Prinsip Evaluasi Lahan Metodelogi Evaluasi Lahan FAO

2 Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil. 3 Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 4 Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.

2.3.3 Prinsip Evaluasi Lahan

Prinsip dasar yang digunakan dalam proses evaluasi lahan adalah FAO, 1976: 1 Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan jenis penggunaan lahan yang spesifik. Penggunaan lahan yang berbeda memerlukan syarat yang berbeda pula. 2 Evaluasi lahan memerlukan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan yang diperlukan. 3 Memerlukan pendekatan multi disiplin dari para ahli ilmu alam, teknologi penggunaan lahan, ekonomi, sosiologi, dan lain-lain. Evaluasi hampir senantiasa memasukkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi. 4 Evaluasi dilakukan sesuai dengan kondisi-kondisi fisik lahan, sosial ekonomi daerah yang dikaji serta kondisi nasional. 5 Kesesuian didasarkan atas penggunaan yang lestari. Aspek kerusakan atau degradasi lingkungan diperhitungkan pada saat menilai kesesuaiannya agar sampai menyebabkan kerusakan liangkungan dikemudian hari, meskipun dalam jangka pendek usaha tersebut sangat menguntungkan. 6 Evaluasi melibatkan perbandngan lebih dari satu jenis penggunaan lahan. Jika hanya satu jenis yang dipertimbangkan, maka akan mnimbulkan kerugian karena beberapa jenis penggunaan lain yang lebih menguntungkan tidak teramati.

2.3.4 Metode Evaluasi Lahan

Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan atau membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis. Dalam mengevaluasi lahan terdapat 3 metode , berikut ini adalah metode evaluasi lahan:

2.3.4.1 Metode Pemerian Description

Metode pemerian merupakan salah suatu cara membeberkan atau melukiskan dalam kalimat mengenai suatu hal berdasarkan karakteristik lahan tersebut.

2.3.4.2 Metode Pengharkatan Scoring

Metode pengharkatan merupakan suatu cara dalam satu cara melakukan penilaian dengan menilai potensi lahan dengan memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga dapat diperoleh kelas kesesuain lahan berdasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan.

2.3.4.3 Metode Perbandingan atau Pencocokan Matching

Metode perbandingan merupakan suatu metode dengan jalan mengevaluasi kesesuaian lahan dengan jalan mencocokkan serta memperundingkan antara karakteristik lahan. Sehingga diperoleh potensi setiap suatu lahan tertentu, metode ini biasa dilakukan dengan teknik Tabulabis. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching meliputi: 1 Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan. 2 Kualitas lahan untuk setiap penggunaan lahan. 3 Rating penggunaan lahan. Macam matching adalah sebagai berikut: 1 Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor pembatas dan kelas kesesuaian lahan. 2 Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan faktor yang dominan sebagai penentu kelas kesesuaian lahan. 3 Subjective matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan subyektivitas dalam menentukan kelas kesesuaian lahan Hauzing, 1986 dalam Khadiyanto, 2005.

2.3.5 Metodelogi Evaluasi Lahan FAO

Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan-penggunaan spesifik yang dilakukan dengan cara-cara tertentu, yang nantinya akan menjadi dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan penggunaan lahan. Evaluasi lahan didasarkan pada analisis hubungan antara lahan dan penggunaan lahan, mengestimasi input, yang dibutuhkan, serta output yang diinginkan. Evaluasi lahan mencakup 2 aspek pokok, yaitu: 1 Sumber daya fisik: tanah, topografi, iklim. 2 Sumber daya sosial ekonomi sosek: ukuran lahan petani, tingkat pengelolaan ketersediaan tenaga kerja, letak pasar dan aktivitas manusia lainnya Rayes, 2007: 150.

2.4 Pengertian Industri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan. Industri juga dapat diartikan sebagai segala aktivitas manusia dibidang ekonomi yang produktif dalam proses pengolahan atau pembuatan bahan dasar menjadi barang yang lebih bernilai daripada bahan dasarnya untuk dijual. Industri dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian disefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri adalah bagian dari proses produksi di mana bagian ini tidak mengambil bahan-bahan langsung dari alam yang kemudian