2.7. Kondisi Umum Kabupaten Indramayu
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah 204.011ha yang terdiri dari 302 desa dan 8 kelurahan
dan tersebar di 24 kecamatan. Letak geografis Indramayu berada pada 107º52’- 108º36’ Bujur Timur dan 6º15’-6º40’ Lintang Selatan. Kabupaten Indramayu
berbatasan dengan Kabupaten Subang di sebelah barat, Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa sebelah Timur, Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Cirebon di
sebelah Selatan dan Laut Jawa sebelah Utara. Ditinjau dari keadaan topografinya, Kabupaten Indramayu berada pada
ketinggian 0-100 mdpl, 98,7 berada pada ketinggian 0-3 mdpl. Suhu harian di Kabupaten Indramayu berkisar anatara 26-27
o
C dengan suhu harian maksimum 30
o
C dan Minimum 18
o
C. Curah hujan rata-rata tahunan 1.428 mm, dengan jumlah hari hujan 75 hari. Berdasarkan klasifikasi Schimidt dan Ferguson,
wilayah ini termasuk pada tipe D Iklim sedang. Kecamatan yang mengalami curah hujan yang cukup tinggi antara lain : Kecamatan Anjatan, Cikedung dan
Heurgeulis, berturut-turut adalah 2.167 mmth, 1.869 mmth dan 1.865 mmth. Ketiga kecamatan tersebut berada di Indramayu bagian Barat Kantor Informasi
dan Komunikasi Kabupaten Indramayu, 2008.
2.8. Kondisi Umum Kabupaten Cianjur
Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, berbukit-bukit dan di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit dengan ketinggian 0 –
2.962 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar. Letak geografis Kabupaten Cianjur berada pada 106º42’-107º25’ Bujur
Timur dan 6º21’ - 7º25’ Lintang Selatan. Secara administratif Pemerintah kabupaten Cianjur terbagi dalam 30
Kecamatan, dengan batas-batas administratif : 1.
Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.
2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Garut.
Sebagai daerah agraris yang pembangunananya bertumpu pada sektor pertanian, kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi.
Produksi padi pertahun sekitar 625.000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi
sekitar 40. Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah Cianjur. Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Di kedua Kecamatan ini, didominasi
oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Dari wilayah ini pula setiap hari belasan ton sayur mayur dipasok ke Jabotabek Kantor Informasi dan Komunikasi
Kabupaten Cianjur, 2008.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2008. Adapun lokasi penelitian adalah di Jawa Barat studi kasus Kabupaten Indramayu dan
Cianjur. Pengolahan data dilakukan di Balai Penelitian dan Klimatologi dan di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA
IPB, Bogor
3.2. Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini, yaitu:
1. Data curah hujan bulanan tahun 1990 – 2007 Sumber : Stasiun otomatis yang
dikelola Balitklimat, Badan Meteorologi dan Geofísika dan Dinas Pengelolaan Sumberdaya Alam, dan Dinas Pertanian.
2. Data Nino 3.4 SST dan DMI tahun 1990 – 2007.
3. Data luas tanam dan produksi Sumber: Dinas Pertanian
4. Peta-peta pendukung meliputi peta administrasi, peta rupa bumi, peta
topografi dan peta luas baku sawah. 5.
Seperangkat komputer dan piranti lunak seperti Micosoft Word, Minitab 14, Microsoft Excel Ermapper, dan ArcView View Version 3.3.
3.3. Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian berupa kegiatan meliputi analisis data curah hujan,
data ENSO, data DMI, analisis Onset, analisis sensitifitas dan dinamika waktu tanam. Penelusuran informasi melalui internet dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang ENSO dan IOD dengan menggunakan parameter Nino 3.4 dan DMI. Sedangkan survei lapang meliputi pengumpulan data sekunder, serta untuk
verifikasi lapang di lokasi penelitian. Monitoring citra satelit dilakukan untuk mengetahui dinamika waktu tanam.