98 dibandingkan dengan pola petani. Keunggulan pola konservasi adalah dari segi
bahan tanaman bibit dan pemberian pupuk organik sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Masih rendahnya produksi yang dicapai pada pola
petani adalah karena belum diterapkannya teknologi pembuatan tanaman lorong Alley Cropping sehingga pada saat hujan, terjadi erosi permukaan run off yang
mana hal ini mengakibatkan pencucian unsur hara yang tinggi dan mengakibatkan produksi akar wangi menjadi lebih rendah.
5.2.8. Pendapatan Usahatani
Tujuan petani dalam mengolah usahataninya adalah menetapkan kombinasi cabang usahatani yang dapat memberikan pendapatan sebesar-besarnya
serta berkesinambungan karena dalam kegiatan tersebut petani bertindak sebagai pengelola, pekerja dan sebagai penanam modal dalam usahataninya, maka
pendapatan dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor – faktor produksi Mandagi, 1990.
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan TR dan pengeluaran TC yang merupakan biaya tunai yang dikeluarkan selama usahatani berlangsung
mulai dari pengolahan tanah sampai panen. Khusus untuk pengolahan hasil di pabrik penyulingan, dibahas secare tersendiri. Pendapatan usahatani akar wangi
dari berbagai pola usahatani dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33.
Pendapatan Usahatani Akar Wangi menurut Pola Usahatani di Kabupaten Garut
Pola usahatani Penerimaan
Rp ha thn Pengeluaran
Rp ha thn Pendapatan
Rphathn Pola petani
Pola introduksi Pola konservasi
21.315.000 18.705.000
26.680.000 7.575.000
8.520.000 9.460.000
13.740.000 10.185.000
17.220.000
Ket : Harga akar wangi segar = Rp 1.450kg.
Dari Tabel 33 dapat dilihat bahwa pendapatan yang diperoleh berbeda pada masing–masing pola usahatani. Pola usahatani konservasi mempunyai
pendapatan tertinggi yaitu sebesar Rp 17.220.000,- pertahun yang diikuti oleh
99 pola usahatani petani dengan pendapatan Rp 13.740.000,- pertahun. Sedangkan
pola usahatani introduksi dengan pendapatan sebesar Rp 10.185.000,- pertahun dengan luasan 1 satu hektar. Perbedaan tingkat pendapatan usahatani akar wangi
perhektar pertahun adalah karena beberapa hal antara lain: 1 Produktivitas perhektar
2 Input antara pupuk anorganik dan organik 3 Adanya tanaman lorong penahan erosi dan
4 Bibit varietas tanaman. Oleh karena itu dari segi pendapatan usahatani perhektartahun
memberikan gambaran bahwa pola usahatani konservasi lebih tinggi dari pola usahatani yang lain pola petani dan introduksi jika dikonfersi pendapatan
usahatani perbulan sebesar Rp 17.220.000,- : 12 = Rp1.435.000,-. Hasil penelitian analisis biaya dan pendapatan usaha tani petani akar wangi
perhektar pada tahun 1994 di Garut memberikan data bahwa pendapatan monokultur sebesar Rp. 3.162.500,-tahun dan tanaman polikultur menjadi Rp.
4.512.500,-tahun Damanik, 1995.
5.2.9 Analisis Kelayakan Finansial