Tanaman Akar Wangi TINJAUAN PUSTAKA

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Akar Wangi

Vetiveria zizanioides Stapf Tanaman akar wangi dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi di atas 1000 m dpl. Tanaman ini akan menghasilkan minyak yang baik bila ditanam pada daerah ketinggian lebih dari 700 m dpl, dengan iklim sedang temperate dan kurang menghendaki naungan. Akar wangi tumbuh baik dengan jumlah curah hujan 2000-3000 mm tiap tahun dan masih tetap tumbuh jika selama dua bulan tidak ada hujan. Suhu udara yang dikehendaki antara 17 o – 27 o C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah yang berpasir atau tanah abu vulkanik. Pada tanah tersebut akar dengan mudah dapat dicabut tanpa ada yang tertinggal. Bila ditanam pada tanah yang padat, keras dan berliat berat akarnya akan sulit dicabut dan menghasilkan akar dengan rendemen minyak yang rendah. Jenis tanah Regosol dan Andosol dengan drainase baik merupakan media tumbuh yang sesuai bagi tanaman akar wangi. Guenther, 1992. Di daerah utama penghasil akar wangi Garut tanaman ini banyak diusahakan pada daerah dengan bentuk wilayah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan tanah di atas 15 persen dan jenis tanahnya Andosol. Jenis tanah ini bertekstur kasar dengan kadar pasir dan debu lebih dari 60 persen. Sedangkan nilai kepekaan terhadap erosi erodibilitas 0.22, dari jenis tanah ini tergolong sedang Departemen Pertanian, 1999. Akar wangi termasuk tanaman tahunan, tidak berimpang dan tidak berstolon. Bentuk tanaman ini hampir seperti serai wangi tetapi daunnya lebih kecil, tegak dan kaku serta tidak berbau seperti akarnya dengan tinggi tanaman dapat mencapai 1,5-2 m. Akar wangi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif yaitu melalui pecahan bonggol-bonggol bergaris tengah 10 cm dengan lima mata tunas yang diambil dari tanaman berumur 12 bulan atau lebih. Cara lain adalah dengan mengambil rumpun-rumpun dari lokasi pembibitan, kemudian dibelah-belah. Sebelum ditanam daunnya dipotong sehingga tersisa kurang lebih 20 cm dengan maksud untuk mengurangi penguapan pada saat tanam. Bahan tanamanbibit harus berasal dari tanaman yang telah berumur 12 bulan atau lebih dengan pertumbuhannya yang baik. Tanaman akar wangi tidak 12 begitu membutuhkan pengolahan tanah yang intensif, kecuali pada tanah yang berat yaitu tanah dengan kadar liat yang banyak. Pengolahan tanah cukup dengan membuat lubang untuk tanam seukuran dengan daun cangkul atau 20 cm x 20 cm x 15 cm. Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Jarak tanam 40 cm x 60 cm, 60 cm x 60 cm dan 60 cm x 80 cm tergantung kemiringan tanah dan sistim tanam. Pada tanah yang semakin miring, jarak tanam semakin besar. Begitu pula pada penananam polikultur, jarak tanamnya lebih besar dari pada monokultur. Penanaman akar wangi menurut Guenther 1992 tidak boleh ditanam di tempat terlindung, karena akan menyebabkan pengaruh yang kurang baik terhadap pertumbuhan sistim akar. Pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah pemupukan dan pemangkasan, sedangkan pemberantasan hama dan penyakit tidak akan banyak diperlukan. Untuk dataran tinggi dengan tanah abu vulkanik dapat diberi pupuk NPK 37 : 65 : 65 dengan dosis 150 - 200 kghath Departemen Pertanian, 1999. Pemangkasan daun dilakukan setiap enam bulan sekali akan memberikan pengaruh yang baik pada pertumbuhan akarnya. Daun hasil pemangkasan dapat dipergunakan sebagai mulsa untuk mempertahankan kelembaban tanah dan mengurangi erosi. Di Kabupaten Garut petani menanam akar wangi secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman sayuran. Bahan tanaman akar wangi yang digunakan para petani adalah dari bonggol, umumnya berasal dari jenis lokal tanpa adanya seleksi. Jarak tanam yang digunakan sangat bervariasi yaitu 20 x 30 cm, 25 x 30 cm, 30 x 30 cm, 30 x 40 cm, 40 x 40 cm, 40 x 60 cm, dan 40 x 80 cm. Tindakan pemupukan dan pemeliharaan lainnya praktis tidak dilakukan, kecuali pada tanaman akar wangi yang ditumpang sarikan dengan tanaman sayuran seperti wortel, kol, bawang daun dan bawang putih. Pemangkasan daun dan penyiangan pada tanaman akar wangi yang ditanam secara monokultur tidak dilakukan. Sedangkan yang ditumpang sarikan dipangkas dan dilakukan penyiangan pada umur tiga dan enam bulan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan tumbuhnya tanaman sela serta memungkinkan penanaman kembali tanaman sela sebelum akar wanginya tumbuh besar Departemen Pertanian, 1999. 13 Tanaman akar wangi sangat baik digunakan sebagai perlakuan Konservasi tanah dan air secara vegetatif karena akarnya relatif dalam, kuat dan lebat. Akar wangi yang ditanam di perbukitan dilakukan dengan mengikuti pagar hidup jarak tanam 20 cm atau kurang. Tujuan utama dari cara penanaman ini adalah untuk mengurangi laju erosi. Tanaman dibiarkan berkembang sampai membentuk rumpun-rumpun yang besar dan rapat yang berfungsi untuk menahan erosi. Di India, tanaman akar wangi merupakan tanaman konservasi tanah secara vegetatif yang sangat efektif Greenflied, 1988. Akar wangi ditanam dengan sistem pagar melintang lereng satu baris tiap pagar dan jarak antara pagar tergantung kemiringan. Lahan diantara pagar hidup akar wangi ditanami tanaman semusim. Hal ini terutama karena pada musim kemarau pagar hidup tadi cukup mampu memelihara kelembaban tanah disamping tidak terkikisnya top soil akibat erosi, dengan catatan tanaman akar wangi tidak dipanen akarnya. Purba 1999, melaporkan pengalamannya bahwa tanaman akar wangi sangat baik digunakan sebagai perlakuan Konservasi tanah secara vegetatif karena akarnya relatif dalam, kuat dan lebat, tanpa ada pembongkaran akar dari dalam tanah. Jadi tanaman akar wangi hanya dipangkas daunnya, bukan untuk diambil akar tanamannya. Tanaman akar wangi menjadi pagar hidup untuk mengurangi laju erosi. Selanjutnya identifikasi hama yang menyerang tanaman akar wangi diteliti, oleh karena tanaman ini bersifat refelents penolak kehadiran hama. Intensitas serangan hama dikaji baik pada pertanaman monokulkultur maupun polikultur. Zat yang ada pada tanaman akar wangi sebagai pembasmi pengganggu hama tanaman yang bersumber dari organisme atau sumber daya biologi, menurut jenis aktivitasnya dikenal dengan istilah antifeedant, repellents dan attractants. Sifat antifeedant yaitu sifat aktifitas zat yang menyebabkan hama enggan memakan tanaman sedangkan refellents adalah bioaktifitas zat yang bersifat menolak kehadiran hama serta attractants adalah zat penarik feromon hama yang dapat menyebabkan kematian hama tersebut. Akar wangi adalah tanaman yang bersifat refellents penolak kehadiran hama sehingga sifat ini 14 memungkinkan tanaman tersebut tidak diserang oleh hama dan penyakit. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batangnya untuk ramuan bahan insektisida nabati. Daun dan batang dihaluskan lalu dicampur dengan zat pelarut seperti ethanol 70, methanol atau methanol-air. Akar wangi terdiri dari senyawa sitronella, graneol, mirsena, nerol farnesol, metal heptenan dan dipentena Kardinan, 1999. Campuran abu daun akar wangi dapat membunuh serangga hama gudang dan menghambat peletakan telur. Abu daun akar wangi mengadung sekitar 49 silika yang bersifat sebagai penyebab desikasi pada tubuh serangga yaitu apabila serangga terluka maka serangga akan terus menerus kehilangan cairan tubuhnya.

2.2. Erosi, Degradasi dan Konservasi Lahan