6 Persyaratan mutu jagung untuk perdagangan menurut Standar Nasional
Indonesia SNI dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif Kristanto, 2007. Persyaratan kualitatif jagung
meliputi: 1. Produk harus terbebas dari hama dan penyakit
2. Produk terbebas dari bau busuk maupun zat kimia lainnya berupa asam 3. Produk harus terbebas dari bahan dan sisa-sisa pupuk maupun pestisida
4. Memiliki suhu normal Sedangkan persyaratan kuantitatif jagung dapat dilihat seperti Tabel 1. di bawah
ini. Tabel 1. Persyaratan mutu jagung
No. Komponen Utama
Persyaratan Mutu Maks I
II III
IV 1.
Kadar air
14 14 15 17 2.
Butir rusak
2 4 6 8 3. Butir
warna lain
1 3
7 10
4. Butir
pecah 1 4 3 5
5. Kotoran
1 1 2 2
Sumber: SNI dalam Kristanto, 2007
B. TEORI PENGERINGAN
Pengeringan didefinisikan sebagai proses pemindahan air dengan menggunakan panas atau aliran udara untuk mencegah atau menghambat
pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga tidak dapat berkembang lagi atau berkembang namun lambat Hall, 1980.
Laju pengeringan dibagi menjadi dua tahap utama yaitu laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun. Laju pengeringan konstan terjadi pada
lapisan permukaan biji-bijian yaitu pada lapisan air bebas. Laju pengeringan ini terjadi sangat singkat selama proses pengeringan berlangsung. Besarnya laju
pengeringan ini tergantung dari 1 Lapisan yang terbuka; 2 Perbedaan kelembaban antara aliran udara dan daerah basah; 3 Koefisien pindah massa; dan
4 Kecepatan aliran udara pengering. Laju pengeringan menurun terjadi setelah periode pengeringan konstan selesai. Kadar air kritis critical moisture content
7 membatasi terjadinya laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun
Hall, 1980. Kadar air kritis critical moisture content adalah kadar air minimum yang
terdapat pada biji-bijian dimana laju air bebas yang berasal dari dalam bahan ke permukaan tidak terjadi lagi. Kadar air pada biji-bijian biasanya lebih kecil
dibandingkan kadar air kritisnya sehingga pengeringan yang terjadi adalah laju pengeringan menurun.
Menurut Hall, 1980 pada proses pengeringan bahan pertanian terjadi dua proses dasar yaitu pindah panas untuk menguapkan cairan bahan dan pindah
massa akibat adanya perbedaan tekanan uap. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengontrol perpindahan kadar air dalam bahan adalah:
1 Difusi antara cairan dan uap, 2 Gaya kapilaritas, 3 Gradien penyusutan dan tekanan uap, 4 Gravitasi, dan 5 Penguapan kadar air.
Kadar air keseimbangan equilibrium moisture content adalah kadar air minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap atau pada
suhu dan kelembaban relatif yang tetap. Suatu bahan dalam keadaan seimbang apabila laju kehilangan air dari bahan ke udara sekelilingnya sama dengan laju
penambahan air ke bahan dari udara di sekelilingya. Kadar air pada keadaan seimbang disebut juga dengan kadar air keseimbangan atau keseimbangan
higroskopis. Perhitungan empiris untuk menentukan kadar air keseimbangan adalah Henderson dan Perry, 1979:
n cTM
E
e Erh
−
= −
1
............................................................................ 1 dimana: Erh
= Kelembaban relatif keseimbangan desimal T
= Suhu absolute K M
E
= Kadar air keseimbangan basis kering c dan n = Konstanta tergantung dari jenis bahan
8 Tabel 2. Nilai c dan n untuk beberapa jenis bahan
Produk c n
Jagung pipil Gandum
Sorgum Kedelai
Rami Kismis
Buah persik kering Kapas
Kayu
5
10 10
. 1
−
×
7
10 59
. 5
−
×
6
10 40
. 3
−
×
5
10 20
. 3
−
×
6
10 89
. 6
−
×
5
10 13
. 7
−
×
4
10 11
. 4
−
×
5
10 91
. 4
×
5
10 34
. 5
−
× 1.90
3.03 2.31
1.52 2.02
1.02 0.546
1.70 1.41
Sumber: Handerson dan Perry, 1976
Menurut Brooker dan Bakker-Arkema 1973 beberapa parameter yang mempengaruhi lama waktu yang dibutuhkan pada proses pengeringan antara lain
adalah: 1. Suhu udara pengering
Suhu udara pengering akan mempengaruhi laju penguapan air bahan dan mutu pengeringan. Semakin tinggi suhu maka panas yang digunakan untuk
penguapan air akan meningkat dan waktu pengeringan menjadi lebih singkat. Suhu harus terus dikontrol agar tidak sampai merusak bahan yang dikeringkan.
2. Kelembaban relatif udara pengering Kelembaban relatif menentukan kemampuan udara pengering untuk
menampung uap air bahan. Semakin rendah RH maka makin banyak uap air yang diserap udara pengering demikian juga sebaliknya. RH dan suhu pengeringan
akan menentukan tekanan uap jenuh. Perbedaan tekanan uap air pada udara pengering dan permukaan bahan akan mempengaruhi laju pengeringan. Proses
pengeringan yang baik memerlukan RH yang rendah sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikeringkan.
3. Kecepatan aliran udara pengering Aliran udara pada proses pengeringan berfungsi untuk membawa panas
untuk menguapkan kadar air bahan serta mengeluarkan uap air hasil penguapan tersebut. Uap air hasil penguapan bahan dengan panas harus segera dikeluarkan
agar tidak menjenuhkan udara pada permukaan bahan yang mengganggu proses
9 pengeringan. Semakin besar volume udara yang mengalir maka akan semakin
besar kemampuannya dalam membawa dan menampung air dari permukaan bahan. 4. Kadar air bahan
Keragaman kadar air awal bahan paling sering dijumpai pada proses pengeringan dan seringkali hal ini menjadi suatu masalah. Beberapa hal yang bisa
digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah mengurangi ketebalan tumpukan bahan yang akan dikeringkan, mempercepat aliran udara pengering, menurunkan
suhu udara pengering dan dilakukan pengadukan bahan. Kadar air akhir bahan merupakan tujuan akhir dari proses pengeringan. Kadar air akhir ini akan
menentukan lamanya proses pengeringan berlangsung.
C. METODE PENGERINGAN