Penentuan Tolok Ukur Strategik Sub Direktorat Property and Facilities

Management dalam memberikan pelayanan sarana perkantoran yang berkesinambungan kepada pelanggan dan proses operation maintenance yang dilakukan terhadap sarana-sarana perkantoran yang ada. Mengacu kepada pengertian tersebut, maka faktor-faktor keberhasilan kritikal dari perspektif proses bisnis internal adalah : 1. Pelayanan Operasional Sub Direktorat 2. Produktivitas Karyawan 3. Pengembangan Sub Direktorat

4.3.4. CSF Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dalam hal ini memiliki tujuan untuk menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya dapat dicapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif BSC yang lain. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki faktor-faktor keberhasilan kritikal berikut : 1. Peningkatan Keahlian dan Pengalaman 2. Kepuasan Karyawan

4.4. Penentuan Tolok Ukur Strategik Sub Direktorat Property and Facilities

Management Penerjemahan visi, misi dan strategi Sub Direktorat Property and Facilities Management telah menghasilkan CSF yang menjadi kunci penting dalam keberhasilan kinerja sub direktorat. Dalam mengukur tingkat keberhasilan masing-masing CSF, diperlukan suatu indikator atau tolok ukur strategik pada masing-masing CSF tersebut. Tolok ukur strategik ini ditentukan berdasarkan penerjemahan visi, misi dan strategi yang telah dibuat, wawancara terhadap orang-orang yang menduduki jabatan penting dalam Sub Direktorat Property and Facilities Management serta data-data internal perusahaan yang relevan. Gaspersz 2005 menyatakan bahwa terdapat dua jenis pengukuran tolok ukur strategis dalam BSC, yaitu Lag Indicator atau ukuran hasil dan Lead Indicator atau ukuran pemacu kinerja. Lag Indicator merupakan ukuran-ukuran outcome yang merefleksikan sasaran umum banyak strategi dan struktur serupa sepanjang proses industri atau lingkup perusahaan, yaitu segala sesuatu yang telah dicapai Sub Direktorat Property and Facilities Management di masa yang lalu. Lead Indicator adalah ukuran yang merefleksikan keunikan strategi unit bisnis, yaitu segala aktivitas yang mendorong kemajuan Sub Direktorat Property and Facilities Management untuk masa mendatang. Menurut Gaspersz 2005, suatu BSC yang baik harus memiliki campuran atau kombinasi antara Lag Indicator dan Lead Indicator, yang telah disesuaikan dengan tujuan strategis unit bisnis. Lag Indicator saja tanpa Lead Indicator tidak akan mengkomunikasikan bagaimana outcome itu dapat dicapai atau diperoleh, sedangkan Lead Indicator saja tanpa Lag Indicator maka hanya memungkinkan unit-unit bisnis mencapai peningkatan operasional jangka pendek.

4.4.1. Tolok Ukur Strategik Perspektif Keuangan

Penentuan tolok ukur strategik Sub Direktorat Property and Facilities Management pada perspektif keuangan dirumuskan berdasarkan CSF pada perspektif keuangan itu sendiri. Pada CSF perspektif keuangan terdiri dari pengendalian anggaran dan peningkatan efisiensi biaya operasi. Dari masing-masing CSF tersebut, didapat tolok ukur strategik yang diklasifikasikan menjadi Lag Indicator dan Lead Indicator. Lag Indicator dari CSF pengendalian anggaran yaitu realisasi penggunaan dana harus lebih kecil dari budget yang sudah direncanakan realisasi ≤ budget. Sedangkan pada peningkatan efisiensi biaya operasi, Lag Indicator-nya adalah rasio operasi. Lead Indicator dari faktor keberhasilan kritikal pengendalian anggaran adalah proses pengontrolan dana yang telah dianggarkan setiap bulannya monthly control budget. Sedangkan pada peningkatan efisiensi biaya operasi yang menjadi Lead Indicator adalah penurunan biaya operasi dan maintenance.

4.4.2. Tolok Ukur Strategik Perspektif Pelanggan

Pada dasarnya penentuan tolok ukur strategik pada perspektif pelanggan sama dengan yang dilakukan pada perspektif keuangan. Perumusan tolok ukur strategik pada perspektif keuangan merupakan hasil perumusan dari CSF pada perspektif pelanggan. Dalam perspektif pelanggan terdapat tiga CSF, yaitu kepuasan pelanggan, kenyamanan pemakai sarana perkantoran, dan keamanan pemakai sarana perkantoran. Dari ketiga CSF tersebut didapat tolok ukur strategik yang kemudian diklasifikasikan ke dalam Lag Indicator dan Lead Indicator . Lag Indicator pada CSF kepuasan pelanggan adalah tingkat kepuasan pelanggan. Pada CSF kenyamanan pemakai sarana perkantoran, yang menjadi Lag Indicator adalah kualitas dari sarana perkantoran yang ada. Sedangkan CSF yang terakhir, yaitu kemanan pemakai sarana perkantoran, yang menjadi Lag Indicator adalah tingkat kecelakaan dalam menggunakan sarana perkantoran. Lead Indicator pada CSF kepuasan pelanggan adalah adanya penurunan jumlah komplainkeluhan pelanggan terhadap sarana perkantoran yang ada. Pada CSF kenyamanan pemakai sarana perkantoran, Lead Indicator-nya adalah fasilitas dapat berfungsi dengan baik. Untuk CSF yang terakhir, yaitu kemanan pemakai sarana perkantoran yang menjadi Lead Indicator-nya adalah Continuity of Services.

4.4.3. Tolok Ukur Strategik Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada dasarnya penentuan tolok ukur strategik pada perspektif proses bisnis internal sama dengan yang dilakukan pada perspektif keuangan dan pelanggan. Perspektif proses bisnis internal memiliki tiga CSF, yaitu pelayanan operasional sub direktorat, produktivitas karyawan, dan pengembangan sub direktorat. Masing-masing tolok ukur dalam CSF dapat diklasifikasikan ke dalam Lag Indicator dan Lead Indicator . Lag Indicator dari CSF pelayanan operasional sub direktorat ada dua, yaitu jumlah perbaikan dan persentase pengaduan pelanggan yang terselesaikan tepat waktu. Pada CSF produktivitas karyawan, yang menjadi Lag Indicator-nya yaitu keahlian para karyawan dan tingkat pendidikan para karyawan. Sedangkan pada CSF yang terakhir, yaitu pengembangan sub direktorat, yang menjadi Lag Indicator-nya adalah tingkat komunikasi yang terjadi antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain. Lead Indicator dari CSF pelayanan operasional sub direktorat ada dua, yaitu kehandalan teknologi yang digunakan dan ketersediaan sumber daya manusia dan peralatan yang memadai. Pada CSF produktivitas karyawan, yang menjadi Lead Indicator-nya ada tiga, yaitu pelaksanaan pelatihan karyawan yang terjadwalkan, evaluasi terhadap target karyawan dan gaji, serta fasilitas dan reward yang memadai. Sedangkan pada CSF pengembangan sub direktorat, yang menjadi Lead Indicator-nya adalah kesadaran dari para karyawan akan hak dan kewajibannya dalam pekerjaan.

4.4.4. Tolok Ukur Strategik Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terdapat dua CSF, yaitu peningkatan keahlian dan pengalaman dan kepuasan dari para karyawan. Masing-masing tolok ukur dalam CSF dapat diklasifikasikan ke dalam Lag Indicator dan Lead Indicator. Pada CSF peningkatan keahlian dan pengalaman, Lag Indicator -nya ada dua, yaitu jumlah pelatihan dan tingkat partisipasi karyawan pada pelatihan yang diadakan. Sedangkan pada CSF kepuasan karyawan, Lag Indicator-nya yaitu tingkat kepuasan karyawan dan tingkat pengembangan karir. Lead Indicator pada CSF peningkatan keahlian dan pengalaman adalah peningkatan kinerja karyawan. Sedangkan pada CSF kepuasan karyawan yang menjadi Lead Indicator-nya ada dua, yaitu pembinaan karyawan dan jaminan kesejahteraan.

4.5. Penyusunan Struktur Hirarki AHP