D. Penyimpanan Pada Suhu Rendah
Pengontrolan lingkungan perlu dilakukan karena proses kerusakan pasca panen merupakan fungsi suhu dan waktu. Sumber kerusakan seperti
aktifitas fisiologi, aktifitas mikoroba, dan evaporasi, semuanya memiliki faktor pembatas suhu dan kelembaban.
Penyimpanan merupakan suatu cara memelihara produk setelah pemanenan dalam jangka waktu tertentu sebelum dijual dan dikonsumsi.
Penyimpanan bertujuan untuk mengendalikan laju transpirasi, respirasi, dan infeksi oleh mikroorganisme dan mempertahankan produk dalam kondisi yang
paling berguna bagi konsumen. Penyimpanan yang umumnya dilakukan adalah penyimpanan pada suhu rendah, dimana suhu diset di atas titik beku
sehingga tidak membeku dan daya simpannya lebih lama. Setiap produk hortikultur mempunyai karakteristik tersendiri,
dimana menurut Muchtadi 1992, karakteristik penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas, iklim,
tempat tumbuh, kondisi tanah, derajat kematangan, dan perlakuan sebelum penyimpanan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan
mutu produk, tetapi tanpa adanya perlakuan pendinginan maka hasil yang diperoleh pun menjadi kurang optimal.
Produk hortikultur segar mengandung kadar air tinggi, yaitu 80 – 90, sehingga proses transpirasi pun mudah untuk terjadi. Kehilangan air
selama penyimpanan tidak hanya menurunkan berat, tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan Muchtadi, 1992. Produk hortikultur yang
kehilangan air akan layu dan keriput. Hal tersebut dapat dicegah melalui penyimpanan pada suhu dan kelembaban yang optimal. Pengaruh suhu
penyimpanan terhadap umur simpan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap umur simpan Thomson, 1996 Komoditi
hortikultura Kondisi optimal
Umur simpan optimal minggu
T
o
C RH Aprikot
0 – 5 90 – 95
1 - 4 Alpukat
5 – 13 100
6 - 12 Nanas
10 – 15 100
4 – 6 Pisang
12 – 15 85 – 90
1.5 – 2 Apel
0 – 1 90 – 95
8 – 12 Belimbing
3 – 6 90
3 Durian
4 85 – 90
6 – 8 Jambu biji
5 – 10 90
2 – 3 Melon
5 - 10 90
1 – 4
III. METODE PENELITIAN