Pembelajaran Matematika TINJAUAN PUSTAKA

Siswa diajak untuk terbiasa menyelesaikan suatu permasalahan melalui drill soal-soal pemecahan masalah yang terdapat dalam “Smart Mathematics Module”. Karena belajar memecahkan masalah itu terkadang memerlukan proses penalaran yang lama, penggunaan “Smart Mathematics Module” dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara individu terlebih dahulu ketika di rumah sebab masing- masing siswa mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda untuk memecahkan masalah yang diberikan dalam modul, sehingga harapannya ketika berada di kelas siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan lancar. Selain itu, dengan belajar menggunakan “Smart Mathematics Module” siswa yang telah tuntas dalam mempelajari suatu materi, dapat mempelajari materi berikutnya. Sebaliknya siswa yang belum tuntas dalam mempelajari suatu materi, maka siswa tersebut harus belajar sampai benar-benar tuntas. Diharapkan dengan menggunakan “Smart Mathematics Module” siswa dapat tuntas dalam mempelajari semua materi yang terdapat dalam modul sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

2.2 Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan Sujono, 1988. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peseta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berarti, dalam kegiatan pembelajaran terjadi komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sementara belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Begitu pula yang terjadi dalam pembelajaran matematika. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tersebut adalah pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar tertentu agar siswa memperoleh suatu pengetahuan dan ketrampilan matematika yang dapat digunakan sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari. Paradigma lama mengenai proses pembelajaran matematika mengatakan bahwa pikiran siswa seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya Lie, 2002: 2. Tugas seorang guru hanya memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingat apa yang telah diajarkan. Menghadapi tuntutan dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang, guru tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Guru sebagai pendidik perlu melaksanakan pembelajaran matematika yang mengacu kepada paradigma baru dimana siswa aktif membangun pengetahuan dan guru membantu siswa untuk membangun pengetahuannya Lie, 2002: 5. Menurut Schiffer dan Fosnot dalam Asikin 2008: 13 mengubah paradigma yang dianut oleh seorang guru dari paradigma lama ke paradigma yang baru bukan sesuatu hal yang mudah karena kebanyakan guru sudah terbiasa dengan paradigma lama dan mereka sendiripun pada waktu masih menjadi siswa sudah terbiasa dengan paradigma lama. Padahal, penggunaan paradigma baru akan menjadikan siswa terbiasa mengeksplorasi secara aktif dan konstruktif konsep- konsep, prinsip-prinsip, prosedur-prosedur, dan soal-soal matematika, termasuk soal-soal yang non rutin Asikin, 2008: 14. Tentu hal ini akan menanamkan keyakinan pada diri siswa bahwa ia akan mampu menghadapi hal-hal baru dan soal-soal yang sebelumnya belum pernah dijumpai dan secara tidak langsung akan berimbas kepada meningkatnya kemampuan mereka dalam hal pemecahan masalah. Sesuai dengan paradigma baru tersebut, maka siswa dituntut untuk membangun suatu pengetahuan matematika melalui pemahaman, pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Menurut Schoenfeld dalam NCTM 2000a: 20 mempelajari sesuatu melalui pemahaman akan menjadikan tahapan belajar selanjutnya menjadi lebih mudah. Matematika menjadi berguna dan dirasa mudah untuk diingat dan diterapkan ketika siswa mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Diungkapkan pula bahwa dengan belajar matematika melalui pemahaman, memungkinkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan baru di masa mendatang NCTM, 2000a: 21. Penggunaan metode drill berbantuan “Smart Mathematics Module” dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk menerapkan paradigma baru dalam pembelajaran matematika di SMK Teuku Umar Semarang. Penggunaan “Smart Mathematics Module” memberi kesempatan siswa belajar secara mandiri untuk membangun suatu pengetahuan matematika dengan sedikit mungkin bantuan dari guru. Selain itu, membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing sehingga harapannya siswa benar-benar dapat memahami materi yang disajikan dalam modul.

2.3 Metode Drill Latihan