perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
2.3.5 Prinsip Motivasi Kerja Karyawan
Mangkunegara 2009 : 100 menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja karyawan, yaitu sebagai
berikut : 1.
Prinsip partisipasi. Dalam upaya memotivasi kerja, karyawan perlu diberikan
kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan
dicapai oleh pemimpin.
2. Prinsip komunikasi.
Pemimpin mengkomunikasikan
segala sesuatu
yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi
yang jelas, karyawan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya. 3.
Prinsip mengakui andil bawahan. Pemimpin mengakui bahwa karyawan mempunyai andil di
dalam usaha pencapaian tujuan, dengan pengakuan tersebut karyawan akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.
4. Prinsip pendelegasian wewenang.
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada karyawan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan
terhadap pekerjaan yang dilakukannya, hal itu akan membuat
karyawan yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
5. Prinsip memberi perhatian.
Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan karyawan, sehingga akan mudah memotivasi karyawan bekerja apa
yang diharapkan oleh pemimpin.
2.3.6 Teknik Motivasi Kerja Karyawan
Mangkunegara 2009 : 101, menyatakan beberapa teknik memotivasi kerja karyawan yaitu teknik pemenuhan kebutuhan
karyawan dan teknik komunikasi persuasif. Kedua teknik tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Teknik pemenuhan kebutuhan karyawan
Pemenuhan kebutuhan karyawan merupakan fundamen yang mendasari perilaku kerja. Pimpinan tidak mungkin dapat
memotivasi kerja karyawan tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkan. Abraham Maslow dalam Mangkunegara 2009 : 101,
menyatakan beberapa hierarki kebutuhan karyawan, sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis.
Yaitu kebutuhan makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, dan seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
yang paling mendasar. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini pemimpin perlu memberikan gaji yang layak kepada pegawai.
b. Kebutuhan rasa aman.
Yaitu kebutuhan perlindungan dari ancaman, bahaya, dan lingkungan kerja. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini
pemimpin perlu memberikan tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan, perumahan, dan dana pensiun.
c. Kebutuhan sosial atau rasa memiliki.
Yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok unit kerja, berafiliasi, berinteraksi, serta rasa dicintai dan mencintai.
Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin perlu menerima eksistensi atau keberadaan karyawan sebagai
anggota kelompok kerja, melakukan interaksi kerja yang baik, dan hubungan kerja yang harmonis.
d. Kebutuhan harga diri.
Yaitu kebutuhan untuk dihormati, dihargai oleh orang lain. Dalam hubungan dengan kebutuhan ini, pemimpin tidak
boleh sewenang-wenang memperlakukan karyawan karena mereka perlu dihormati, diberi penghargaan terhadap prestasi
kerjanya. e.
Kebutuhan aktualisasi diri. Yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan
potensi, mengemukakan ide-ide, memberikan penilaian, kritik, dan berprestasi. Kebutuhan inilah yang mendorong seorang
seniman mengungkapkan keahliannya di atas kanvas,
kebutuhan yang memotivasi seseorang untuk bekerja pada siang hari dan kemudian mengikuti kuliah sore untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan. Dalam hubungannya dengan kebutuhan ini di dalam perusahaan atau organisasi, pemimpin
perlu memberi kesempatan kepada karyawanbawahan agar mereka dapat mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar di
lingkungan perusahaan. 2.
Teknik komunikasi persuasif. Teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu teknik
memotivasi kerja karyawan yang dilakukan dengan cara mempengaruhi karyawan secara ekstralogis. Mangkunegara 2009 :
102 merumuskan teknik ini
: “ AIDDAS “. A
= Attention Perhatian I
= Interest Minat D
= Desire Hasrat D
= Decision Keputusan A
= Action AksiTindakan S
= Satisfaction Kepuasan Penggunaannya, pertama kali pemimpin harus memberikan
perhatian kepada karyawan tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat karyawan terhadap pelaksanaan kerja,
jika telah timbul minatnya maka hasratnya menjadi kuat untuk
mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
2.3.7 Model Motivasi Kerja