Terlihat pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa untuk daerah-daerah yang memiliki tipe hujan monsunal seperti Sukamandi
menghasilkan pola prediksi hujan yang cukup jelas dan mirip dengan rata-ratanya. Sebaliknya, daerah-daerah dengan tipe hujan ekuatorial seperti Kotabangun, pola
tersebut tidak nampak jelas Estiningtyas, 2005. Hal ini disebabkan korelasi antara curah hujan sebagai output dan SST Niño 3.4 sebagai input untuk wilayah
ekuatorial lebih rendah dibandingkan dengan wilayah monsunal Aldrian et al., 2003, sehingga dalam proses pembelajaran model yang menghubungkan kedua
parameter tersebut menghasilkan pola yang berbeda.
2.4. Tanaman Padi
Padi Oryza sativa, L termasuk golongan Gramineae rumput-rumputan, yang dapat tumbuh baik di daerah tropika dan sub tropika Siregar, 1987. Padi
merupakan tanaman yang peka terhadap fros dan suhu dingin. Kisaran suhu yang memungkinkan tanaman tumbuh baik yaitu 18 – 35
o
C. Suhu optimal pertumbuhan padi berkisar antara 20 - 30
o
C. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan biji pada malai menjadi steril Doorenbos et al., 1979. Di indonesia suhu tidak menjadi
kendala karena hampir konstan sepanjang tahun. Tanaman padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1500 mdpl. Padi membutuhkan curah hujan rata-rata 200 mm
per bulan atau lebih dengan distribusi selama empat bulan. Curah hujan yang dikehendaki per tahun sebesar 1500 – 2500 mm. Secara morfologis, bagian
tanaman padi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bagian vegetatif yang terdiri dari akar dan daun serta bagian generatif yang terdiri dari malai atau
butiran, bunga, buah dan bentuk gabah. Produksi tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal tanaman
maupun faktor eksternal lingkungan. Varietas tanaman dan karakteristiknya termasuk faktor internal tanaman, sedangkan tanah, udara, dan radiasi surya
merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
padi terdapat dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Kondisi tanaman padi pada fase vegetatif sangat berpengaruh terhadap produksinya.
2.5. Musim Tanam
Permulaan musim terbagi atas permulaan musim hujan dan musim kemarau. Permulaan musim hujan ditandai oleh curah hujan selama satu dasarian
jumlahnya lebih atau sama dengan 50 mm, dan diikuti oleh jumlah curah hujan lebih atau sama dengan 50 mm. sedangkan awal permulaan musim kemarau
ditandai dengan curah hujan selama satu dasarian jumlahnya kurang dari 50 mm, dan pada beberapa dasarian berikutnya jumlah curah hujan masih kurang dari 50
mm Suciantini, 2004. Para petani bercocok tanam dua atau tiga kali setahun tergantung pola
curah hujan dan ketersediaan air irigasi pada daerah bersangkutan. Tanaman yang paling penting adalah padi, yang membutuhkan waktu sekitar 100 hari dari awal
tanam sampai pemanenan. Musim kedua kemungkinan padi lagi bila air cukup memadai, kedelai atau kacang hijau, jagung, tembakau atau sayuran. Sedang
musim tanam ketiga hampir sepenuhnya tergantung pada air irigasi. Keterkaitan antara musim dengan waktu tanam di Indonesia bagian timur dapat digolongkan
menjadi; musim tanam pertama dimulai dari bulan November-Februari, musim tanam kedua dari bulan Maret-Juni, dan musim tanam ketiga dari bulan Juli-
Oktober Syahbuddin et al., 2007. Hubungan antara sinyal ENSO dan IOD terhadap tanaman kentang telah
diteliti oleh Boer 2006 dengan menggunakan data SOI dan IOD. Hasil penelitian tersebut dapat menunjukkan pergeseran awal musim tanam yaitu dengan
menghubungkan waktu tanam optimum dengan nilai SOI dan IOD sebelum masuknya musim tanam. Sebagai contoh Apabila SOI dan IOD bulan Juli-
Agustus mendekati nilai nol kondisi normal, waktu tanam optimum adalah antara awal dan pertengahan Oktober. Selanjutnya apabila SOI bulan Juli-Agustus
sangat negatif El-Nino, penanaman awal September memungkinkan apabila nilai IOD sangat positif. Apabila nilai IOD juga sangat negatif, maka waktu tanam
sebaiknya dimundurkan.
2.6. Produksi Pangan Nasional