LATAR BELAKANG MASALAH PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI BAHASA JAWA MELALUI METODE MIND MAPPING SISWA KELAS VA SDN WONOSARI 02 SEMARANG

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Muatan lokal memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan karena sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Wibawa dalam Rohmadi dan Hartono 2011:9. Salah satu mata pelajaran muatan lokal yang ada di Jawa Tengah adalah bahasa Jawa. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.552010, bahwa pemerintah mengupayakan peningkatan mutu pendidikan di Jawa Tengah khususnya penanaman nilai-nilai luhur dan penguasaan bahasa Jawa dengan menetapkan Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal bahasa Jawa yang wajib dilaksanakan untuk Jenjang Pendidikan SDSDLBMI, SMPSMPLBMTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Muatan Lokal. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 ruang lingkup mata pelajaran bahasa Jawa adalah: a kemampuan berkomunikasi yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis; b kemampuan menulis huruf Jawa; c meningkatkan kepekaan dan penghayatan terhadap karya sastra Jawa; dan d memupuk tanggung jawab untuk melestarikan hasil kreasi budaya sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional Depdiknas 2006:3. Tujuan pembelajaran bahasa Jawa adalah: a mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya; b memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun masyarakat dalam umumnya; dan c memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menujang pembangunan nasional Aqib 2009:107. Ada empat komponen dalam keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Komponen-komponen tersebut harus men- dapatkan perhatian yang sama dalam pembelajaran bahasa karena keempat aspek tersebut saling terkait dan saling berpengaruh Tarigan 2008:1. Keempat keterampilan tersebut diperoleh melalui proses berlatih. Keterampilan berbicara dan menulis sebagai keterampilan yang produktif, didukung oleh keterampilan menyimak dan membaca sebagai keterampilan yang reseptif Doyin dan Wagiran 2009:11. Ketika aktivitas menulis berlangsung, penulis dapat bertindak sebagai pembaca. Saat membaca karangannya, penulis akan membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk menilai kualitas tulisannya. Selain itu penulis perlu membaca tulisan lain untuk mendapatkan ide, memperluas wawasan serta memperbanyak perbendaharaan kata. Penulis juga dapat memper- oleh informasi untuk tulisannya dari proses menyimak, seperti menyimak radio, televisi, diskusi, dan wawancara. Seorang penulis akan menjadi pembicara yang baik, karena penulis mengetahui bahasa yang baik dan benar untuk berbicara dengan orang lain. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain. Menurut Nurudin 2010:4 menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menurut Suparno dan Yunus 2010:1.4, seseorang tidak suka menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis. Ketidaksukaan tersebut terjadi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat. Menulis merupakan suatu bentuk latihan, karena siswa tidak otomatis memiliki kemampuan menulis sejak lahir melainkan dari proses pembelajaran. Menulis perlu dilatih sejak dini karena menulis merupakan proses kebahasaan yang rumit. Menulis bukan hanya menyalin kata-kata, melainkan menuangkan pikiran dalam bentuk yang terstruktur. Oleh sebab itu, dalam pendidikan dasar kemampuan menulis siswa harus diasah agar siswa mampu menulis dengan baik. Ada banyak bentuk tulisan. Menurut Pratiwi, dkk. 2008:6.40, bentuk- bentuk tulisan meliputi deskripsi, eksposisi, narasi, persuasi, dan argumentasi. Menurut Semi 2007:53 narasi adalah tulisan yang tujuannya menceritakan kronologis peristiwa kehidupan manusia. Dengan menulis narasi, siswa akan mengembangkan imajinasinya, menuangkan gagasannya melalui kata dan kalimat. Keterampilan siswa dalam menulis narasi bahasa Jawa akan berpengaruh terhadap kemampuannya berbicara bahasa Jawa, minat membaca, serta kemampuan menyimak. Dalam pembelajaran menulis narasi bahasa Jawa, siswa menuliskan karangan berbahasa Jawa, hal tersebut membutuhkan banyak perbendaharaan kosakata bahasa Jawa, sehingga kosakata yang digunakan dalam karangan beranekaragam dan tidak diulang-ulang. Selain itu aspek ejaan dan tanda baca, struktur kalimat seperti jejer, wasesa, dan lesan, serta kerapian juga harus diperhatikan. Dengan menguasai kemampuan menulis narasi, siswa akan lebih mudah untuk menuliskan ide, pengetahuan dan gagasannya sehingga akan memberikan hasil optimal pada setiap pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BAPEDA DIY dalam Ekowati 2004 mengenai kondisi pembelajaran bahasa Jawa menunjukkan 93 guru di SD dan SMP hanya menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi pembelajaran. Permasalahan mengenai kurangnya keterampilan menulis narasi bahasa Jawa juga terjadi pada siswa kelas VA SDN Wonosari 02 Semarang. Berdasarkan hasil refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator yaitu guru kelas VA SDN Wonosari 02 Semarang, peneliti menemukan bahwa keterampilan menulis narasi bahasa Jawa kurang maksimal. Guru kurang terampil dalam meng- organisasikan strategi pembelajaran, sehingga siswa kurang dapat berimajinasi dan menuliskan gagasannya dalam bentuk tulisan. Ketika guru menugaskan siswa untuk membuat karangan narasi, sebagian besar siswa merasa bingung tentang bagaimana memulai cerita, apa yang akan ditulis selanjutnya, dan bagaimanakah mengakhiri cerita. Keterampilan menulis narasi bahasa Jawa siswa kelas VA SDN Wonosari 02 Semarang kurang maksimal. Pernyataan tersebut didukung dengan data hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 61. Sebanyak 19 dari 33 siswa 57,6 mendapatkan nilai 61. Pencapaian nilai terendah siswa adalah 20 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 83 dengan nilai rata-rata kelas 62,8. Berdasarkan data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa, proses pembelajaran perlu ditingkatkan kualitasnya supaya siswa lebih terampil menulis narasi bahasa Jawa. Berdasarkan diskusi peneliti dengan guru kelas VA SDN Wonosari 02 Semarang, untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan guru, keaktifan siswa dan hasil belajar berupa keterampilan menulis narasi bahasa Jawa. Peneliti memilih solusi dengan menggunakan metode Mind Mapping. Metode Mind Mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran Buzan 2012: 4. Metode Mind Mapping peta pikiran ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Penerapan metode Mind Mapping akan meningkatkan pembelajaran bahasa Jawa di SDN Wonosari 02 Semarang. Siswa akan lebih aktif, kreatif, dan dapat bekerjasama dalam kelompok. Perbendaharaan kosakata bahasa Jawa siswa akan bertambah melalui interaksi dalam kelompok. Melalui Mind Mapping, siswa dapat berkreasi menggunakan gambar, warna dan penanda visual yang memudahkan siswa untuk berkonsentrasi. metode Mind Mapping membebaskan siswa untuk mengembang-kan ide dan gagasan mereka sesuai dengan karakter masing-masing. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji lebih lanjut melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Bahasa Jawa melalui Metode Mind Mapping Siswa Kelas VA SDN Wonosari 02 Semarang”.

1.2. PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN