Southern Oscillation Indek SOI

2.1.2. Southern Oscillation Indek SOI

SOI yang mengacu pada perbedaan tekanan atmosfer antara Tahiti di Timur pasifik bagian ekuator dan Darwin di pantai utara Australia. Semakin negative nilai SOI berarti semakin kuat kejadian panas El-Nino, sebaliknya semakin positif nilai SOI semakin kuat kejadian dingin La-Nina Boer, 1999. 2.2. Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia Pada Samudera Hindia, bentuk penyimpangan iklim yang menyerupai El Nino dan La Nina, yang dikenal dengan istilah Indian Ocean Dipole IOD. Mode Dipole India atau dikenal sebagai IOD yang merupakan anomali temperatur permukaan laut India dapat juga memberi kontribusi pada kekeringan di Indonesia. IOD mempunyai sirkulasi berbeda dari ENSO. Sebagai contoh, El Nino sering mencapai puncaknya dari Desember-Januari, sedangkan fase pematangan IOD terjadi pada Oktober Saji et. al., 1999. IOD sebagai gejala penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar kathulistiwa. Interaksi ini menghasilkan tekanan tinggi di Samudera Hindia bagian timur bagian Selatan Jawa dan Barat Sumatra yang menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke barat. Hembusan angin ini akan mendorong massa air di depannya dan mengangkat massa air dari bawah ke permukaan. Akibatnya, SPL di sekitar pantai Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatra akan mengalami penurunan yang cukup drastis, sementara di dekat pantai timur Afrika tejadi kenaikan SPL. Perbedaan SPL ini anomali positif di sebelah barat dan anomali negatif di sebelah timur membentuk dua kutub, positif dan negatif, di Samudera Hindia yang kemudian disebut sebagai Dipole Mode Event DME atau IOD Iskandar, 2007. Seperti halnya El Nino, kejadian IOD direpresentasikan dengan satu indeks yang diberi nama Dipole Mode Index DMI, yaitu perbedaan SPL di bagian barat Samudera Hindia 50 o - 70 o BT, 10 o LS - 10 o LU dan SPL di bagian timur Samudera Hindia 90 o - 110 o , 10 o LS - ekuator. Semakin besar nilai indeks ini, semakin kuat sinyal IOD dan semakin dahsyat akibat yang ditimbulkan. IOD di Samudera Hindia juga berpasangan; positif IOD pIOD dan negative IOD nIOD. pIOD menyebabkan kekeringan, sama halnya dengan El Nino, sementara nIOD memiliki sifat yang sama dengan La Nina, yaitu meningkatkan curah hujan Iskandar, 2007. Saji et al. 1999 mencatat bahwa pada kejadian IOD, anomali SST yang dingin pertama kali tampak di sekitar selat Lombok pada periode Mei-Juni, disertai angin tenggara Samudera Hindia tropik. Pada bulan berikutnya, anomali dingin bersifat intensif dan nampak berpindah menuju ekuator sepanjang garis pantai Indonesia, sementara Samudera Hindia tropik barat mulai menghangat. Anomali angin zona sepanjang ekuator dan anomali angin sepanjang pantai dekat samudera menjadi intensif bersamaan dengan adanya dipol SST. Puncak tertinggi terjadi secara dramatis terjadi di bulan Oktober dan diikuti penurunan yang cepat di bulan selanjutnya. Pola spasial anomali SST dan medan angin di Samudera Hindia pada saat DM tahun 1961, 1994, dan 1997 ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Pola spasial anomali suhu permukaan laut SPL dan medan angin permukaan pada saat Dipole Mode sumber : Saji et.al, 1999. Secara sederhana evolusi DM Gambar 2. dijelaskan sebagai berikut : siklus DM diawali dengan munculnya anomali SST negatif di sekitar selat Lombok hingga selatan Jawa pada bulan Mei – Juni, bersamaan dengan itu terjadi anomali angin tenggara yang lemah di sekitar Jawa dan Sumatera. Selanjutnya pada bulan Juli – Agustus, anomali negatif SST terus menguat dan cakupannya meluas sampai ke ekuator di sepanjang pantai selatan Jawa hingga pantai barat Sumatera, sementara itu mulai muncul pula anomali positif SST di Samudera Hindia bagian barat. Adanya dua kutub di Samudera Hindia ekuator ini, semakin memperkuat anomali angin tenggara di sepanjang ekuator dan pantai barat Sumatera. Siklus ini mencapai puncaknya pada bulan Oktober, dan selanjutnya menghilang dengan cepat pada bulan November – Desember.

2.3. Curah Hujan