Sistematika Penulisan Pengertian Hak Cipta Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk

23 c. Bahan hukum tersier, yaitu mencakup kamus bahasa untuk pembenahan tata Bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa beberapa istilah asing. 3. Teknik pengumpulan data Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilakukan degan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan maslaha yang dibahas dalam skripsi ini. 4. Analisis data Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan metode kualitatif. metode kualitatif adalah metode analisa data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang di ajukan.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan skiripsi ini, dibagi atas 5 lima bab, dimana masing-masing bab tersebut terdiri dari beberapa bagian sub bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan pembahasan bab yang dimaksudkan. Berikut ini merupakan garis besar atau sistematika tata penulisan skripsi ini yang terdiri dari: Universitas Sumatera Utara 24 BAB I PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan tentang latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan pembajakan karya seni digital dijejaring sosial. BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 Bab ini membahas mengenai hak cipta yang diterapkan di Inonesia, dari mulai pengertian, sifat, ciri-ciri dan pencatatan mengenai hak cipta. BAB III PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL DI JEJARING SOSIAL Bab ini membahas mengenai pembajakan dan karya seni digital yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia, sehingga harus dilihat dari segi perlindungan hak cipta yang terdapat didalam UUHC. BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA ATAS PEMBAJAKAN KARYA SENI DIGITAL PADA UU NO.28 TAHUN 2014 Bab ini membahas mengenai perlindungan dari pemerintah kepada para pencipta karya seni digital pada jejaring sosial, sanksi dari Universitas Sumatera Utara 25 pemerintah, serta usaha-usaha yang dilakukan dari para pencipta untuk melindungi karya mereka. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini beriksikan kesimpulan dan saran dari skripsi yang ditulis ini. Kesimpulan dan saran merupakan inti dari setiap bab yang dibahas dan dikemukakan. Universitas Sumatera Utara 26 BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014

A. Pengertian Hak Cipta Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk

mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan hak untuk menyalin suatu ciptaan. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. 9 Hak cipta dalam perkembangannya mengalami beberapa perubahan yang terjadi seiring berkembangnya jaman. Pada awalnya, Secara yuridis formal Indonesia diperkenalkan dengan pada masalah hak cipta ditahun 1912, yaitu sejak diundangkannya Auteurswet Wet van 23 September 1912, Staatsblad 1912 Nomor 600, yang mulai berlaku pada 23 September 1912. Pembentukan Auteurswet adalah sebagai dorongan setelah keikutsertaan Belanda, menjadi anggota Konvensi Bern yang dibentuk dalam rangka perlindungan Hak Cipta bagi karya sastra dan seni. Belanda masuk menjadi anggota konvensi sewaktu konvensi tersebut pertama dibentuk pada tahun 1886. Sebagai Negara jajahannya Hindia-Belanda diikutsertakan dalam konvensi tersebut. 10 9 Endang Purwaningsih, Intellectual Property Rights Jakarta: Ghalia Indonesia,2005, hlm.2. 10 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004, hlm.57. Universitas Sumatera Utara 27 Tahun 1942 ketika kekuasaan terhadap Hindia-Belanda beralih ketangan Negara Jepang, tata kehidupan dan pemerintahan Belanda secara de facto secara nyata dikendalikan dan diambil alih oleh pemerintahan Jepang. Setelah Indonesia merdeka ketentuan Auteurswet 1912 ini masih dinyatakan berlaku sesuai ketentuan peralihan yang terdapat dalam Pasal II Aturan Peralihan 1945, Pasal 192 Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat dan 142 UUD Sementara 1950. Pemeberlakuan Auteurswet ini sudah tentu bersifat sementara. Kurang lebih 70 tahun Auteurswet 1912 berlaku, Indonesia sebagai Negara berdaulat mengundangkan suatu Undang-Undang nasional tentang Hak Cipta, tepatnya 12 April 1982, oleh pemerintah Indonesia diputuskan mencabut Auteurswet 1912 dan Staatblad Nomor 600 dan sekaligus diundangkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang dimuat dalam Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor 15. 11 11 Ibid, hlm.58. Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta perlindungan atas para pencipta dianggap kurang memadai dibandingkan dengan yang diberikan hukum Hak Cipta diluar negeri. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dalam Undang-Undang Tahun 1987 skala perlindunganpun diperluas, diantara perubahan mendasar yang terjadi didalam adalah masa berlaku perlindungan karya cipta diperpanjang menjadi 50 tahun setelah meninggalnya si pencipta. Karya-karya seperti rekaman dan video dikategorikan sebagai karya-karya yang dilidungi. Namun untuk menyempurnakannya lagi UU Nomor 7 Tahun 1987 diubah kembali menjadi Universitas Sumatera Utara 28 Undang-Undang No.12 Tahun 1997. Tetapi dalam pelaksanaannya Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1997 dipandang perlu untuk diganti dengan UUHC yang baru, yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Hal itu disadari karena kekayaan seni dan budaya serta pengembangan kemampuan hukum yang memadai agar terdapat iklim persaingan usaha yang sehat, yang diperlukan untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional. 12 Hak cipta dalam penerapannya memilki tujuan dan sifat yang mengikat didalam mengatur. Tujuan utama dari Hak cipta adalah membantu pertumbuhan proses belajar, pengembangan budaya seta penyebaran informasi Namun pemerintah Indonesia kembali mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 menjadi Undang-Undang Nomoe 28 Tahun 2014. Melalui Pasal 1 UUHC, dapat kita lihat bahwa UUHC memberikan definisi yang sedikit berbeda untuk beberapa hal. Selain itu, dalam bagian definisi, dalam UUHC juga diatur lebih banyak, seperti adanya definisi atas “fiksasi”, “fonogram”, “penggandaan”, “royalti”, “Lembaga Manajemen Kolektif”, “pembajakan”, “penggunaan secara komersial”, “ganti rugi”, dan sebagainya. Dalam UUHC juga diatur lebih detail mengenai apa itu hak cipta. Hak cipta merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. 13 12 Ibid, hlm.62. 13 Margreth, Barrett, Intelectual Property, Smith’s Review Larchmont : Emanuel Law Outlines Inc, 1991, hlm. 135. . Hukum hak cipta dimaksudkan untuk mendorong proses penciptaan akan karya seni, sastra, ilmu pengetahuan dan karya penerbit lainnya semaksimal mungkin. Sementara sifat dari hak cipta adalah merupakan bagian dari hak milik yang abstrak, yang meupakan penguasaan atas hasil kemampuan kerja dan penguasaan atas hasil Universitas Sumatera Utara 29 kemampuan kerja, dan gagasan, serta hasil pikiran. Dalam perlindungannya Hak Cipta mempunyai waktu yang terbatas, dalam arti setelah habis masa perlindungannya, karya cipta tersebut akan menjadi milik umum. Selain itu hak cipta juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak. 2. Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. 3. Hak cipta yang dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milih ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan Hak Cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum. Hak cipta juga mengenal ada hak cipta sebagai hak kebendaan dan hak cipta sebagai hak kekayaan inmateril. Kedua hak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hak cipta sebagai hak kebendaan Sebelum kita mengkaji lebih jauh mengenai kebendaan hak cipta sebagai hak kebendaan, maka ada baiknya jika terlebih dahulu kita uraikan apa sebenarnya yang dimaksud dengan hak kebendaan. Dalam bahasa Belanda hak kebendaan ini sering disebut zakelijk recht. Soedewi Masjchoe Sofwan, memberikan rumusan tentang hak kebendaan, yakni, hak mutlak atas suatu benda dimana hak itu memberikan kekuasaaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Universitas Sumatera Utara 30 Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relatif, hak nisbi atau biasanya disebut juga persoonlijk atau hak perseorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua orang seperti pada hak kebendaan. Ada beberapa ciri pokok yang membedakan hak kebendaan ini dengan baik relatif atau perorangan, yaitu : a. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. b. Mempunyai zaakgevolg atau droit de sulte hak yang mengikuti. Artinya hak itu terus mengikuti bendanya dimana pun juga dalam tangan siapa pun juga benda itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya, c. Sistem yang dianut dalam hak kebendaan dimana terhadap yang lebih dahulu terjadi mempunyai kedudukan dan tingkat yang lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian. Misalnya, seorang eignar menghipotikkan tanahnya, kemudia tanah tersebut juga diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka disini hak hipotik itu masih ada pada tanah yang dibebani hak mungut hasi tersebut, dan mempunyai derajat dan tingkat yang lebih tinggi dari pada hak memungut hasil yang baru terjadi kemudian. d. Mempunyai sifat droit de prefence hak yang didahulukan e. Adanya apa yang dimaksud gugat kebendaan Universitas Sumatera Utara 31 f. Kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya dilakukan. Mariam Darus Badzulzaman, mengenai hak kebendaan ini dibaginya atas dua bagian, yaitu : a. Hak kebendaan yang sempurna dan hak kebendaan yang terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak kebendaan yang memberikan kenikmatan yang sempurna penuh bagi si pemilik. b. Hak kebendaan terbatas adalah hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik. Jika kita simpulkan pandangan Mariam Darus diatas, maka yang dimaksud dengan Hak Kebendaan yang sempurna itu adalah hanya hak milik, sedangkan selebihnya terrmasuk dalam kategori hak kebendaan yang terbatas. 14 14 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995, hlm.16-19. 2. Hak cipta sebagai hak kekayaan inmateril Hak kekayaan inmateril adalah suatu hak kekayaan yang objek haknya adalah benda yang tidak berwujud benda tidak bertubuh. Dalam hal ini banyak yang dapat dijadikan objek hak kekayaan yang termasuk dalm cakupan benda tidak bertubuh. Misalnya, hak tagihan, hak yang ditimbulkn dari penerbitan surat- surat dan lain-lain sebagainya. Hak kekayaan inmateril sebagaimana penulis ungkapkan diatas, secara sederhana dapat dirumuskan bahwa, semua benda yang tidak dapat dilihat atau diraba dan dapat dijadikan objek hak kekayaan adalah merupakan hak kekayaan inmateril. Universitas Sumatera Utara 32 Jika kita hendak memastikan tempat atau kedudukan hak cipta itu sebagai hak kekaayaan inmateril maka ada baiknya kita lihat dulu rumusan pada 499 KUH Perdata. Pasal ini secara implisit tersirat dan menunjukkan, bahwa hak cipta itu dapat digolongkan sebagai benda yang dimaksudkan oleh pasal tersebut. Mahadi dari buku Pitlo yang mengatakan, serupa dengan hak tagih, hak inmateril tidak mempunyai benda berwujud sebagai objek. Hak inmateril termasuk kedalam hak-hak yang disebut pasal 499 KUH Perdata. Oleh karena itu, hak milik inmateril itu sendiri dapat menjadi ibjek dari sesuatu hak benda. Selanjutnya beliau mengatakan, bahwa hak benda adalah absolut atas sesuatu benda, tetapi ada hak absolute yang objeknya bukan benda berwujud barang. Itulah apa yang disebut dengan nama baik hak milik intelektual. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau ciptaan. Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulis lainnya, film, karya-karya koreografis tari, balet, dan sebagainya, komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi, dan dalam yurisdiksi tertentu desain industri. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi, karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya. Universitas Sumatera Utara 33 Pelaksanaan dari hak cipta tidak luput dari peraturan-peraturan yang mengaturnya, yaitu pengaturan hak cipta dari konvensi-konvensi internasional. Perhatian dunia internasional terhadap masalah hak cipta telah melahirkan beberapa konvensi internasional di bidang hak cipta. Sejak pertama kali disepakati pemberian perlindungan terhadap karya sastra dan karya seni dalam Berne Convention 1886, telah mengilhami lahirnya beberapa konvensi susulan yang. merupakan kesepakatan antar negara dalam mengatur masalah hak cipta secara lebih spesifik, termasuk di dalamnya pemberian perhatian terhadap karya cipta yang dihasilkan karena perkembangan teknologi ,misalnya karya cipta di bidang Phonograms, Distribution programme carrying signals transmitted by Satelite. Beberapa kesepakatan bersama antar negara yang mengatur masalah hak cipta antara lain: 1. Bem Convention for the Protection af Uteraray 2nd Artistic Works 1886 2. Universal Copyright Conventian 1955 3. Rome Canventian far tile Pratection af Performers, Producers of Phonograms and Broadcasting Organizations 1961 4. WIPO Copyright Treaty WC7 1996 5. WIPO Performances and Phanograms Treaty WPP7 1996 6. Brussels Ccnvention relaing to the Oisirioution of Prograrnme carrying signals transmitted by Satelite 1974 7. Convention for tile Protection of Producers of Phonograms Agains Unauthorized Duplication of Their Phonograms 1971 Universitas Sumatera Utara 34 8. Treah on the International registration of Audiovisual Works Film Register Treaty 1991 Selain itu, terdapat pula konvensi internasional yang mengatur juga masalah hak cipta sebagai bagian dari hak milik intelektual pada umumnya,yaitu : 1. TRIPs Marakesh Agreement 15-04-1994 2. OAPI Bangui Agreement Revising Extracts 24-02-1999 3. OAPI Bangui Agreement 02-03-1977 4. NAFTA Intellectual Property Excerpts 08-12-1993 Rangkaian kesepakatan bersarna di bidang hak cipta maka Bern convention merupakan konvensi tertua yang mengatur masalah Hak Cipta. Konvensi Bern ditandatangani di Bern, lbu kota Swidzerland, pada tanggal 9 September 1886 oleh sepuluh negara peserta asli Belgium, France, germany, Great Britain, Haiti, ltaly, Liberia, Spain, Swidzerland, Tunisia dan tujuh negara yang menjadi peserta dengan cara aksesi Denmark, Japan, Luxemburg, Monaco, Montenegro, Norway, Sweden . Naskah asli bem Convention ,para kepala negara waktu itu menyatakan bahwa yang melatar belakangi diadakannya konvensi ini adalah : …………being equaily animated by the desire to protec, in as effective anduniform a manner as possible, the right of authors in their literary and artistic works. 15 Terminologi hak cipta, berbeda pada setiap negara penandatanganan WIPO Copyright Treaty, namun eksistensinya tetap sama dengan. Pengertian 15 https:hukum2industri.wordpress.com20110607konvensi-internasional-tentang-hak- cipta diakses 28 April 2015. Universitas Sumatera Utara 35 dasarnya adalah bahwa hak cipta adalah Hak Eksklusif Exclusive Right bagi pencipta maupun penerima hak atas karya sastra dan karya seni. Menurut WIPO World Intellectual Property Organization hak cipta adalah : Copyright or author’s right is a legal term used to describe the rights that creators have over their literary and artistic works. Works covered by copyright range from books, music, paintings, sculpture, and films, to computer programs, databases, advertisements, maps, and technical drawings. 16 Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi pencipta atau penemu. Hak moral melekat pada pribadi pencipta atau penemu. Maksudnya adalah, hak cipta merupakan istilah hukum yang digunakan untuk menggambarkan hak dari pencipta bahwa karya mereka dilindungi oleh hak cipta. Karya tersebut meliputi buku , musik , lukisan , patung , dan film , program komputer , database , iklan , peta , dan gambar teknis . Hukum nasional mengatakan pengertian hak cipta terdapat dalam UUHC, yaitu dalam Pasal 2 ayat 1, yang mengatakan bahwa: Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hak eksklusif merupakan hak yang semata-mata bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegang , kecuali dengan izin pencipta.

B. Hak Moral dan Hak Ekonomi

Dokumen yang terkait

SKRIPSI KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 2 12

PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Musik (Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu).

0 2 14

PENDAHULUAN Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Musik (Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu).

0 6 15

PERLINDUNGAN HAK CIPTA ATAS KARYA MUSIK Perlindungan Hak Cipta Atas Karya Musik (Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta Lagu).

0 2 22

Perlindungan Hukum Atas Angklung Sebagai Ekspresi Budaya Tradisional Indonesia Ditinjau Dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Konvensi Bern.

0 1 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA OGOH-OGOH BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 0 51

28 UU NO 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

0 0 84

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA DI INDONESIA DITINJAU DARI UU NO.28 TAHUN 2014 A. Pengertian Hak Cipta - Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta atas Pembajakan Karya Seni Digital pada Jejaring Sosial Ditinjau dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta skripsi

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Pencipta atas Pembajakan Karya Seni Digital pada Jejaring Sosial Ditinjau dari UU No.28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta skripsi

0 1 16

PERAN LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF DALAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK EKONOMI BAGI PENCIPTA LAGU DITINJAU DARI UU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA - Unika Repository

0 0 11