 bulan. Tampilan menu Home program IDSS_MP dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Tampilan Menu Home IDSS_MP

C. SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL