Hubungan dampak ENSO dan IOD terhadap luas tanam

Tabel 6. Luas wilayah yang terpengaruh oleh IOD di Kabupaten Cianjur Luas Ha JJA SON Kuat 30228 7,89 111552 29,12 Sedang 126667 33,07 79947 20,87 Lemah 62425 16,30 34151 8,92 non 163702 42,74 0,00 Wilayah Cianjur, pada bulan JJA dan SON sama-sama hanya berkorelasi signifikan serta berkorelasi negatif terhadap IOD. Wilayah Cianjur bagian utara merupakan wilayah yang tidak terpengaruh iklim regional, dimana bagian utara merupakan wilayah sawah terluas di Cianjur. Wilayah bagian selatan merupakan wilayah yang terpengaruhi oleh IOD, pada bulan SON pengaruhnya terlihat menguat ditandai dengan warna merah tua r ≤-0,5. Daerah yang tepengaruh oleh IOD memiliki luasan sebesar 57,26 pada JJA dan meningkat pada periode SON sebesar 58,91 Gambar 14 dan 15. Dari Informasi yang di dapatkan dari Dinas Pertanian, petani di daerah selatan Cianjur ini lebih banyak menanam tanaman kacang tanah dimana daerah tersebut merupakan daerah sentra produksi kacang tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian Saji et al. 1999, pada bulan SON berkurangnya curah hujan di Sumatra bagian Selatan, Jawa dan Nusa Tenggara pada saat terjadi DMI. Periode SON ini merupakan puncak aktivitas DMI, dimana anomali angin tenggara di daerah Jawa dan Sumatra bagian Selatan sangat tinggi. Semakin menguatnya angin tenggara yang sifatnya kering menyebabkan berkurangnya curah hujan di daerah tersebut.

4.2. Dinamika waktu dan luas tanam terhadap ENSO dan IOD

4.2.1. Hubungan dampak ENSO dan IOD terhadap luas tanam

Sepanjang periode tahun 1990 sampai 2007, El-Nino terjadi pada tahun 19911992, 19941995, 19971998, 20022003 dan 20062007 sedangkan IOD positif terjadi tahun 1991, 1994, 1997, 1998, 2004, 2006, dan 2007. Munculnya kedua fenomena tersebut akan mengakibatkan penurunan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, bahkan saat terjadi bersamaan akan mengakibatkan kekeringan yang hebat seperti pada tahun 19971998. Indramayu 400 800 1200 1600 2000 2400 sep oct nov dec jan feb mar apr may jun jul aug Bulan R at a- rat a luas t a nam H a r ≤-0.5 -0.4r-0.5 r ≥-0.4 Pada daerah yang dipengaruhi oleh iklim regional, perbedaan puncak tanam menunjukkan fluktuasi yang tegas. Daerah Indramayu dipengaruhi kuat oleh ENSO dan IOD dengan korelasi r ≤-0,5 memiliki puncak tanam tertinggi pada bulan Desember dan Mei dengan waktu tanam paling rendah bulan Maret, Agustus sampai Oktober. Pada wilayah yang memiliki tingkat korelasi sedang oleh ENSO dan IOD dengan korelasi -0,4r-0,5 memiliki puncak tanam pada bulan Januari dan Mei. Sedangkan pada daerah yang memiliki tingkat korelasi lemah korelasi r ≥-0,4 memiliki puncak tanam pada bulan Desember dan Mei Gambar 16 dan 17. Gambar 16. Luas tanam di Kabupaten Indramayu yang terkena dampak ENSO Indramayu 400 800 1200 1600 2000 sep oct nov dec jan feb mar apr may jun jul aug Bulan R a ta -r a ta l u a s ta n a m H a r ≤-0.5 -0.4r-0.5 r ≥-0.4 Gambar 17. Luas tanam di Kabupaten Indramayu yang terkena dampak IOD Daerah dengan tingkat korelasi kuat tersebut mengalami pergeseran waktu tanam hingga 1 dasarian dibandingkan dengan daerah yang terpengaruh lemah oleh ENSO dan IOD. Secara keseluruhan peningkatan luas tanam dari bulan September sampai mencapai puncaknya pada Januari serta penaman kedua pada bulan Maret sampai mencapai puncaknya pada bulan Mei. Wilayah yang tidak terpengaruh oleh ENSO dan IOD pada umumnya memiliki rata-rata luas tanam lebih tinggi dan terlihat jelas pada pola peningkatan luas tanam dari bulan September sampai Januari, sedangkan wilayah dengan tingkat korelasi kuat memiliki kecenderungan luas tanamnya lebih rendah ketika penanaman memasuki bulan SON. Untuk lebih jelasnya pola penurunan luas tanam terhadap pengaruh dampak ENSO dan IOD dapat dilihat dari nilai anomalinya. Di wilayah Indramayu, anomali ENSO mulai meningkat memasuki bulan Juli hingga Oktober Gambar 18, akibatnya luas tanam menurun pada periode tersebut baik pada wilayah yang berkorelasi rendah maupun sedang dan wilayah yang terpengaruh kuat pada umumnya memiliki penurunan luas tanam tertinggi. Gambar 19 menunjukkan fluktuasi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah dapat dilihat bahwa penurunan luas tanam bersamaan dengan peningkatan anomali IOD pada wilayah-wilayah yang berkorelasi rendah, sedang maupun kuat. Pada umumnya pada wilayah yang terpengaruh ENSO dan IOD penurunan luas tanam pada Juli- Oktober lebih tinggi dibandingkan dengan Februari - Maret. Indramayu -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 Sep Oct Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Bulan A nom a li Kuat Sedang Lemah Nino Gambar 18. Fluktusi ENSO dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Indramayu Indramayu -2.00 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 Sep Oct Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Bulan An o m a li Kuat Sedang Lemah DMI Gambar 19. Fluktusi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Indramayu Berkaitan dengan pola tanam, Indeks Pertanaman padi di Indramayu sebagian besar dilakukan dua kali penanaman dalam setahun. Dimana total luas areal penanaman padi sekitar 200.000 ha per tahunnya Boer et al., 2002. Hasil wawan cara petani diketahui bahwa di bagian utara Indramayu, penanaman dilakukan pada bulan November menghadapi resio terjadinya banjir, sedangkan penanaman pada MK I menghadapi resiko terjadinya kekeringan. Pada penanaman kedua, terutama pada tahun-tahun kering, air irigasi terbatas sementara air hujan tidak mencukupi. Mengingat hal tersebut, banyak informasi yang dibutuhkan terutama terhadap fluktuasi curah hujan yang sangat penting dibutuhkan guna untuk keputusan mulai bertanam. Meskipun secara keseluruhan hubungan antara iklim regional baik IOD maupun ENSO dengan luas tanam tidak nyata, tetapi saat memasuki SON pada daerah yang terpengaruh oleh kedua fenomena tersebut, kenaikan anomali kearah negatif diikuti dengan penurunan luas tanam begitu pula sebaliknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani lebih memilih menghindari resiko menanam pada saat terjadi penurunan curah hujan pada periode tersebut sehingga terjadi perbedaan puncak tanam antara wilayah yang terkena dampak IOD dan ENSO dengan yang tidak terkena dampak. Cianjur 400 800 1200 1600 2000 2400 Sep Oct Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Bulan R a ta -r a ta l u a s ta n a m H a nyata non . Gambar 20. Luas tanam di Kabupaten Cianjur yang terkena dampak IOD Berbeda pada daerah Cianjur yang hanya dipengaruhi oleh DMI, menunjukkan adanya dua puncak tanam yang kurang begitu tegas dan pergeseran luas tanam relatif tidak terlihat. Secara keseluruhan puncak tanam tertinggi terdapat pada bulan Nopember dan April. Puncak tanam terendah terdapat pada bulan September dan Februari. Pada wilayah yang dipengaruhi kuat oleh IOD memiliki dinamika luas tanam paling rendah bila dibandingkan dengan wilayah yang tidak terpengaruh Gambar 20. Cianjur -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 Sep Oct Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Bulan An o m a li Nyata Non DMI Nino Gambar 21. Fluktusi IOD dan Luas Tanam Padi Sawah di Kabupaten Cianjur Berdasarkan nilai anomalinya diketahui bahwa penurunan luas tanam terjadi pada bulan Juni sampai September. Kenaikan luas tanam terlihat pada bulan Oktober dan mencapai puncaknya pada bulan November. Besarnya penurunan luas tanam pada bulan Juni – September dibandingkan dengan dengan Januari – Maret relatif seragam Gambar 21. Di daerah Cianjur luas penanaman padi terbesar terdapat pada bagian Utara hal ini bisa disebabkan karena wilayah tersebut tidak dipengaruhi oleh iklim regional dengan pola tanam padi-padi-palawija. Sedangkan pada daerah Selatan Cianjur yang terpengaruh oleh IOD diketahui bahwa pola penanaman padi-ladang, dimana petani hanya melakukan penanaman padi sekali dalam setahun. Penanaman palawija berupa kacang tanah, ubi kayu, kedelai atau jagung.

4.2.2. Dinamika kalender tanam terhadap fenomena ENSO dan IOD