92 masing SD Inklusi, misalnya dari cara guru mengajar atau metode yang
digunakan. Peneliti berusaha mendalami apa saja faktor yang mempengaruhi gejala umum tersebut melalui observasi.
5.2.1 Observasi Guru
Peneliti melakukan observasi pembelajaran membaca puisi di dalam kelas. Hasilnya, ketiga guru kelas melakukan pembelajaran yang sama yakni dengan
metode demonstrasi. Pada pertemuan sebelumnya guru memberikan materi tentang membaca puisi, kemudian guru memberikan tugas kepada siswa untuk
membaca puisi di hadapan siswa lainnya pada pertemuan yang akan datang. Berdasarkan observasi yang dilakukan di tiga tempat berbeda, peneliti
menemukan bahwa sikap setiap guru mengajar berbeda. Untuk kelas V SD Slerok 2 diampu oleh guru wanita, sedangkan kelas V SD Pekauman 8 dan SD
Kalinyamat Kulon 3 diampu oleh guru laki-laki. Pada pembelajaran membaca puisi di SD Slerok 2, guru kelas lebih telaten dan memahami teori puisi, siswa
berkebutuhan khusus juga seluruhnya mau membaca puisi dan memiliki tingkat percaya diri yang baik. Salah satu siswa berkebutuhan khusus yang seharusnya
membaca puisi di depan teman-temannya justru tidak dapat membaca, tetapi ia mampu mengekspresikan diri seolah-olah sedang membaca puisi walaupun tidak
mengeluarkan suara pada saat praktek membaca puisi. Pembelajaranpun berlangsung secara baik tanpa ada kendala berarti. Siswa yang tidak mau
membaca di hadapan siswa lainnya diberi kesempatan di lain waktu walaupun tidak membaca di hadapan teman-teman sekelasnya.
Berbeda dengan SD Slerok 2, pada SD Pekauman 8 dan SD Kalinyamat Kulon 3 dalam mengajar materi membaca puisi, guru kurang telaten. Guru
93 memberikan penguatan positif dan penguatan negatif. Akan tetapi, guru lebih
banyak menggunakan penguatan negatif pada siswa berkebutuhan khusus yang tidak mau membaca puisi di hadapan teman-temannya. Siswa berkebutuhan
khusus yang merasa kurang percaya diri, karena tidak dapat membaca semakin berkurang kepercayaan dirinya akibat dibanding-bandingkan dengan siswa
reguler. Untuk siswa berkebutuhan khusus yang tidak mau membaca puisi di hadapan teman-temannya tidak diberikan kesempatan di lain waktu dan nilainya
dibiarkan kosong. Perbedaan yang lain yakni pada SD Slerok 2 guru mempersiapkan
langsung teks puisi pada pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa disuruh latihan menggunakan teks puisi tersebut untuk selanjutnya dibacakan di hadapan siswa
lainnya pada pertemuan yang akan datang. Pada SD Pekauman 8, siswa disuruh membuat atau mencari 5 buah puisi yang salah satunya dibacakan di depan teman-
temannya pada pertemuan berikutnya, sedangkan pada SD Kalinyamat Kulon 3 siswa disuruh mencari sebuah puisi.
5.2.2 Observasi Siswa