dt dx
: Perubahan konsentrasi gas terhadap waktu jam Data yang diperoleh pada saat pengukuran laju respirasi berupa
perubahan besarnya konsentrasi gas O
2
dan CO
2
selama pengamatan pada suhu 5
o
C, 10
o
C, dan suhu ruang. Suhu penyimpanan yang dipilih adalah suhu dengan laju respirasi terkecil.
2. Pengaruh Jenis Perlakuan sortasi dan tanpa sortasi dan Suhu Penyimpanan Terhadap Parameter Mutu Selama Penyimpanan
Parameter mutu yang diamati terhadap komoditi jambu biji yang disimpan, yaitu :
a. Tingkat kerusakan Penyimpanan
Uji tingkat kerusakan penyimpanan dilakukan segera setelah jambu biji digoncangkan atau digetarkan dan selama masa penyimpanan.
Kriteria rusak didasarkan pada terdapatnya luka memar dan luka goresan pada kulit buah. Uji ini dilakukan secara visual. Jumlah
kerusakan dalam satu kemasan dihitung dengan persamaan :
100 ×
= l
TotalSampe k
JumlahRusa rusak
b. Laju Susut Bobot
Pengukuran terhadap susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan bobot berat basah bahan sejak awal penyimpanan sampai
akhir penyimpanan selama periode pengamatan. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel secara acak kemudian ditimbang dan
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Susut bobot = W – W
a
x 100 .................. 2 W
Dimana : W = berat bahan pada awal penyimpanan gr W
a
= berat bahan pada akhir penyimpanan gr
Gambar 2. Timbangan.
c. Laju Perubahan Kekerasan
Kekerasan jambu biji diukur menggunakan Rheometer. Alat diset pada beban maksimum 10 kg dan kedalaman tusukan 10 mm.
Kecepatan tusuk probe yang digunakan 60 mmmenit. Jambu biji yang akan diukur kekerasannya diletakan pada alat kemudian ditusuk
pada tiga titik berbeda dengan tiga kali pengulangan dan diambil nilai rataannya. Nilai kekerasan yang rendah diperlihatkan oleh angka
kekerasan yang kecil karena nilai kekerasan berhubungan dengan penusukan jarum Rheometer. Jika bahan tersebut keras maka
diperlukan gaya yang besar untuk menusuk ke dalam buah jambu biji, sedangkan jika bahan tersebut lunak maka gaya yang dibutuhkan untuk
menusuk bahan menjadi kecil.
Gambar 3. Rheometer
d. Perubahan Warna
Pengujian terhadap warna dari komoditi dilakukan dengan alat Chromameter tipe CR-200. Data warna yang digunakan pada peneltian
kali ini dinyatakan dari tingkat L tingkat kecerahan, nilai a merah- hijau dan b tingkat kehijauan.
Menurut Soekarto 1990, parameter L menunjukkan tingkat kecerahan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih,
abu-abu, dan hitam. Tingkat L bernilai 0 untuk warna hitam dan bernilai 100 untuk warna putih. Nilai L yang semakin besar
menunjukkan bahwa buah semakin rusak karena warnanya akan semakin pucat.
Nilai a menyatakan warna akromatik merah-hijau, bernilai +a dari 0-100 untuk warna merah dan bernilai –a dari 0--80 untuk warna
hijau. Nilai a pada kulit yang semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa buah semakin matang dan cepat rusak, sedangkan nilai a pada
daging yang semakin besar menunjukkan bahwa daging buah mendekati rusak.
Nilai b menyatakan warna kromatik kuning-biru. Nilai +b akan semakin besar jika warna semakin kuning sedangkan nilai -b akan
semakin kecil jika warna semakin biru.
e. Total Padatan Terlarut