mempengaruhi proses akuisisi, misalnya dalam sistem yang berbasisi kaidah maka representasi pengetahuan dalam bentuk kaidah.
d. Tahap implementasi Tahap ini mencakup pemrogaman pengetahuan ke dalam
komputer, perbaikan struktur dan penambahan pengetahuan baru. e. Tahap uji coba
Tahap ini menguji coba basis pengetahuan dengan kasus-kasus yang ada sesuai dengan tujuan pengembangan sistem pakar.
Selain itu, sistem pakar juga memiliki 3 metode utama dalam akuisisi pengetahuan yaitu:
a. Wawancara Metode ini melibatkan pembicaraan dengan pakar secara
langsusng dalam suatu wawancara. Terdapat beberapa bentuk wawancara yang dapat digunakan, yaitu contoh masalah pakar
dihadapkan dengan suatu masalah nyata, wawancara klasifikasi untuk memperoleh wawasan pakar untuk domain permasalahan
tertentu, wawancara terarah pakar dan knowledge engineer mendiskusikan domain dan acara penyelesaian maslah dalam tingkat
yang lebih umum dari 2 metode sebelumnya dan diskusi kasus dalam konteks dari sebuah prototipe sistem.
b. Analisis protokol Pakar diminta untuk melakukan suatu pekerjaan dan
mengungkapkan proses pemikirannya dengan menggunakan kata-kata. Pekerjaan tersebut direkam, dituliskan dan dianalisis.
c. Observasi pada pekerjaan pakar Dalam metode ini, pekerjaan dalam bidang tertentu yang
dilakukan pakar direkam dan diobservasi.
4. User Interface
Digunakan sebagai media komunikasi antara pemakai terhadap sistem.
5. Fasilitas Penjelasan
Komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan sistem pakar. Komponen ini menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai.
Faktor kepastian certainty factor merupakan nilai parameter klinis yang diberikan untuk menunjukan besarnya kepercayaan. Certainty factor
didefinisikan sebagai berikut Kusrini, 2006:
CFH,E = MBH,E – MDH,E
CFH,E : certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala evidence E berkisar antara -1 ketidakpercayaan mutlak
sampai dengan 1 kepercayaan mutlak. MBH,E : ukuran kenaikan kepercayaan terhadap hipotesis H yang
dipengaruhi oleh gejala E. MDH,E : ukuran kenaikan ketidakpercayaan terhadap hipotesis H yang
dipengaruhi oleh gejala E.
Tabel 4. Aturan MYCIN untuk Mengkombinasikan Evidence dan
Antecedent Evidence E
Antecedent Ketidakpastian
E1 DAN E2 min[CFH,E1, CFH,E2]
E1 OR E2 max[CFH,E1, CFH,E2]
TIDAK E - CFH,E
Sumber: Kusrini, 2006
Bentuk dasar certainty factor sebuah aturan JIKA E MAKA H sebagai berikut:
CFH,e = CFE,e CFH,E
CFE,e : certainty factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e CFH,E : certainty factor hipotesis dengan asumsi evidence diketahui
dengan pasti, yaitu ketika CFE,e = 1 CFE,e : certainty factor hipotesis yang dipengaruhi oleh evidence e
Jika semua evidence pada antecedent diketahui dengan pasti maka rumusnya akan menjadi:
CFH,e = CFH,E
dengan nilai certainty factor hipotesis pada saat evidence pasti adalah:
CFH,E = CFH, E1 ∩ E2 ∩ E3 E.
PRODUKTIVITAS
Di dalam ilmu ekonomi, produktivitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan keluaran dan segala pengorbanan biaya untuk
mewujudkan hasil tersebut masukan. Pada umumnya, nisbah ini berupa suatu bilangan rata-rata yang mengungkapkan hasil bagi antara keluaran total
dan angka masukan total dari beberapa kategori barang dan jasa Nasution, 2004. Sedangkan produksi terfokus pada kegiatan membuat barang atau jasa.
Menurut Sinungan 1995, produktivitas merupakan hubungan antara hasil nyata maupun fisik barang atau jasa dengan masukan sebenarnya.
Produktivitas merupakan ukuran kemampuan individu, kelompok maupun organisasi perusahaan. Tujuan utama dari produktivitas adalah
mengurangi hal-hal yang tidak diperlukan sehingga suatu perusahaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengukuran produktivitas dapat
dilaksanakan dengan 3 cara yaitu:
1. Produktivitas total