Membaca Puisi Pendidikan Inklusif

18 Puisi berdasarkan struktur bahasanya lebih ringkas daripada prosa, puisimenggunakan bahasa imajinatif. Puisi yang bagus menggunakan kata- katayang telah ditentukan dan dipikirkan denganbaik. Penyair memunculkan dalam diri pembaca perasaan yang melimpah, bahwa kata-kata yang dipilih merupakan kata-kata yang tepat untuk karya yang dihasilkan.Tidak ada kata- katalain yang dapat digunakan sebagai pengganti.

2.1.5 Membaca Puisi

Menurut Pratiwi, dkk 2008: 8.1, membaca puisi sebagai salah satu wujud ekspresi seni baca sastra. Hampir dapat dipastikan, setiap peringatan hari besar nasional, hari besar keagamaan, dan peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat, ditampilkan kesenian berupa seni baca puisi. Membaca puisi dapat dilakukan dengan membawa serta teks puisi poetry reading, membaca dengan menghafalkan teks puisi deklamasi, dan dramatisasi puisi. Kemampuan membaca merupakan kemampuan memahami gagasan, perasaan, dan sebagainya dari pihak lain yang disampaikan lewat karya sastra puisi Depdiknas, 2004: 8. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca puisi adalah kemampuan untuk menangkap makna sebuah puisi. Kemampuan dalam memaknai puisi dipengaruhi oleh penguasaan seseorang tentang pengetahuan teori, sejarah, dan kritik puisi. Pengukuran keterampilan membaca puisi dapat dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung, sehingga dapat dilakukan aktivitas-aktivitas membaca puisi. Pengukuran dapat berupa: 1 tanya jawab singkat mengenai puisi yang dibaca; 2 menjawab 19 pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan puisi; 3 mengungkapkan kembali secara lisan; dan 4 mengungkapkan kembali secara tertulis isi puisi Setyaningsih, 2010: 57.

2.1.6 Pendidikan Inklusif

Anggapan bahwa anak yang memiliki keterbatasan tidak memerlukan pendidikan, telah menjadi sterotipe selama ini. Penyebutan anak berketerbatasan pun telah berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman sesuai asas kemanusiaan. Anak yang memiliki keterbatasan memiliki banyak sebutan sesuai dengan kondisi fisik maupun mentalnya. The World Health Organization atau WHO 1980 memberikan tiga definisi penyebutan anak yang memiliki keterbatasan. WHO menggunakan istilah-istilah tersebut sesuai dengan lembaga yang berkaitan dengan International Classification of Impairment, Disabilities, and Handicaps ICIDH Delphie, 2009:20. Istilah impairment mengacu pada ketidaknormalan, ketidakfungsian organatau sistem saraf pusat.Disabilities mengacu pada konsekuensi fungsional dari ketidakberfungsian. Handicaps mengacu pada konsekuensi sosial atau lingkungan dari ketidakmampuan dan ketergantungan dirinya untuk dilayani oleh lingkungan. Penyebutan anak berkebutuhan khusus child with special needs di Indonesia, diawali dengan penyebutan anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa. Satu lagi istilah yang telah berkembang luas sebelum istilah anak berkebutuhan khusus, yaitu istilah difabel.Difabel merupakan kependekan dari deference ability.Sejalan dengan adanya pengakuan 20 akan hak asasi manusia termasuk manusia yang memiliki keterbatasan dan berkelainan, sehingga digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang telah lazim digunakan. Istilah anak luar biasa mengacu pada kondisi fisik baik mental maupun emosional.Istilah anak berkebutuhan khusus mengacu pada anak yang dapat mencapai prestasi sesuai dengan potensinya dengan cara mengajar yang berbeda Suparno, dkk, 2007: 2. Kustawan 2013 dalam Ilahi 2013:12 menyatakan bahwa pendidikan inklusif merupakan konsep pendidikan yang berazas kesetaraan dan kesamaan. Artinya, tidak membeda-bedakan latar belakang anak baik secara fisik maupun mental. Secara sederhana pendidikan inklusif merupakan pendidikan untuk semua kalangan.Penafsiran sebagian besar orang mungkin mengarahkan pendidikan inklusif sebagai salah satu layanan dari pendidikan khususPLB. Akan tetapi, pada dasarnya pendidikan inklusif berbeda dengan pendidikan khusus dan pendidikan segregasi. Pendidikan inklusif di Indonesia sendiri didefinisikan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak sebayanya. Belajar di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Pendidikan inklusif yang diterapkan di Indonesia masih terbatas pada anak berkebutuhan khusus yang berkategori mampu didik dan mampu latih. Pendidikan inklusif masih belum mengakomodasi anak berkebutuhan khusus yang berkategori berat Smith, 2006:18. 21

2.1.7 Anak Berkebutuhan Khusus