Pengukuran Laju Respirasi HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengukuran Laju Respirasi

Berdasarkan hasil perlakuan penggetaran selama 3 jam, didapatkan nilai frekuensi dan amplitudo, yaitu sebesar 3.78 Hz dan 3.03 cm. Untuk mendapatkan data nilai jarak tempuh selama transportasi, maka nilai frekuensi rata-rata harus dikonversi dengan cara mengalikan jumlah seluruh luas vibrator selama satu jam dengan nilai jumlah setara panjang jalan Lampiran 13. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa penggetaran selama 3 jam pada alat simulasi pengangkutan setara dengan 626.9 km di luar kota atau kurang lebih 10 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 kmjam. Setelah perlakuan penggetaran, dilakukan pengukuran laju respirasi buah jambu biji. Proses respirasi sayur-sayuran dan buah-buahan ditandai dengan adanya penurunan konsentrasi O 2 dan peningkatan CO 2 . Laju respirasi merupakan indikator yang baik mengenai kegiatan metabolisme dalam jaringan dan merupakan petunjuk yang berguna dalam memperkirakan daya simpan suatu komoditi Apandi, 1984. Menurut Pantastico 1989 penentuan laju respirasi dapat dilakukan melalui pengukuran laju konsumsi O 2 atau dengan penentuan laju produksi CO 2 . Konsentrsi O 2 dan CO 2 yang terukur memiliki satuan persen kemudian untuk memperoleh nilai laju respirasi, nilai konsentrasi tersebut harus dikalikan dengan volume bebas dalam kemasan ml dan dibagi dengan berat komoditas yang diukur kg dan waktu pengukuran jam. Laju respirasi memiliki satuan mlkg jam. Data rata-rata laju respirasi CO 2 dan O 2 untuk jambu biji dengan dan tanpa pembungkus koran dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Tabel 6. Data rata-rata laju respirasi CO 2 dan O 2 buah jambu biji dengan pembungkus koran. Keterangan Perlakuan Suhu Penyimpanan 5 o C 10 o C 30 o C CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 Perlakuan pra pengemasan Sortasi 8.95 8.30 14.53 14.32 56.87 44.62 Tanpa sortasi 10.01 8.45 14.66 14.56 60.96 44.68 Lama penyimpanan jam 240 240 144 Tabel 7. Data rata-rata laju respirasi CO 2 dan O 2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran. Keterangan Perlakuan Suhu Penyimpanan 5 o C 10 o C 30 o C CO 2 O 2 CO 2 O 2 CO 2 O 2 Perlakuan pra pengemasan Sortasi 9.98 6.00 20.30 15.94 57.55 47.19 Tanpa sortasi 10.30 6.54 19.38 13.52 69.47 55.99 Lama penyimpanan jam 240 240 144 Dari Tabel 6 dan 7 dapat dilihat bahwa nilai laju respirasi maksimum dialami oleh jambu biji dalam kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 30 o C sedangkan laju respirasi minimum dialami oleh jambu biji pada kemasan dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5 o C. Lama penyimpanan berbeda untuk setiap perlakuan suhu penyimpanan, dimana untuk suhu penyimpanan 30 o C setelah jam ke-144, pengamatan laju respirasi tidak dilakukan lagi karena buah jambu biji dianggap telah mengalami kerusakan akibat munculnya jamur dan kapang yang menyebabkan laju respirasi pada buah menjadi tidak normal atau sangat tinggi. Berdasarkan analisis sidik ragam Lampiran 14 dan 15 dan tabel uji lanjut dapat dilihat bahwa jenis perlakuan pra pengemasan sortasi dan tanpa sortasi dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi buah jambu biji selama penyimpanan, sedangkan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap laju respirasi jambu biji. Grafik perubahan laju respirasi CO 2 dan O 2 jambu biji dapat dilihat pada Gambar 5, 6, 7 dan 8. Dari tabel 6 dan 7 dapat dilihat pula bahwa nilai rata-rata laju respirasi CO 2 dan O 2 minimum dialami oleh jambu biji yang dibungkus dengan koran. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Lampiran 16 dapat dilihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap laju respirasi buah jambu biji selama penyimpanan. Sedangkan jenis perlakuan pra pengemasan sortasi dan tanpa sortasi, jenis pembungkusan dibungkus dan tanpa dibungkus koran, interaksi antara jenis perlakuan dan suhu, interaksi antara jenis perlakuan dan jenis pembungkusan serta interaksi antara jenis pembungkusan, jenis perlakuan dan suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan laju respirasi jambu biji selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum disimpan dalam kemasan, buah jambu biji disortasi terlebih dahulu dan dibungkus dengan koran, kemudian setelah itu dapat disimpan pada suhu 5 o C. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 Waktu jam L a ju R e sp ir a si m l k g ja m KS5 KTS5 KS10 KTS10 KS30 KTS30 Gambar 5. Laju respirasi CO 2 buah jambu biji dibungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 Waktu jam L a ju R e s p ir a s i m l k g ja m KS5 KTS5 KS10 KTS10 KS30 KTS30 Gambar 6. Laju respirasi CO 2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan. 10 20 30 40 50 60 70 80 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 Waktu jam La ju R e sp ir a si m l k g ja m KS5 KTS5 KS10 KTS10 KS30 KTS30 Gambar 7. Laju respirasi O 2 buah jambu biji dibungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan. 10 20 30 40 50 60 70 80 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 Wak tu jam L a ju R es p ir a si m lk g j a m KS5 KTS5 KS10 KTS10 KS30 KTS30 Gambar 8. Laju respirasi O 2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan. Dari data diatas dapat diketahui bahwa suhu dapat mempengaruhi laju respirasi. Phan et al. 1986 menyatakan bahwa laju respirasi buah-buahan antara 0 o C dan 35 o C meningkat 2-2.5 kali untuk setiap kenaikan 7.8 o C. Berdasarkan hasil pengamatan, laju respirasi jambu biji pada suhu 5 o C lebih lambat dibandingkan laju respirasi jambu biji pada suhu 10 o C dan suhu ruang 30 o C. Hal ini terjadi karena rendahnya suhu penyimpanan akan menekan peningkatan konsentrasi O 2 yang digunakan untuk berespirasi. Beberapa faktor yang mengakibatkan adanya perbedaan aktivitas metabolisme di dalam jaringan komoditi, diantaranya :1. Faktor internal : tingkat perkembangan, susunan kimiawi jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan, 2. Faktor luar selain dipengaruhi oleh suhu dan tingkat kerusakan juga dipengaruhi oleh oksigen dan karbon dioksida yang tersedia. Perlakuan sortasi maupun tanpa sortasi tidak mempengaruhi laju respirasi yang terjadi pada buah jambu biji selama penyimpanan, karena jenis kemasan yang digunakan selama penyimpanan merupakan kemasan yang baik dalam mempertahankan mutu dari buah jambu biji. Sementara itu jenis pembungkusan koran dan tanpa koran pun tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi buah jambu biji selama penyimpanan, hal ini menunjukkan bahwa dengan atau tanpa bahan pembungkus koran laju respirasi buah jambu biji akan menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata terutama pada hal penentuan masa simpan produk tersebut. Pengukuran laju respirasi jambu biji dengan dan tanpa bahan pembungkus koran dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. Gambar 9. Laju respirasi jambu biji dengan bahan pembungkus koran. Gambar 10. Laju respirasi jambu biji tanpa bahan pembungkus koran. B . Tingkat Kerusakan Penyimpanan Selama penyimpanan dilakukan pengamatan parameter mutu pada buah jambu yang dibungkus dengan koran. Susunan buah jambu biji dalam kemasan karton dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Penyusunan buah jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran. Tingkat kerusakan penyimpanan buah jambu biji yang terjadi selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 12. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2 4 6 8 10 12 Lama Penyimpanan hari ke- T in g ka t K e r u sa ka n KS5 KTS5 KS10 KTS10 KS30 KTS30 Gambar 12. Perubahan kerusakan jambu biji terhadap suhu penyimpanan. Keterangan : KS5 = Kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5 o C KTS5 = Kardus tanpa perlakuan sortasidan disimpan pada suhu 5 o C KS10 = Kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 10 o C KTS10 = Kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 10 o C KS30 = Kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30 o C KTS30 = Kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30 o C Dari Gambar 12 dapat diketahui bahwa kemasan karton tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30 o C memiliki tingkat kerusakan tertinggi selama 6 hari penyimpanan, yaitu sebesar 89.58. Sedangkan kemasan karton dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5 o C memiliki tingkat kerusakan terendah, yaitu sebesar 48.67 setelah 6 hari penyimpanan. Setelah proses penggetaran, buah jambu biji mengalami luka berupa goresan sehingga memicu buah untuk melakukan proses respirasi lebih cepat dibandingkan buah yang masih utuh, akibatnya terjadi penurunan mutu jambu biji selama masa penyimpanan. Pada kemasan tanpa sortasi, terlihat tingkat kerusakan mekanis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kardus dengan perlakuan sortasi. Dengan adanya perlakuan sortasi maka buah yang rusak akan digantikan dengan yang masih dalam keadaan baik sehingga masa simpannya pun akan lebih lama. Selain itu, suhu penyimpanan pun ikut mempengaruhi tingkat kerusakan yang terjadi selama masa penyimpanan. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa tingkat kerusakan penyimpanan jambu biji yang disimpan pada suhu 5 o C memiliki tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan pada suhu penyimpanan 30 o C. Tinggi rendahnya suhu penyimpanan yang digunakan akan mempengaruhi masa penyimpanan produk, dimana pada suhu penyimpanan yang rendah akan memiliki masa simpan yang relatif lebih lama dibandingkan pada suhu penyimpanan yang tinggi. Selain itu, suhu penyimpanan akan mempengaruhi proses respirasi yang terjadi. Selama masa penyimpanan, buah mengalami proses pematangan yang ditandai dengan meningkatnya laju respirasi. Adanya kerusakan buah yang terjadi akan memicu buah untuk berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan buah yang utuh, sehingga proses pematangan pun akan lebih cepat. Proses respirasi yang terjadi akibat kerusakan buah selama penggetaran akan dapat diminimalkan oleh suhu penyimpanan yang rendah. Suhu penyimpanan yang rendah akan menahan laju peningkatan konsentrasi O 2 yang digunakan untuk proses respirasi. Suhu penyimpanan pun berkaitan dengan transpirasi yang terjadi dimana jika semakin tinggi suhu maka proses transpirasinya tinggi dan tegangan permukaan berkurang sehingga pada akhirnya menyebabkan buah mengalami pengkerutan dan penurunan mutu. Lamanya masa simpan juga berpengaruh terhadap jumlah kerusakan. Semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin tinggi tingkat kerusakan mekanis yang terjadi. Selama penyimpanan, buah jambu biji yang disimpan pada suhu 30 o C dan tidak mengalami perlakuan sortasi hanya dapat disimpan disimpan hingga hari ke-6, sedangkan untuk jambu biji yang disimpan pada suhu 5 o C dan 10 o C baik keduanya mengalami perlakuan sortasi maupun tidak disortasi, dapat disimpan hingga hari ke-10. Hasil analisis ragam Lampiran 17 dan uji lanjut pada Tabel 10 dan Tabel 11 terlihat bahwa jenis perlakuan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis buah jambu biji, sedangkan interaksi diantara keduanya tidak berpengaruh nyata.

C. Susut Bobot