10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen aktivitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital
telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang pekerjaanaktivitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan
Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya Informasi Information Highway dalam masa pemerintahannya guna
mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi. Interconnection networking Internet telah menjadi sangat penting bagi manusia
di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di seluruh dunia menggunakan Internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan
internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya internet.
Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Kekayaan Intelektual HKI,
disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik, berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi
dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIPs yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan
dengan perdagangan dalam Badan Perdagangan Dunia WTO, HKI ini meliputi
Universitas Sumatera Utara
11
copyrights hak cipta, dan industrial property paten, merek, desain industri, perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang.
Diantara hak-hak tersebut, hak cipta yang semula bernama hak pengarang author rights merupakan kajian HKI yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif
yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak software.
1
Indonesia telah menjadi anggota WTO World Trade Organization, maka itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs
dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, setelah mengalami revisi 5 lima kali perubahan dan pembaharuan, maka pengaturan hak
cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta selanjutnya disebut UUHC. Selain memberikan manfaat, tingginya
penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil HKI.
Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah HKI tumbuh dengan subur. Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan
dengan pembajakan hak cipta. HKI memang berperan penting dalam kehidupan dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat
dengan aspek teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya.
2
1
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2005, hlm.30.
2
Ahmad M. Ramli, Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi. Informasi di Indonesia Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Hukum dan HAM, Jakarta, hlm.3.
Hak cipta terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak software pada komputer,
foto digital, musik digital, film digital bahkan yang sedang trend di kalangan
Universitas Sumatera Utara
12
akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga,
pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang.
Melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan hukum hak cipta antara karya cipta digital termasuk musik digital, film digital,
programdokumen digital dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran hak cipta, karya cipta digital
menjadi substansi baru dalam hukum hak cipta. Hal yang menjadi spesifikasi dalam karya cipta digital yaitu idegagasan maupun pikiran yang sudah tertuang
dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik misalnya buku,
kasetCD ke dalam bentuk digital misalnya e-book, MP3 atau karya cipta yang langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan
atau konversi. Seiring kemajuan era globalisasi saat ini, perlindungan terhadap hak cipta
terutama karya cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Pembajakan di dunia digital ataupun pembajakan bidang selain digital pada prinsipnya adalah
memperbanyak produk tanpa seizin orang atau pihak yang memiliki hak cipta. Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini
dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik
tiruan lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya diperlukan upaya
Universitas Sumatera Utara
13
\sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik. Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut
berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling berhubungan membentuk jaringan multimedia.
Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di
zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya dengan bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat
menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi 3G. Bentuk format digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi
menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital. Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi.
Secara yuridis, inti permasalahan pembajakan musik dan lagu ini bertentangan dengan Pasal 2 angka 1 Berne Convention for The Protection of
Literary and Artistic Works Konvensi Bern Untuk Perlindungan Karya Cipta Seni dan Sastra, yang di dalamnya dituliskan bahwa musik adalah suatu ciptaan
yang dilindungi. Konvensi Bern ini juga mengatur tentang exclusive rights hak- hak eksklusif dimana exclusive rights ini dapat dilakukan oleh pihak lain dengan
cara memberikan royalty kepada pemilik hak cipta tersebut. Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Bern tersebut seharusnya dapat
beradaptasi dengan ketentuan-ketentuan yang tertulis didalamnya. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara peserta World Intellectual Property
Organization WIPO, permasalahan pembajakan musik dan lagu ini juga
Universitas Sumatera Utara
14
bertentangan dengan WIPO Performances and Phonograms Treaty WPPT atau traktat mengenai pertunjukan dan rekaman suara yang diratifikasi Indonesia
melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan WIPO Performances and Phonograms Treaty WPPT atau Traktat Mengenai
Pertunjukan dan Rekaman Suara, traktat ini mengatur tentang hak-hak terkait neighbouring rights yaitu hak-hak Pelaku yang dalam hal ini adalah aktor,
penyayi, pemusik, penari dan mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukan, menyanyikan, menyampaikan,
mendeklamasikan, atau memainkan karya seni atau sastra dan Produser Rekaman Suara.
3
Dilihat dari segi ekonomis, pemerintah seharusnya melakukan negosiasi dengan pencipta dan produser untuk meminimalkan harga dari CD asli yang
sesuai dengan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat terdorong untuk membeli CD asli karena dapat menikmati hasil karya musik atau lagu dengan
harga yang murah dan kualitas yang bagus. Dari segi kemajuan teknologi, pemerintah dapat melakukan kerja sama dengan para ahli-ahli teknologi komputer
dan produser-produser rekaman untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan memberikan proteksi terhadap CD asli setiap kali akan diluncurkan ke pasaran.
Sehingga para pembajak CD pun tidak mempunyai sumber untuk dibajak. Karena teknologi berkembang seiring dengan berjalannya waktu, maka tidak tertutup
kemungkinan hadirnya teknologi baru yang dapat membobol proteksi CD tersebut, maka dari itu pemerintah harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi,
dan melakukan metode proteksi CD ini secara berlanjut. Persoalan yang dihadapi
3
Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”, http:lawmetha.wordpress.com20110521perkembangan-hukum-hak-cipta-terhadap-
produkdigital diakses tanggal 12 April 2015.
Universitas Sumatera Utara
15
bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan hak cipta atas karya cipta digital ini adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya
cipta yang yang dihasilkan dari proses alih mediadigitalisasi dan yang dibuat langsung dalam format digital disertai masalah-masalah seperti kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya hak cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran hak cipta.
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul:
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA JEJARING SOSIAL DITINJAU DARI UU
NO.28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA”.
B. Rumusan Masalah