a. Guru menjelaskan materi barisan dan deret dengan metode ceramah. b. Guru memberikan contoh soal dan cara menyelesaikannya.
c. Guru meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. d. Guru meminta siswa mengerjakan latihan soal yang ada di LKS.
e. Guru bersama-sama dengan siswa membahas dan mengoreksi latihan soal yang telah dikerjakan.
f. Guru mengadakan tes guna mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap materi barisan dan deret setelah diadakan proses pembelajaran
menggunakan metode ceramah berbantuan LKS.
2.6 Kemampuan Pemecahan Masalah Problem Solving
Masalah adalah sesuatu yang tidak dapat terpecahkan oleh seseorang. Sedangkan pemecahan masalah menurut Hudojo dalam Aisyah 2007: 3 pada
dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah
baginya. Disebutkan bahwa “problem solving is an integral part of all
mathematics learning, and so it should not be an isolated part of the mathematics program
NCTM, 2000b: 52. Karena hal inilah, maka kemampuan siswa dalam hal pemecahan masalah perlu menjadi sorotan selama berlangsungnya
pembelajaran matematika. Suatu masalah matematika dapat dilukiskan sebagai tantangan bila
pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian, pemikiran yang asli atau imajinasi Sujono, 1988: 218. Ada beberapa masalah yang sangat menantang
bagi seorang siswa, tetapi tidak demikian halnya bagi siswa lain. Jadi, sesuatu
yang merupakan masalah bagi siswa, mungkin telah merupakan hal rutin bagi siswa yang lain.
Stanic dan Kilpatrick dalam Intonsh Jarret 2000: 8 mengungkapkan problem solving as practice, probably the most widespread use, has been to
reinforce skills and concepts that have been taught directly. Selain itu,
problem solving as a skill, they teach students a set of general procedures for solving problems and give them practice in using these procedures to
solve nonroutine problems.
Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa ada keterkaitan antara pemecahan masalah dengan latihan. Pemecahan masalah sebagai suatu ketrampilan
matematika skill of mathematics dapat dikembangkan pada diri siswa melalui suatu latihan drill lewat soal-soal pemecahan masalah. Cara belajar
memecahkan masalah yang terbaik adalah dengan latihan memecahkannya Sujono, 1988: 251.
Pemecahan masalah mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan cabang matematika yang lain dalam hal mempertajam daya analitik dan kritik
siswa. Tantangan yang terkandung dalam pemecahan masalah bukan hanya merupakan tantangan bagi para siswa tetapi juga para pengajar.
Menurut Aisyah 2007: 6 dalam pemecahan masalah matematika, siswa dihadapkan pada situasi yang mengharuskan mereka memahami masalah
mengidentifikasi unsur yang diketahui dan yang ditanyakan, membuat model matematika, memilih strategi penyelesaian model matematika, melaksanakan
penyelesaikan model matematika dan menyimpulkan.
Sistem pendidikan umumnya mengusulkan penggunaan empat langkah metode Polya dalam rangka mengembangkan kapasitas pemecahan masalah siswa
yaitu sebagai berikut Karaca dan Ceylan, 2006: 4. 1. Memahami masalah, tahap ini meliputi menuliskan input dan output,ekspresi
dan persepsi dari masalah. Para siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut .Apa masalah yang ada di sekitar?, Apa yang terkandung dalam
masalah tersebut? Apa yang harus saya temukan?
2. Membuat rencana yakni berupa strategi yang akan digunakan dan ditentukan. 3. Mengimplementasikan rencana, perlu dibuat grafik, tabel atau langkah-
langkah riil yang perlu didefinisikan. 4. Memeriksa kembali, hasil diperiksa. Jika hasilnya tidak bermakna maka
seluruh proses diulang kembali. Jadi iterasi dibuat. Reys dalam Aisyah 2007: 18 mengemukakan ada sebelas strategi yang
sering digunakan dalam pemecahan masalah matematika yaitu : 1 beraksi; 2 membuat gambar atau diagram; 3 membuat pola; 4 membuat tabel;
5 menghitung semua kemungkinan secara sistematis; 6 menebak dan menguji; 7 bekerja mundur; 8 mengidentifikasi informasi yang diinginkan dan
diberikan; 9 menulis kalimat terbuka; 10 menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa; 11 mengubah pandangan.
Adapun indikator yang menunjukkan pemecahan masalah menurut Shadiq Depdiknas, 2009: 14-15 sebagai berikut. 1 Kemampuan menunjukkan
pemahaman masalah. 2 Kemampuan mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah. 3 Kemampuan menyajikan
masalah secara matematika dalam berbagai bentuk. 4 Kemampuan memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat. 5 Kemampuan
mengembangkan strategi pemecahan masalah. 6 Kemampuan membuat dan
menafsirkan model matematika dari suatu masalah. 7 Kemampuan menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Menurut Aisyah 2007: 4 pada umumnya soal-soal matematika dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soal rutin dan soal nonrutin. Soal rutin
adalah soal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal jenis ini banyak terdapat dalam buku ajar dan dimaksudkan hanya
untuk melatih siswa menggunakan prosedur yang sedang dipelajari di kelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan
pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari di kelas.
Memberikan soal-soal nonrutin kepada siswa berarti melatih mereka menerapkan berbagai konsep matematika dalam situasi baru sehingga pada
akhirnya mereka mampu menggunakan berbagai konsep ilmu yang telah mereka pelajari untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, soal
nonrutin inilah yang dapat digunakan sebagai soal pemecahan masalah.
Adapun beberapa karakteristik soal-soal pemecahan masalah adalah sebagai berikut Aisyah, 2007: 5.
1. Memiliki lebih dari satu cara penyelesaian. Misalnya: Ahmad memiliki uang Rp 50.000,- Dia menggunakan uang tersebut untuk
membayar tiket menonton pertandingan bola sebesar Rp 30.000,- dan membeli minuman ringan sebesar Rp 7.000,-. Berapa sisa uang yang dimilikinya
sekarang?
2. Memiliki lebih dari satu jawaban. Misalnya: Selisih kuadrat dua buah bilangan bulat adalah 48. Tentukan bilangan-bilangan
tersebut 3. Melibatkan logika, penalaran, dan uji coba. Misalnya:
Tiga orang anak menebak banyaknya permen yang terdapat dalam plastik. Mereka menebak 20, 23, dan 21. Anak pertama tebakannya keliru 1 angka,
anak kedua keliru 3 angka, dan anak ketiga jawabannya tepat. Berapa banyak permen tersebut?
4. Sesuai dengan situasi nyata dan minat siswa. Misalnya: Beberapa siswa berlatih futsal setiap hari Sabtu. Jika hari ini adalah Senin 5
Maret 2007, pada tanggal berapa mereka akan berlatih kembali?
2.7 Kriteria Ketuntasan Minimal KKM