Ha. Kawasan industri Tambak Aji seluas 99,14 Ha atau 86,08 dari luas kawasan industri 115,18 Ha. Kawasan industri Terboyo seluas 93,56 Ha
atau 37,73 dari luas kawasan 247,99 Ha. Kawsan industri Wijaya Kusuma seluas 91,66 Ha atau 81,4 dari luas kawasan 112,61 Ha.
Kawasan industri Tanjung Emas seluas 0,21 Ha atau 0,14 dari luas kawasan 147,14 Ha.
4.1.7.3 Sebaran Kesesuaian Medan Kawasan Industri Besar Kota Semarang
Kelas Sedang S
3
Kawasan industri besar kelas sesuai persebarannya terdapat pada semua lahan yang ada di setiap kawasan industri yang ada di Kota
Semarang. Kawasan industri Bukit Semarang Baru seluas 0,026 Ha atau 0,023 dari luas kawasan indutri 116,44 Ha. Kawasan industri Candi
seluas 145,79 Ha atau 20,86 dari luas kawasan industri 698,89 Ha. Kawasan industri Nyonya Meneer seluas 77,76 Ha atau 38,80 dari luas
kawasan 200,45 Ha. Kawasan industri Penggaron seluas 0,11 Ha atau 0,27 dari luas indutri 43,06 Ha. Kawasan industri Setya Budi seluas
1,46 Ha atau 9,07 dari luas kawasan industri 16,13 Ha. Kawasan industri Simongan seluas 35,52 Ha atau 67,85 dari luas kawasan
industri 52,35 Ha. Kawasan industri Tambak Aji seluas 15,06 Ha atau 13,08 dari luas kawasan industri 115,18 Ha. Kawasan industri Terboyo
seluas 154,43 Ha atau 62,27 dari luas kawasan 247,99 Ha. Kawsan industri Wijaya Kusuma seluas 3,71 Ha atau 3,30 dari luas kawasan
112,61 Ha. Kawasan industri Tanjung Emas seluas 134,64 Ha atau 91,51 dari luas kawasan 147,14 Ha.
4.1.7.4 Sebaran Kesesuaian Medan Kawasan Industri Besar Kota Semarang
Kelas Tidak Sesuai N
1
Persebaran kesesuaian medan dengan tingkat kategori tidak sesuai berada pada kawasan industri Simongan dengan luas 1,07 Ha atau 2,06
dari luas kawasan industri 52,35 Ha, dan kawasan industri Tanjung Emas seluas 12,28 Ha atau 8,34 dari luas kawasan industri 147,14 Ha.
Parameter yang terbukti menjadi faktor penghambat ataupun faktor yang mendukung untuk kesesuaian kawasan industri. Faktor penghambat
yang paling banyak terdapat pada parameter kerawanan bencana
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diajukan oleh peneliti, maka peneliti akan mengidentifikasi setiap hasil yang didapat dari penelitian
yang telah dijabarkan pada hasil penelitian. Berikut ini pembahasan dari masing-masing penelitian :
4.2.1 Sebaran Spasial Kawasan Industri Besar Kota Semarang
Analisa untuk mengetahui pola sebaran spasial dapat dilakukan dengan menggunakan cara analisis tetangga terdekat yang dikembangkan
oleh Clark dan Evon pada studi ekologi tanaman Yunanda, 2009. Analisis seperti ini kemudian diadaptasikan untuk menganalisa pola
persebaran permukiman. Metode kuantitatif ini membatasi suatu skala yang berkenaan dengan pola-pola persebaran pada ruang atau wilayah
tertentu. Pada dasarnya, pola persebaran itu dapatdibedakan menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol cluster pattern, tersebar acak random
pattern . dan tersebar dispersed pattern.Menurut Clark dan Evon,
pembagian pola ditentukan berdasarkan T atau indeks penyebaran tetangga terdekat. T dengan nilai kurang dari 1 masuk dalam kategori
mengelompok. Sedangakan nilai T lebih dari 2,15 berada pada kategori menyebar. Pada nilai T yang berada pada nilai 1
– 2,14 masuk dalam kategori acak.
Hasil analisis yang di dapat diketahui bahwa kawasan industri besar yang berada di Kota Semarang berada pada kategori sebaran acak
Random. Berdasarkan analisis Average Nearest Neighbor kawasan