mengkonsumsi narkoba. Oleh karena itu, untuk mencari teman, sebaiknya memilih yang mempunyai sikap dan kegiatan
positif,misalnya kelompok belajar,kelompok pengajian, atau kelompok olahraga.
b. Sosial masyarakat. Lingkungan masyarakat yang baik, terkontrol, dan memiliki
organisasi yang
baik akan
dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, anak-anak dan remaja yang
tinggal di lingkungan yang masyarakatnya sebagian bukan orang baik-baik juga akan lebih suka berbuat menyalahi hukum, misalnya
saja menjadi pengedar narkoba dan minum-minuman keras. Selain itu, apabila masyarakat di lingkungan seseirang, terutama anak-
anakdan remaja adalah orang baik, tetapi mereka acuh satu sama lain dan tidak saling memperhatikan, juga memperbesar
kemungkinan dapat menjerumuskan orang tersebut menjadi pemakai narkoba.
2.5.3 Model-model Pencegahan dan Penaggulangan Narkoba
a. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Adapun model-model pencegahan penyalahgunaan narkoba dibagi menjadi lima, yaitu :
1. Model moral-legal
Penganut model tradisional konvensional ini adalah para penegak hukum, tokoh agama, dan kaum moralis. Di sini narkoba
dianggap obat berbahaya dimana penggunaannya bertentangan secara sosial dan legal. Oleh karena itu, pengedar penjual dan
penggunanya secara moral sosial dan legal adalah pelaku kejahatan yang harus dihukum dan dijauhkan dari lingkungan sosialnya.
Pencegahan dilakukan dengan pengawasan ketat peredaran narkoba, meningkatkan harga jual, ancaman hukuman berat dan peringatan
keras tentang bahayanya. 2.
Model medik dan kesehatan masyarakat Pencegahan pada model ini tidak jauh berbeda dengan model
pertama hanya saja di sini narkoba dianggap sebagai penyebab suatu penyakit dimana individu pun digolongkan sebagai rawan atau tidak
rawan. Indonesiapun menganut model ini, misalnya penyalahgunaan narkoba hanya ditolong secara medik, pengawasan terhadap
penggunaan dan peredaran narkoba dan informasi mengenai narkoba sebagai penyebab ketergantungan. Upaya pencegahan ditujukan pada
sekelompok masyarakat dari bahaya yang ditularkan oleh pecandu, identifikasi dan pertolongan pada kelompok yang berisiko tinggi,
serta penerangan. Informasi bahaya narkoba dilakukan seperti halnya kampanye anti rokok.
3. Model psikososial
Model psikososial menempatkan individu sebagai unsur aktif. Penyalahgunan narkoba pada model ini dilihat sebagai masalah
perilaku. Pencegahan pada model ini ditujukan pada perbaikan kondisi pendidikan atau lingkungan psikososialnya, seperti keluarga,
sekolah dan masyarakat. Pemberian informasi tentang narkoba dengan cara menakut-nakuti horror technique atau scare tactis
sangat tidak dianjurkan. 4.
Model sosial-budaya Model ini menekankan pentingnya lingkungan dan konteks
sosial-budaya. Sasaran penanggulangan pada model ini adalah perbaikan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat.
Industrialisasi, urbanisasi, kurangnya kesempatan kerja dan sebagainya menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, lembaga-
lembaga terutama pendidikan perlu dimodifikasi menjadi lebih manusiawi, pelayanan kesehatan dan sosial ditujukan bagi
kepentingan konsumen, pengembangan potensi masyarakat pada setiap kelompok umur, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
5. Pendekatan komprehensif
Setiap model memperlihatkan pandangan yang berbeda dan menganjurkan saran yang berbeda pula untuk mencegah dan
menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu agar upaya penanggulangannya efektif dan efisien perlu dilakukan secara
bersama-sama. Inilah
makna pendekatan
menyeluruh atau komprehensif. Semua pihak mengambil bagian masing-masing
sesuai dengan kompetensi dan bidang tugasnya.
b. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba dapat ditanggulangi, baik secara preventif pencegahan maupun kuratif penyembuhan. Ida Listyarini
Handoyo, 2004 : 47 1.
Penanggulangan Narkoba Secara Preventif pencegahan Penyalahgunaan narkoba dapat dicegah dengan cara-cara,
sebagai berikut : a.
Meningkatkan keharmonisan terhadap anggota keluarga. Hubungan komunikasi antar anggota keluarga yang lebih baik
dapat menghindarkan dari resiko penyalahgunaan narkoba. b.
Memperbanyak kegiatan yang bermanfaat. Dengan kegiatan yang positif, kita akan merasa terhibur dan tidak merasa frustasi.
c. Memilih pergaulan dan tidak mudah terpengaruh oleh bujukan
orang lain. d.
Menghindari rokok. e.
Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME. 2.
Penaggulangan Narkoba Secara kuratif penyembuhan Upaya kuratif bagi pemakai Narkoba secara lebih rinci
dilaksanakan melaui beberapa tahapan berikut :
a. Penatalaksanaan secara supportif.
Terapi dilakukan pada pengguna yang telah mengalami gejala Over Dosis maupun sakaw. Jika terapi tidak segera dilakukan,
maka pengguna yang Over Dosis dan pengguna yang dalam kondisi sakaw tersebut dapat meninggal dunia. Terapi dapat
dilakukan dengan resusitasi jantung dan paru. b.
Detoksifikasi. Terapi dengan cara detoksifikasi atau menghilagkan racun di
dalam darah dapat dilakukan secara medis dan non medis. Detoksifikasi nonmedis yang sering dilakukan adalah dengan
cara-cara yang kurang manusiawi, seperti disiram air dingin, dipasung, dan lain sebagainya. Secara medis, terapi detoksifikasi
dilakukan menggunakan bebagai macam cara.
Cara pertama, dengan melakukan pengurangan dosis secara bertahap dan menggurangi tingkat ketergantungan.
Cara kedua, dengan menggunakan antagonis morfin yaitu
senyawa yang dapat mempercepat proses neuroregulasi pengaturan kerja saraf.
Cara ketiga, dengan melakukan penghentian total. Namun, cara
ketiga ini cukup berbahaya untuk dilakukan karena penghentian total pemakaian obat akan dapat menimbulkan
gejala putus obat sakaw sehingga pada cara ini perlu diberi terapi untuk menghilangkan gejala-gejala yang timbul.
c. Rehabilitasi.
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas tes urin yang sudah negatif yaitu pada urine tersebut sudah tidak ditemukan lagi sisa
narkoba, tubuh pemakai secara fisik memang tidak “ketagihan” lagi. Namun secara psikis, pada bekas pemakai narkoba biasanya
sering timbul keinginan terhadap zat tersebut yang terus membuntuti alam pikiran dan perasaannya. Untuk itu, setelah
detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan
cara memasukkan mantan pecandu ke pusat rehabilitasi. Ida Listyarini Handoyo, 2004 : 47.
Rehabilitasi atau pemulihan ini mencakup rehabilitasi secara mental atau psikis serta rehabilitasi secara sosial seperti
memeperbaiki hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan orang-orang lain di lingkungan sekitar. Di beberapa tempat
rehabilitasi, biasaya digunakan sistem pendekatan secara kekeluargaan, misalnya dengan menelusuri latar belakang pasien
narkoba, apa yang menyebabkan pasien menjadi konsumen narkoba, dan sebagainya.
2.6 Kerangka Berpikir