yang berada disekitar warna merah R dan disekitar infra merah NIR dengan persamaan sebagai berikut:
red NIR
red NIR
NDVI +
− =
= Band 4 – Band 3 Band 4 + Band 3 Dengan mempertimbangkan terjadinya resiko kekeringan maupun
serangan hama dan penyakit, maka padi muda yang berumur kurang dari 5 minggu tidak digunakan untuk perkiraan luas panen.
3.3.4. Deliniasi onset terkait dengan sinyal ENSO dan IOD
Sensitifitas pola tanam menunjukkan variabilitas respon pola tanam terhadap kondisi klimatis. Sedangkan dinamika pola tanam menunjukkan
pergeseran pola tanam akibat anomali iklim. Peta pengaruh fenomena ENSO dan IOD terhadap sensitifitas dan waktu tanam tanaman padi disusun berdasarkan
hasil analisis indikator anomali iklim ENSO dan IOD dan kalender tanam potensi awal musim tanam onset. Kedua layer digital selanjutnya di-overlay-kan
untuk mendapatkan kombinasi data yang memiliki karakteristik iklim yang relatif homogen. Selanjutnya informasi yang diperoleh dari kedua layer tersebut
kemudian di-overlay-kan juga dengan layer distribusi sawah hasil dari analisis citra digital. Kemudian pada masing-masing poligon hasil overlay yang seragam
diberi tanda sebagai basis data kalender tanam. Hasil analisis sensitivitas disajikan secara spasial untuk mempermudah dalam menentukan daerah yang sensitif
terhadap anomali iklim.
Analisis Sensitifitas dan Dinamika Kalender
Tanam
Dinamika waktu Tanam Tanaman
Pangan Pengumpulan data
,
Analisis ENSO dan DMI
Identifikasi Citra Satelit
Indeks regional Basis data
luas tanam
- Wilayah-wilayah yang
terpengaruhi ENSO dan IOD
- Perubahan Luas Sawah Kalender Tanam
Litbang Pertanian eksisting
Basis data dan informasi Curah Hujan dan indikator
Anomali iklim
Gambar 6. Diagram Alir Tahap Penelitian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan
Pola hujan di Jawa Barat adalah Monsunal dimana memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau kemudian
dikelompokan dalam Zona Musim ZOM, tipe curah hujan yang bersifat unimodial satu puncak musim hujan, DJF musim hujan, JJA musim kemarau.
Curah hujan yang jatuh pada setiap bulan atau setiap tahun disetiap lokasi di permukaan bumi tidak selalu sama menurut jumlah dan waktu. Terkadang ada
tahun yang curah hujannya tinggi dan bahkan di tahun berikutnya sangat rendah. Datangnya musim hujan yang tidak selalu sama, kadang-kadang mendahului atau
terlambat dari waktu rata-rata normalnya. Untuk itu dikatakan bahwa jumlah hujan dan kedatangan musim hujan adalah variabel yang selalu berubah-ubah
dimana salah satu faktor penyebabnya adalah adanya iklim regional yang mempengaruhi.
Berdasarkan hasil penelitian Koesmaryono 2008, dampak ENSO dan DMI pengaruhnya kuat terhadap daerah Jawa Barat dengan tipe curah hujan munsonal.
Oleh karena itu kesiapan sarana dan prasarana bagi penyediaan air irigasi perlu disiagakan ketika memasuki periode bulan Juni - November. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kuat pengaruh hubungan ENSO dan DMI terhadap curah hujan di Jawa Barat bagian utara yaitu Kabupaten Indramayu
dan bagian Selatan Jawa yaitu Kabupaten Cianjur.
4.1.1 Pola Distribusi Curah Hujan
Berdasarkan hasil analisis terdapat 46 stasiun di Kabupaten Indramayu dan 21 stasiun di Kabupaten Cianjur, terlihat bahwa distribusi curah hujan relatif
beragam. Pada bulan DJF, daerah Indramayu relatif lebih rendah dan penurunan curah hujan pada bulan MAM lebih cepat terjadi. Memasuki bulan JJA
penurunan curah hujan hampir merata pada kedua kabupaten tersebut. Pada periode SON, peningkatan curah hujan terjadi di Cianjur sedangkan di Indramayu
curah hujan masih relatif rendah. Terjadi penurunan curah hujan baik untuk wilayah Indramayu maupun Cianjur yang ditandai dengan munculnya anomali