HASIL
RETENSI PEKERJA
PRODUKTIVITAS PEKERJA
KEPUASAN PEKERJA
KOMPETENSI STAF
INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
IKLIM UNTUK BERTINDAK
Faktor yang mempengaruhi
Ukuran inti
Gambar 4. Kerangka kerja ukuran pembelajaran dan pertumbuhan Kaplan dan Norton, 1996
2.8. Keunggulan BSC
Menurut Mulyadi 2001, BSC sebagai inti sistem manajemen strategik memiliki empat keunggulan, yaitu :
1. Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategik dalam membawa perusahaan menuju ke masa depan.
2. Menghasilkan total business plan yang komprehensif. 3. Menghasilkan total business plan yang koheren.
4. Menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang terukur. Kaplan dan Norton 1996 mengatakan bahwa BSC memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan sistem pengukuran kinerja tradisional, yang hanya mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan saja.
Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Balanced Scorecard sebagai berikut : 1.
Seimbang Balanced Scorecard
memberikan pengukuran yang seimbang, antara unsur keuangan dan non-keuangan ke dalam empat perspektifnya.
Keseimbangan Balanced Scorecard juga terjadi antara pengukuran yang berorientasi ke dalam perusahaan perspektif proses bisnis internal dan
pembelajaran dan pertumbuhan dengan orientasi ke luar perusahaan dengan perspektif keuangan dan pelanggan.
2. Komprehensif
Balanced Scorecard menekankan pada pengukuran kinerja yang
menyeluruh, tidak hanya berdasarkan perspektif keuangan saja, melainkan juga perspektif non-keuangan, seperti perspektif pelanggan,
perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
3. Koheren
Balanced Scorecard dapat menghasilkan kekoherenan antara visi dan
misi perusahaan dengan program rencana jangka pendek, serta kekoherenan antara berbagai sasaran strategis yang dirumuskan dalam
tahap perencanaan srategis. 4.
Terukur Balanced Scorecard
dapat digunakan mengukur sasaran-sasaran strategis yang sulit untuk diukur. Pengukuran sasaran strategis yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis menjanjikan pencapaian berbagai sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
2.9. Proses Hirarki Analitik
Saaty 1993 mendefinisikan Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process atau AHP sebagai suatu proses untuk mengorganisasikan
informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam
suatu kerangka berpikir terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan efektif atas persoalan tersebut.
Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya.
2.9.1. Keunggulan AHP
Menurut Marimin 2004, AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat
digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua
pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-
keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Selain itu, AHP dapat menguji konsistensi penilaian, terutama bila terjadi
penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal tersebut menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki,
atau hierarki harus distruktur ulang. Berikut ini disampaikan beberapa keunggulan penggunaan
AHP dalam memecahkan persoalan dan mengambil keputusan : a. Kesatuan
AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur.
b. Kompleksitas AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan
sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. c.
Saling ketergantungan AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen
dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear. d. Penyusunan hierarki
AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai
tingkatan berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
e. Pengukuran AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal tertentu
dan terwujud dalam suatu metode untuk menetapkan prioritas. f.
Konsistensi AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas. g. Sintesis
AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.
h. Tawar-menawar AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai
faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuannya.
i. Penilaian dan konsensus
AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian berbeda.
j. Pengulangan proses
AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisinya pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan
pengertiannya melalui pengulangan.
2.9.2. Prinsip Kerja AHP
Menurut Marimin 2004, ide dasar prinsip kerja AHP adalah : 1.
Penyusunan Hirarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-
unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki. Saaty 1993 menyatakan bahwa tidak ada aturan
yang pantang dilanggar untuk menyusun hirarki. Ancangan dalam menyusun hirarki bergantung pada jenis keputusan yang
perlu diambil. Contoh struktur hirarki dari identifikasi sebuah permasalahan dapat dilihat pada Gambar 5.
Tingkat 1
Identifikasi Masalah
Fokus G
Tingkat 2
F1 F2
F3 F4
Kriteria Masalah
Tingkat 3
A1 A2
A3 A4
Sub Kriteria Masalah
Tingkat 4
O1 O2
O3 O4
Kriteria Penyebab
Tingkat 5
S1 S2
S3 S4
Sub Kriteria Penyebab Tingkat
6 P1
P2 Jenis
Penyebab Gambar 5. Struktur hirarki identifikasi perusahaan Saaty, 1993
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty 1993, untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan
definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai skala banding berpasangan
Nilai Skala
Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen
sama pentingnya.
Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu.
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari lainnya. Pengalaman atau
pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas
lainnya.
5 Elemen yang satu jelas lebih
penting dibandingkan elemen lainnya.
Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat
disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek.
7 Satu elemen sangat jelas
lebih penting dibandingkan elemen lainnya.
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya
terlihat dalam praktek. 9 Satu
elemen mutlak
lebih penting dibanding elemen
lainnya. Sokongan elemen yang satu
atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan
tertinggi.
2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua
pertimbangan di atas. Kompromi diperlukan
diantara dua pertimbangan. Kebalikan
nilai-nilai di atas
Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, ¼, ...,
19 digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A.
Sumber : Saaty, 1993. 3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparisons. Nilai-nilai perbandingan
relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif,
dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas.
Bobot atau prioritas dapat dihitung melalui penyelesaian matematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Untuk membuat matriks perbandingan berpasangan, dimisalkan dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen
yang akan dibandingkan, yaitu elemen A
1
, A
2
, A
3
, … , A
n
. sedangkan pembobotan elemen-elemen operasi A
1
, A
2
, A
3
, … , A
n
itu dinyatakan dengan W
1
, W
2
, W
3
, … , W
n
, maka penilaian tingkat kepentingan elemen A
1
dibandingkan A
2
adalah W
1
W
2
, sehingga akan terbentuk matriks perbandingan berpasangan A [ n x n ], yang dapat dilihat
pada Tabel 2. Tabel 2. Matriks Perbandingan Preferensi A [ n x n ]
A
1
A
2
A
3
... A
n
A
1
1 W
1
W
2
W
1
W
3
... W
1
W
n
A
2
W
2
W
1
1 W
2
W
3
... W
2
W
n
A
3
W
3
W
1
W
3
W
2
1 ... W
3
W
n
... ... ... ... ... ... A
n
W
n
W
1
... ... ... 1 Unsur-unsur nilai perbandingan pada matriks dinyatakan
dengan I,j = 1, 2, 3, … , n. Misalkan W
1
W
2
adalah perbandingan dari A
1
dengan A
2
. Pemberian nilai pada matriks tersebut mengikuti skala banding berpasangan Saaty
1993, dengan tata aturan sebagai berikut : 1.
Jika W
i
W
j
= α, maka W
j
W
i
= 1 α , α 0;
2. Jika A
i
mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama dengan A
j,
maka W
i
W
j
= W
j
W
i
= 1; 3.
Hal yang khusus, W
i
W
i
= 1 untuk semua i b.
Melakukan normalisasi terhadap matriks awal. Setiap field dalam suatu kolom dibagi dengan jumlah field
pada kolom tersebut.
c. Menghitung bobot relatif atau bobot prioritas
Dari matriks awal yang telah dinormalisasi, field-field dalam satu baris dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah
elemen yang dibandingkan. d.
Menghitung Lamda Max λmaks
Tahapan-tahapan untuk mencari λmaks sebagai berikut :
1. Kolom matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas.
2. Field-field sepanjang baris dijumlahkan.
3. Jumlah masing-masing baris tersebut dibagi dengan bobot
prioritas. 4.
Hasil pembagian pada tahap sebelumnya dibagi dengan jumlah kolom pada matriks awal.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Consistency Ratio CR merupakan parameter yang digunakan
untuk memeriksa, apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Semua elemen yang
telah dikelompokkan harus memenuhi kriteria konsistensi, yaitu CR
≤ 0,1. CR dapat dihitung dengan menggunakan rumus 1 : CR = CI ................................................................................... 1
RI dengan CI =
λ max - n n – 1
Nilai RI merupakan nilai indeks acak yang dikeluarkan oleh Oakridge Laboratory
berupa tabel berikut :
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
5. Penggabungan Pendapat Responden Pada dasarnya, AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari
satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya
penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, perlu
dilakukan pengecekan konsistensi dari setiap elemen satu persatu. Pendapat yang telah konsisten tersebut kemudian
digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik, dengan rumus 2 :
X
G
=
n
∏
n
Xi ........................................................................ 2 Keterangan: XG
= rata-rata geometrik n
= jumlah responden Xi
= penilaian oleh responden ke-i Hasil penilaian gabungan inilah yang kemudian diolah dengan
prosedur AHP yang telah diuraikan sebelumnya.
2.10. Penelitian Terdahulu