92 17.54. Hal ini menggambarkan bahwa petani di kecamatan Samarang dan
kecamatan Leles menggantungkan ekonomi keluarganya pada usahatani akar wangi .
5.2.3. Kinerja usahatani akar wangi
Produksi akar wangi yang dihasilkan petani saat ini berkisar antara 8 sampai 14 ton per hektar, dengan produksi rata-rata 11.6 ton per hektar, perbedaan
produksi ini tergantung dari waktu panen, jenis struktur tanah, pemeliharaan tanaman dan keterampilan petani. Pemungutan hasil panen akar wangi berkisar
umur 12-14 bulan. Bilamana harga penjualan akar wangi sedang baik umur 12 bulan dipanen dan sebaiknya bila harga rendah ditunggu sampai 14 bulan baru
dilakukan pemanenan. Jenis tanaman sela yang diupayakan petani beragam pada setiap
Kecamatan begitu juga dengan jumlah intensitas tanaman dan tingkat teknologi budidaya yang dipakainya. Tanaman sela yang menonjol di Kabupaten Garut
adalah Kubis, Kentang, Tomat,Bawang merah dan tembakau. Pemberian pupuk buatan dan pupuk kandang, pemberantasan hamapenyakit dengan menggunakan
pestisida atau bahan kimia lainnya oleh petani untuk tanaman sela, sedangkan khususnya untuk tanaman akar wangi hanya dilakukan pemupukan NPK. Input
yang diberikan pada usahatani akar wangi monokultur disajikan pada Tabel 26.
Tabel 26.
Input Usahatani Tenaga Kerja Monokultur Akar Wangi Per Hektar HOK
No Uraian Daerah Penelitian
Rata- rata
Samarang Leles Boyongbong Cilawu
HOK 1 Pegolahan
Tanah 140 135
90 103 117
2 Penanaman 125 117
75 85 100
3 Pemupukan
9 8 7 8 8
4 Pemberantasan HamaPenyakit
6 6 5 4 5
5 Penyiangan 160 150
110 120 135
6 Panen
90 81 73 77 80
7 Pengangkutan
Hasil 30 27
22 26 26 Jumlah
560 524 382
423 471 Sumber : Data Survai 2003
93
Penanaman, 22.32
PHT, 1.07 Pemupukan,
1.60 Transport,
5.35 Panen, 16.00
Pengolahan Tanah, 25.00
Penyiangan, 28.57
Gambar 24. Input Usahatani Monokultur di Kecamatan Samarang HOKha
Dari Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyiangan merupakan kegiatan yang paling besar menyerap hari kerja
dalam usahatani akar wangi. Hal ini karena dilakukan sebanyak 2 kali dalam setiap tahun. Jumlah hari orang kerja untuk kecamatan Samarang di kegiatan
pengolahan tanah sebesar 140 HOK dan yang terendah sebesar 90 HOK ada di kecamatan Bayongbong.
Gambar 25. Input Usahatani Polikultur di Kecamatan Samarang HOKThn
Selanjutnya input usahatani akar wangi untuk polikultur disajikan pada Tabel 27.
Penyiangan, 26.43
Pengolahan Tanah, 24.44
Panen, 17.30 Transport,
8.65 Pemupukan,
1.05 PHT, 1.63
Penanaman, 20.46
94
Tabel 27.
Input Usahatani Tenaga Kerja Polikultur Akar Wangi per hektar HOK
No Uraian Daerah Penelitian
Rata- rata
Samarang Leles Boyongbong
Cilawu HOK
1 Pengolahan Tanah
209 210 189
184 198 2 Penanaman
175 164
131 130
150 3 Pemupukan
9 8
8 7
8 4 Pemberantasan
HamaPenyakit 14 13
11 10 12
5 Penyiangan 226
223 180
179 202
6 Panen 148
146 133
130 139
7 Pengangkutan hasil
74 71 60
56 65 Jumlah
850 835
712 696 774
Sumber : Data Survai 2003
Dari Tabel 27 dapat dijelaskan bahwa konstribusi terbesar rata-rata tenaga kerja adalah pada kegiatan penyiangan tanaman sebesar 223 HOK di kecamatan
Leles, dan yang terendah di Kecamatan Cilawu sebesar 179 HOK. Untuk kecamatan Samarang yang merupakan daerah penelitian sebesar 226 HOK.
Perbedaan hari orang kerja HOK ini adalah disebabkan kondisi kemiringan lahan dan struktur tanah.
Dalam rangka pengembangan usahatani akar wangi , maka salah satu hal yang perlu diuraikan adalah perkembangan industri pengolahan akar wangi
Penyulingan. Industri pengolahan akar wangi berperan terutama dalam hal penyerapan bahan baku. Di Kabupaten Garut, jenis industri pengolahan akar
wangi adalah industri minyak akar wangi. Keragaan kapasitas produksi terpasang maupun riil disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Keragaan Unit Penyulingan, Kapasitas Produksi Terpasang, Produksi
Riil di Kabupaten Garut
No Uraian Kecamatan
Satuan Samarang Leles Bayongbong
Cilawu
1 Jumlah Pabrik
Penyulingan Unit 9 9
2 2
2 Kapasitas Produksi
Terpasang Kg 4
400 4 750
900 900
3 Kapasitas Produksi
Riil Kg 3
600 3 960
600 600
4 Produksi Riil
Rata- rata Per Pabrikthn
Ton 360 340 300
300 Sumber : Data Survai 2003
95
5.2.4. Koefisien Teknis Usahatani Akar Wangi