54 Jenis tanaman perkebunan rakyat yang banyak ditanam ialah : aren, akar
wangi, cengkeh, kopi, kelapa, panili, tembakau dan teh. Yang ditanam secara intercropping dengan akar wangi ialah tanaman kentang, cabe, tomat dan kubis.
Tanaman akar wangi merupakan salah satu sumber utama bagi penduduk di Kabupaten Garut selain tanaman pangan dan hortikultura. Pada tahun 2003, harga
akar wangi kering Rp. 1500kg dan harga minyak akar wangi Rp. 375.000 – Rp. 400.000 kg. Apabila produksi akar wangi kering per hektar 10 ton, maka
diperoleh hasil penjualan akar wangi kering per hektar sebesar Rp. 15.000.000 dengan biaya produksi Rp. 6.000.000 sehingga diperoleh pendapatan bersih Rp.
9.000.000 tahun ha. Sedangkan untuk minyak akar wangi diperoleh rendemen 0.6 – 1, dimana 1000 kg akar wangi kering diperoleh 6 – 10 kg minyak akar
wangi. Penjualan minyak akar wangi lebih menguntungkan dimana produksi per hektar sebanyak 10 ton akar kering akan menghasilkan minyak 60 kg. Pendapatan
menjadi 60 kg x Rp 375.000,- = Rp. 22.500.000, jadi ada perbedaan pendapatan sebesar Rp. 7.500.000
4.7. Pengolahan dan Pemasaran
Pemanenan akar wangi sebaiknya 12-14 bulan setelah tanam, tergantung pada keadaan tanah dan tanamannya, hasil panen dapat mencapai 10-15 tonhathn
akar segar atau 2,5 ton-4 tonhathn akar kering udara. Akar yang baru dipanen dicuci lalu di jemur langsung atau ditaruh ditempat yang teduh. Sebelum di
sulingpengolahan akar harus dilepaskan dari bonggolnya. Akar wangi dapat disuling dalam keadaan segar maupun kering. Cara penyulingan yang umum
digunakan ialah penyulingan uap dan air, perbandingan garis tengah dan tinggi ketel penyuling efektif maksimum 1 : 1,5. Untuk mencegah kehilangan panas
terutama bila tempat penyulingan terbuka, sebaiknya ketel penyuling memakai isolasi. Kepadatan akar segar dalam ketel penyuling adalah 350-400 gl,
sedangkan untuk akar kering 100 gl. Dengan lama penyulingan 18 jam, diperoleh rendemen minyak akar wangi 0.4- 0.5 untuk akar segar dan 1.6-2.1 untuk
akar kering.
55 Pola distribusi produksi tanaman akar wangi seluruhnya di jual petani
dalam bentuk akar kering kepada penyuling selanjutnya diproses melalui pengolahan hasil untuk menghasilkan minyak akar wangi. Lembaga yang terlibat
dalam pemasaran minyak adalah pedagang tingkat Kabupaten dan pedagang besar Eksportir. Penyulingan Pabrik akar wangi sebagai penerima harga.
Sistem pemasaran adalah monopsoni dimana pembeli minyak akar wangi adalah PT Jasulawangi yang sekaligus juga sebagai eksportir.
Saluran Tataniaga Akar Wangi sebagai Berikut:
Gambar 12.
Saluran tataniaga akar wangi Dari Gambar 11 diketahui bahwa saluran tataniaga akar wangi cukup
panjang sehingga informasi pasar sukar diketahui oleh petani produsen dan harga tingkat petani sering ditentukan oleh pedagang dan penyuling. Saluran tataniaga
yang panjang mempengaruhi marjin yang diterima oleh petani, jika marjin yang diterima petani kecil maka gairah untuk meningkatkan produksi semakin menurun
pula. Salah satu cara yang dapat di tempuh dalam memperbaiki pendapatan petani maupun penyuling dengan memperpendek rantai tataniaga. Hal ini dapat
ditempuh dengan menjual hasil minyak langsung kepada pedagang besar Eksportir melalui Kelompok Usaha Bersama yang merupakan unit kerja
Koperasi Unit Desa KUD.
Petani Akar Wangi
Penyulingan Pabrikan
Pedagang Kabupaten
Eksporter Pedagang besar
56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.