34 keluar dari ruang pengering merupakan udara pengeringan yang membawa uap air
hasil penguapan bahan yang dikeringkan. Suhu udara keluar pada masing-masing percobaan berkisar antara 31
o
C-38
o
C, 30
o
C-39
o
C, 32
o
C-42
o
C, dan 34
o
C-54
o
C dengan rata-rata sebesar 35.7
o
C, 35.7
o
C, 35.5
o
C, dan 45.9
o
C. Rata- rata suhu keluar pada percobaan I, II, dan III tidak berbeda jauh, namun sangat berbeda dengan percobaan
IV. Rata-rata suhu udara keluar pada percobaan IV tinggi akibat jumlah bahan yang dimasukkan lebih sedikit dan udara pengeringan lebih banyak yang keluar, sehingga
mempengaruhi tingginya nilai suhu udara keluar saat pengukuran. RH udara keluar tertinggi selama percobaan terdapat pada percobaan II yaitu sebesar 80.8 dan RH
terendah terdapat pada percobaan IV sebesar 48.1
3. Hubungan Suhu Bahan Terhadap Waktu Pengeringan
Suhu bahan diukur berdasarkan arah rambatan panas radial yaitu dari asal sumber panas ke luar. Pengukuran suhu bahan dilakukan pada empat titik berdasarkan
arah radialnya dan pada kedalaman bahan yang sama Gambar 5.. Penamaan titik pengukuran pada Gambar 17. dan lampiran 1-4. disesuaikan pada titik pengukuran
pada Gambar 5. Hubungan suhu terhadap waktu pengeringan pada masing-masing percobaan
terlihat semakin meningkat. Rata-rata suhu bahan pada masing- masing percobaan yaitu 37.5
o
C, 33.9
o
C, 35.6
o
C, dan 37.0
o
C. Kisaran suhu bahan pada masing-masing percobaan adalah 29.3
o
C-45.5
o
C, 26.2
o
C-38.9
o
C, 28
o
C-38.3
o
C, dan 30.2
o
C-40.5
o
C. Kisaran suhu bahan tertinggi terdapat pada percobaan I sedangkan kisaran suhu
terendah terdapat pada percobaan III. Adanya perbedaan suhu antar masing-masing titik pengukuran menunjukkan
bahwa suhu bahan hasil pengukuran tidak merata. Pada percobaan 2, 3, dan 4 Gambar 17. menunjukkan bahwa suhu bahan hampir menyebar merata, namun pada
percobaan 1 terlihat ada perbedaan. Penyebab yang memungkinkan terjadinya hal ini adalah ujung sensor dari pengukur suhu bersentuhan dengan besi pada ruang
pengering. Posisi pengukuran pada Gambar 5. memungkinkan terjadinya hal ini.
35
25 30
35 40
45
30 60
90 120
150
m enit
o
C
5 6
7 8
25 30
35 40
45
30 60
90 120
150
menit
o
C
5 6
7 8
a Percobaan
I b
Percobaan II
25 30
35 40
45
30 60
90 120
150 180
210 240
270 300
330
menit
o
C
5 6
7 8
25 30
35 40
45
30 60
90 120
150 180
m enit
o
C
5 6
7 8
c Percobaan
III d
Percobaan IV
Gambar 17. Sebaran suhu bahan selama percobaan
36 Rata-rata kisaran suhu bahan lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu
udara masuk maupun suhu ruang pengering. Hal ini diduga disebabkan adanya
kehilangan panas melalui celah-celah sebelum udara masuk ke ruang pengering,
udara panas ke luar sebelum melalui bahan, dan panas yang terserap oleh besi rangka. Pada saat melewati bahan, laju udara pengeringan terhalang oleh tumpukan
bahan. Keadaan ini juga dapat menyebabkan perbedaan suhu antara titik-titik pengukuran dan rendahnya suhu yang diterima oleh bahan.
Kehilangan panas akibat panas keluar sebelum melalui bahan dapat dikurangi dengan melakukan proses penghentian pemutaran bahan, seperti pada Gambar 18.
Pada bagian gambar yang ditunjuk bahan yang digunakan tidak berlubang, sehingga mampu mencegah terjadinya aliran udara melalui posisi ini.
Gambar 18. Tumpukan biji saat tidak diputar
4. Hubungan Kadar Air Bahan Terhadap Waktu Pengeringan