6. Guru berkeliling
bertindak sebagai
fasilitator untuk
meneliti kesulitanhambatan yang dialami siswa dalam mengerjakan latihan soal.
7. Siswa bersama-sama dengan guru membahas dan mengoreksi soal yang telah dikerjakan.
8. Apabila dalam mengerjakan soal tersebut dengan benar atau kurang lebih 75 benar, maka siswa dianggap telah tuntas dalam mempelajari materi dan dapat
melanjutkan ke materi berikutnya. Apabila dalam mengerjakan soal dengan tingkat kebenarannya kurang dari 75 maka siswa dianggap belum tuntas dan
harus mengerjakan soal tersebut sampai benar-benar tuntas. 9. Guru mengadakan tes evaluasi guna mengetahui kemampuan pemecahan
masalah siswa terhadap materi barisan dan deret setelah diadakan proses pembelajaran menggunakan metode drill
berbantuan “Smart Mathematics Module”.
2.4 “Smart Mathematics Module”
Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk
membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas Nasution, 2005: 205. Sementara itu, Sunyoto 2006 menyatakan bahwa
modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu
peserta didik mencapai tujuan belajar. Schoenfeld dalam Intosh Jarrett 2000: 10 writes teaching nonroutine
problem solving is difficult and nonroutine problems are difficult for students.
Textbooks present few nonroutine problems. Many teextbooks do
not provide an adequate number of nonroutine problems from which teachers can choose.
Karena alasan inilah, guru perlu menyusun dan mengembangkan bahan ajar
berfokus pemecahan masalah yang digunakan sebagai referensi dan sumber belajar bagi siswa agar dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
Agar memudahkan siswa SMK Teuku Umar Semarang dalam melaksanakan drill
soal-soal pemecahan masalah secara rutin, peneliti menyusun modul pembelajaran matematika yang diberi nama
“Smart Mathematics Module”, sebuah modul matematika yang inovatif dan disusun secara kreatif, berbeda
dengan modul-modul yang biasa dipakai guru dan siswa. Modul ini berisi rangkaian kegiatan belajar yang bertujuan mengembangkan dan membina
keterampilan matematika siswa yaitu kemampuan pemecahan masalah. Menurut Nasution 2005: 205 tujuan pengajaran dengan menggunakan
modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama
dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama. Modul juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara
masing-masing, sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan
kebiasaan masing-masing.
Melalui pembelajaran
matematika dengan
menggunakan “Smart Mathematics Module” akan memberikan kesempatan
siswa untuk mempelajari materi yang disajikan dalam modul sesuai kecepatan masing-masing mengingat masing-masing siswa menggunakan teknik yang
berbeda-beda untuk memecahkan masalah yang diberikan. Siswa yang telah
tuntas dalam mempelajari materi dan memecahkan permasalahan yang diberikan, dapat mencoba untuk mempelajari materi dan memecahkan masalah yang
berikutnya. Sebaliknya siswa yang belum tuntas dalam memecahkan permasalahan yang diberikan, maka siswa tersebut harus terus berusaha untuk
memecahkan permasalahan sampai benar-benar tuntas sehingga dapat melanjutkan ke persoalan berikutnya.
Menurut Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas, 2008: 25 modul berisi paling tidak tentang :
a. Petunjuk belajar Petunjuk siswaguru. b. Kompetensi yang akan dicapai.
c. Content atau isi materi. d. Informasi pendukung.
e. Latihan-latihan. f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja LK.
g. Evaluasi. h. Balikan terhadap hasil evaluasi.
Suryosubroto dalam Wena 2008: 233 juga mengemukakan tentang unsur –
unsur modul yaitu sebagai berikut. a. Pedoman guru, berisi petunjuk untuk guru agar pembelajaran dapat
dilaksanakan secara efisien. Selain itu juga memberikan petunjuk tentang macam-macam kegiatan yang harus dilaksanakan oleh kelas, waktu yang
disediakan untuk modul itu, alat pelajaran yang harus digunakan, serta petunjuk evaluasi.
b. Lembaran kegiatan siswa, yang berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.
c. Lembaran kerja, yaitu lembaran yang digunakan untuk mengerjakan tugas yang harus dikerjakan.
d. Kunci lembaran kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas, agar siswa dapat mencocokkan pekerjaannya sehingga dapat mengevaluasi sendiri hasil
pekerjaannya. e. Lembaran tes, yaitu alat evaluasi yang dipergunakan untuk mengukur tercapai
tidaknya tujuan yang telah dirumuskan dalam modul. f. Kunci lembaran tes, yaitu alat koreksi terhadap penilaian.
Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam “Smart Mathematics Module”
adalah sebagai berikut. a. Daftar isi, berguna untuk mempermudah siswa dalam melakukan pencarian
terhadap materi yang akan dipelajari. b. Deskripsi mengenai isi modul secara ringkas, berguna untuk memberikan
gambaran kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari dalam modul. c. Petunjuk penggunaan.
d. Tujuan akhir, berisi kompetensi yang harus dikuasai dan dicapai oleh siswa. e. Peta konsep.
f. Isi materi, di dalamnya memuat 2 kegiatan belajar yaitu kegiatan belajar 1 mengenai barisan dan deret aritmetika serta kegiatan belajar 2 mengenai
barisan dan deret geometri. g. Latihan-latihan soal, terdiri dari soal pramateri mengenai materi prasyarat, soal
pengayaan 1 dan tugas 1 mengenai barisan dan deret aritmetika, soal pengayaan 2 dan tugas 2 mengenai barisan dan deret geometri, serta soal
evaluasi. h. Kunci jawaban dan pedoman penskoran, diberikan dan digunakan khusus
untuk guru. Beberapa keunggulan pembelajaran dengan menggunakan sistem modul
dapat dikemukakan sebagai berikut Nasution, 2005: 206. a. Memberikan feedback balikan segera
Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga peserta didik dapat mengetahui taraf dan hasil kerjanya. kesalahan dapat segera diperbaiki
dan tidak dibiarkan begitu saja.
b. Memberikan penguasaan materi atau mastery
Setiap peserta didik mendapat kesempatan untuk mencapai angka tertinggi dengan menguasai bahan pelajaran secara tuntas.
c. Adanya tujuan yang jelas dan spesifik Modul disusun sedemikian rupa sehingga tujuannya jelas, spesifik dan dapat
dicapai peserta didik. dengan tujuan yang jelas, usaha peserta didik terarah untuk mencapai dengan segera.
d. Dapat memotivasi siswa Pengajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-
langkah yang teratur tentu akan menimbulkan motivasi-motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.
e. Bersifat fleksibel Pengajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain
mengenai kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pelajaran. f. Kerjasama
Pengajaran modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin persaingan dikalangan peserta didik oleh sebab semua dapat mencapai hasil
yang tertinggi. Dengan sendirinya lebih terbuka jalan kearah kerjasama. Juga kerjasama antara peserta didik dengan guru dikembangkan karena kedua belah
pihak merasa sama bertanggungjawab atas berhasilnya pengajaran.
g. Pengajaran remidial Pengajaran modul dengan sengaja memberikan kesempatan untuk pelajaran
remidial yakni perbaikan kelemahan,kesalahan atau kekurangan peserta didik yang segera dapat ditemukan sendiri oleh peserta didik berdasarkan evaluasi
yang diberikan secara kontinyu, peserta didik tidak perlu mengulangi pelajaran itu seluruhnya akan tetapi hanya berkenaan dengan kekurangannya itu.
Selain keunggulan, modul juga memiliki keterbatasan, yaitu sebagai berikut Mulyasa, 2006: 47.
a. Penyusunan modul yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses atau gagalnya modul tergantung pada penyusunnya.
b. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional,
karena setiap peserta didik menyelesaikan modul dalam waktu yang berbeda- beda tergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing.
c. Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada umumnya cukup mahal, karena setiap peserta didik harus mencarinya sendiri.
Memang tidaklah mudah untuk menyusun sebuah modul pembelajaran. Apalagi
menyusun modul
pembelajaran matematika
yang khusus
merepresentasikan pembelajaran aspek kemampuan pemecahan masalah. Hal ini pulalah yang dihadapi oleh peneliti dalam penyusunan
“Smart Mathematics
Module”. Namun, hal ini dapat teratasi karena dalam penyusunannya peneliti selalu berkonsultasi dengan dosen pembimbing sehingga hal-hal yang dirasa sulit
dapat teratasi. Selain itu, adanya koreksi dari teman sejawat sesama mahasiswa juga sangat membantu peneliti. Peneliti mendapatkan banyak saran dan masukan
baik dari dosen pembimbing maupun sesama mahasiswa sehingga tersusunlah “Smart Mathematics Module” yang dapat digunakan untuk pembelajaran
matematika di SMK Teuku Umar Semarang. Karena adanya keterbatasan waktu, maka dalam pembelajaran matematika yang dilakukan mau tidak mau siswa
dituntut untuk dapat menguasai materi yang terdapat dalam “Smart Mathematics
Module” secara tuntas dalam jangka waktu 3 kali pertemuan. Terbuka kesempatan bagi siswa untuk bertanya sebanyak-banyaknya mengenai materi yang belum
dimengerti kepada guru. Bila ternyata memang terdapat siswa yang belum tuntas dalam jangka waktu tersebut, maka mau tak mau siswa tersebut tetap harus
mengikuti tes evaluasi pada akhir pertemuan. Secara garis besarnya penyusunan modul atau pengembangan modul dapat
mengikuti langkah-langkah berikut Nasution, 2005: 217. 1 Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan
siswa yang dapat diamati dan diukur. 2 Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam
modul itu. 3 Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan
kemampuan yang telah dimilikinya sebagai prasyarat untuk menempuh modul itu.
4 Menyususun alasan pentingnya modul ini bagi siswa. Siswa harus yakin akan manfaat modul agar ia bersedia mempelajarinya dengan sepenuh tenaga.
5 Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti yang telah dirumuskan
dalam tujuan. 6 Menyusun post test untuk mengukur hasil belajar murid, hingga manakah ia
menguasai tujuan-tujuan modul.
7 Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
Dalam penyusunan “Smart Mathematics Module” dimulai dengan
penentuan topik dan bahan pelajarannya yang dapat dipecahkan ke dalam bagian yang lebih kecil yang selanjutnya dikembangkan menjadi modul kemudian
perumusan sejumlah tujuan secara spesifik, menyusun kegiatan-kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh siswa, serta menyusun latihan-latihan soal untuk
mendiagnosa sejauh mana kemampuan pemecahan masalah siswa setelah mempelajari
“Smart Mathematics Module” dan tak lupa pula menyusun kunci jawaban dan pedoman penskoran sebagai pedoman bagi guru.
2.5 Metode Ceramah