Metode Kajian Fungsi Produksi

38 3. Memiliki tingkat kemiringan lereng lebih besar dari 30. 4. Desanya terletak di daerah DAS Cimanuk Hulu, apabila mengalami erosi dapat merusak daerah-daerah lainnya di hilir. Pada tahap ini berdasarkan pertimbangan tertentu Purposive Cluster Sampling . Pada tahap ini dipilih 1 Kecamatan yang termasuk didalam wilayah DAS Cimanuk Hulu dipilih 1 desa secara proporsional. Desa yang terpilih ialah Desa Sukakarya. Selanjutnya pada masing-masing desa yang terpilih akan dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan luas pemilikkan lahan yaitu besar 2 Ha, sedang 1 – 2 Ha dan kecil 1 Ha secara acak simple random sampling . Pada masing-masing kelompok dipilih 20 responden secara merata sehingga terdapat 60 responden. Ke-60 responden ini akan digunakan dalam analisis agronomi dan ekonomi produksi serta analisis respon petani terhadap pola usahatani konservasi.

3.4.3. Metode Kajian Fungsi Produksi

Fungsi produksi menunjukkan sifat keterkaitan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dicapai. Selain itu fungsi produksi juga bisa mendeskripsikan secara matematis berbagai kombinasi penggunaan input untuk menghasilkan suatu output tertentu. Adanya asumsi bahwa elastisitas produksi tidak konstan, dan perubahan teknologi bersifat netral maka fungsi produksi yang relevan memenuhi persyaratan tersebut adalah fungsi produksi translog. Fungsi produksi translog yang digunakan dalam studi ini secara garis besarnya menyangkut empat macam input yang sangat fundamental untuk menghasilkan produk akar wangi, yaitu bibit, pupuk, tenaga kerja dan luas lahan. Hubungan dari ketiga input tersebut terhadap produk akar wangi dapat diturunkan dalam bentuk persamaan umum berikut. Ln Y = a + β 1 Ln X 1 + β 2 Ln X 2 + β 3 Ln X 3 + β 4 Ln X 4 + γ 11 ½ Ln X 1 2 + γ 22 ½ Ln X 2 2 + γ 33 ½ Ln X 3 2 + γ 44 ½ Ln X 4 2 + γ 21 Ln X 1 Ln X 2 + γ 31 Ln X 1 Ln X 3 + γ 41 Ln X 1 Ln X 4 + γ 32 Ln X 2 Ln X 3 + γ 42 Ln X 2 Ln X 4 + γ 43 Ln X 3 Ln X 4 + e [15] dimana : 39 Y adalah jumlah produksi akar wangi X 1 adalah jumlah bibit yang digunakan X 2 adalah jumlah pupuk yang digunakan X 3 adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan X 4 adalah luas lahan yang digunakan β i , γ ij adalah parameter yang ditaksir e adalah variabel gangguan acak disturbance error Dalam pelaksanaanya jenis bibit dan pupuk yang digunakan berbeda antara fungsi produksi translog satu dengan fungsi produksi translog lainnya, tergantung dari pola tanam petani yang diterapkan. Setelah diketemukan model fungsi produksi translog, langkah berikutnya adalah menurunkan fungsi elastisitas setiap input melalui tiga persamaan berikut: ε X1 = dLn YdLnX 1 = β 1 + γ 11 Ln X 1 + γ 21 Ln X 2 + γ 31 Ln X 3 + γ 41 Ln X 4 ... [16] ε X2 = dLn YdLnX 2 = β 2 + γ 22 Ln X 2 + γ 12 Ln X 1 + γ 32 Ln X 3 + γ 42 Ln X 4 .. [17] ε X3 = dLn YdLnX 3 = β 3 + γ 33 Ln X 3 + γ 13 Ln X 1 + γ 23 Ln X 2 + γ 43 Ln X 4 ... [18] ε X4 = dLn YdLnX 3 = β 4 + γ 44 Ln X 4 + γ 14 Ln X 1 + γ 24 Ln X 2 + γ 34 Ln X 3 ... [19] Dimana ε X1 , ε X2 dan ε X3 masing-masing menunjukkan elastisitas permintaan input bibit, pupuk dan tenaga kerja. Adapun untuk melihat kondisi skala usaha dari seorang produsen, merujuk kepada ketentuan sebagai berikut: 1. ε X1 + ε X2 + ε X3 1 maka produsen dalam kondisi increasing return to scale. 2. ε X1 + ε X2 + ε X3 = 1 maka produsen dalam kondisi constant return to scale. 3. ε X1 + ε X2 + ε X3 1 maka produsen dalam kondisi decreasing return to scale. Selain analisis ekonomi produksi yang dilakukan, beberapa ukuran ekonometrika juga diterapkan dengan maksud untuk melihat signifikansi dari model. Beberapa alat ukur yang digunakan antara koefisien korelasi, uji anova, dan uji t-student. 40

3.4.4. Analisis Respons Petani menggunakan Korelasi Spearman