Panelis agak terlatih Alat Pengumpul Data

bahan yang diuji. Pada pengujian ini digunakan panelis yang belum terlatih. Panelis diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan tanpa membandingkan dengan sampel standar. Oleh karena itu pengujian dilakukan secara berurutan, tidak disajikan secara bersama- sama Bambang Kartika, 1988:56.

2. Penilaian Obyektif

Penilaian obyektif dilakukan dilaboratorium yang bertujuan untuk mengetahui karbohidrat dari sampel brownies kukus substitusi tepung sukun. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi Pertanian Dan Peternakan, Universitas Semarang. Tabel Hasil Uji Laboratorium Brownies Kukus Substitusi tepung sukun No. Sampel Kadar Karbohidrat mg 1 B Tepung Terigu 75 : tepung sukun 25 54,9592 2 C Tepung Terigu 65 : tepung sukun 35 56,7316 3 D Tepung Terigu 55 : tepung sukun 45 57,1737

D. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data-data penilaian pada uji inderawi adalah panelis agak terlatih dan pada uji organoleptik adalah panelis tidak terlatih.

1. Panelis agak terlatih

Menurut Bambang Kartika 1988:17 panelis agak terlatih merupakan kelompok dimana anggotanya merupakan hasil seleksi kemudian menjalani latihan secara kontinyu dan lolos pada evaluasi kemampuan. Menurut Soewarno T, Soekarto 1985:49 panelis agak terlatih yang digunakan untuk uji jumlahnya berkisar antara 15-25 orang yang dipilih setelah calon panelis mengikui seleksi panelis dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk melakukan penilaian, yaitu : a. Mengetahui sifat sensorik dari makanan yang dinilai. b. Mengetahui cara penilaian inderawi. c. Mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi. d. Telah dilatih sebelum pengujian. e. Instrumen harus valid dan reliabel. Soewarno T. Soekarto, 1985:49 Dalam penilaian terhadap bahan pangan, sifat pertama kali yang menentukan diterima atau ditolaknya bahan tersebut oleh pemakai adalah sifat-sifat inderawi yang dimilikinya Bambang Kartika, 1988:5. Di bawah ini akan dijelaskan pengujian inderawi ada beberapa tahapan yaitu : a. Penglihatan Sifat penglihatan atau kenampakan merupakan sifat pertama yang diamati oleh konsumen sedangkan sifat-sifat yang lain akan dinilai kemudian. Sifat penglihatan yang dinilai adalah berupa warna. Warna bukan merupakan suatu zatbenda melainkan suatu sensasi seseorang oleh karena adanya rangsangan dari seberkas energi radiasi yang jatuh ke indera mataretina mata Bambang Kartika, 1988:6-7. Warna yang terbaik pada brownies kukus substitusi tepung sukun yaitu warna bagian dalam dan luar berwarna cokelat pekat. b. Perabaan Perabaan terjadi hampir seluruh permukaan kulit dengan kepekaan yang berbeda-beda, beberapa daerah seperti rongga mulut seperti, bibir, tangan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap kepekaan. Sifat perabaan dikaitkan dengan 3 hal, struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun bahan, tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan atau pun perabaan dengan jari. Sedangkan konsistensi merupakan sebab yang berhubungan dengan kharakteristik bahan seperti tebal, tipis, halus. Dari ketiga hal diatas timbul bermacam-macam istilah dalam sifat perabaan ini. Pada saat dilakukan pengujian inderawi, sifat-sifat seperti keras atau lemahnya bahan pada saat digigit, pemecahan dalam fragmen-fragmen, hubungan antara serat-serat yang ada dan sensasi lain Bambang Kartika, 1988:9- 10. Seperti halnya untuk penilaian tekstur, kriteria tekstur yang baik pada brownies kukus substitusi tepung sukun yaitu padat, lembut dan paduan rasa cokelat yang mantap. c. Pembauan Bau-bauan aroma dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat diamati dengan indera Pembau. Untuk dapat menghasilkan bau, zat-zat yang harus dapat menguap, sedikit larut dalam air dan sedikit dapat larut dalam lemak. Dalam pengujian inderawi bau lebih komplek daripada rasa Bambang Kartika, 1988:10. Bau aroma dan suatu produk dapat diamati baik dengan cara membau maupun dengan merasakan. Zat yang menghasilkan bau sering lebih kuat diamati dengan merasakan daripada dengan membau. Ada dua cara dalam mengamati bau yaitu lewat indera pembau, dimana rangsangan akan diterima oleh “region alfactoria” R suatu bagian pada bagian atas rongga hidung, lewat mulut terutama bagi mereka yang sukar mengamati lewat hidung Bambang Kartika, 1988:11. Bau dalam brownies kukus substitusi tepung sukun terbaik yaitu harum khas coklat. d. Pengecap Telah diketahui adanya empat macam rasa dasar : manis, asin, asam dan pahit. Kualitas empat rasa dasar dipengaruhi oleh konsentrasinya. Rasa manis pada gula akan bertambah apabila konsentrasi gula semakin tinggi tetapi sampai konsentrasi tertentu rasa enak yang ditimbulkannya akan menurun. Begitu pula pada ketiga rasa yang lain. Umunya bahan pangan tidak hanya terdiri dari salah satu rasa secara terpadu sehingga menimbulkan citra rasa yang utuh. Kecuali itu rasa suatu bahan pangan merupakan hasil kerjasama indera-indera yanglain. Indera penglihatan, pembauan dan perabaan ikut berperan dalam pengamatan rasa pada bahan pangan. Dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang Bambang Kartika, 1988:12-13. Rasa yang terbaik pada brownies kukus yaitu legit dan lembut merupakan kombinasi mutlak dari dua unsur manis dan coklat. Dari uraian pengujian inderawi di atas dengan indikator warna, rasa, aroma dan tekstur. Untuk mengumpulkan data dari kualitas sampel, di bawah ini akan dijelaskan kisi-kisi pedoman wawancara untuk menjaring panelis yaitu : Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Menjaring Panelis Variabel Indikator Deskriptor Butir No.Soal Panelis • Kesediaan panelis • Penglihatan • Perabaan • Pembauan • Pengecap • Pengetahuan umum brownies kukus • Pengetahuan umum tentang sukun • Calon panelis bersedia atau tidak dalam mengikuti suatu penelitian • Kesehatan mata calon panelis belek, rabun, buta warna • Tangan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap perabaan kutu air, berkeringat • Kesehatan hidung calon panelis flu, polip • Kesehatan mulut calon panelis sariawan, sakit tenggorokan • Pengetahuan brownies kukus • Pengetahuan sukun 1 3 2 2 3 4 3 1 2, 3, 11 14, 15 5,13 4,6,12 7,8,9,10, 16, 17, 18 Pada pedoman wawancara menggunakan empat 4 kategori penilaian dan diberi skor sebagai berikut : 1. Bersedia : 4 2. Agak bersedia : 3 3. Ragu-ragu : 2 4. Kurang bersedia : 1 Materi yang diwawancarakan meliputi ketersediaan menjadi panelis, keadaan kesehatan, dan pengetahuan tentang brownies kukus. Ketentuan penilaian adalah apabila jawaban tidak memenuhi salah satu indikator maka panelis tidak berpotensi menjadi calon panelis. Dari hasil wawancara akan diketahui siapa yang memenuhi persyaratan kesehatan dan bersedia menjadi panelis. Untuk mendapatkan panelis agak terlatih yang memenuhi syarat valid dan reliabel maka dilakukan validitas instrumen dan reliabilitas instrumen. 1 Validitas Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto 2006:168 validitas instrumen adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat dan dapat dipercaya. Tinggi rendahnya validitas instrumen ditujukan dari sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari variabel yang dimaksud, oleh karena itu instrumen dalam penelitian harus memenuhi validitas internal dan validitas isi. a Validitas Internal Validitas internal adalah kevalidan instrumen dilihat dari kondisi internal panelis yang beragam. Kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan validitas internal adalah melalui wawancara. Materi yang diwawancarakan meliputi ketersediaan menjadi panelis, keadaan kesehatan, dan pengetahuan tentang brownies kukus. Ketentuan penilaian adalah apabila jawaban tidak memenuhi salah satu indikator maka panelis tidak berpotensi menjadi calon panelis. Calon panelis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa TJP tata boga yang telah lulus mata kuliah analisis mutu pangan sebanyak 40 orang. Dari hasil wawancara akan diketahui siapa yang memenuhi persyaratan kesehatan dan bersedia menjadi panelis. Beberapa orang yang dinyatakan memenuhi persyaratan dapat mengikuti seleksi selanjutnya yaitu validitas isi dan reliabilitas instrumen. Dari data hasil wawancara calon panelis yang memperoleh total skor lebih dari 75 adalah 26 calon panelis dari 40 calon panelis. Maka yang memenuhi persyaratan dapat mengikuti seleksi selanjutnya yaitu validitas isi dan reliabilitas instrumen adalah 26 orang panelis dan 14 calon panelis tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti seleksi selanjutnya. Kriteria lulus wawancara adalah total skor 75. Perhitungan terdapat pada lampiran hasil wawancara calon panelis. b Validitas Isi Validitas isi adalah meningkatkan kepekaan calon panelis yang validitas internalnya sudah memenuhi syarat dan supaya mampu menilai karakteristik mutu pangan pada produk meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur dengan tepat dan benar. Menurut Bambang Kartika, dkk. 1988:24 data hasil penilaian dianalisis dengan ketentuan sebagai berikut : Jika Range Jumlah Jumlah Range 1, maka calon panelis diterima Jika Range Jumlah Jumlah Range 1, maka calon panelis ditolak Dari hasil analisis tersebut akan diketahui hasil perhitungan range method diperoleh rasio jika 1, maka calon panelis memenuhi syarat. Jika rasio 1, maka calon panelis tidak memenuhi syarat. Dalam pengujian validitas isi dari 26 orang calon panelis hanya 17 orang yang valid. c Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrument adalah pengukuran yang memiliki konsistensi tinggi sebagai pengukuran yang ajeg atau stabil Sugiono, 2008:04. Reliabilitas panelis dapat ditingkatkan dengan latihan supaya dapat memberikan penilaian secara tetap. Reliabilitas dapat menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena dapat memberikan penilaian secara tepat, hasil penilaiannya tetap atau mempunyai keajegan dalam menilai produk pada waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini panelis agak terlatih telah melaksanakan penilaian sebanyak tiga kali dan dinyatakan valid karena telah melalui uji validitas terlebih dahulu. Dari data penilaian, maka dapat ditentukan jumlah panelis yang akan diterima total skor dalam range minimal ≥ 60 dari jumlah skor yang ada, sedangkan panelis yang ditolak apabila skor range ≤ 60 dari jumlah skor yang ada Bambang Kartika, 1988:22. Dalam pengujian reliabilitas dari 26 orang calon panelis hanya 17 orang yang reliabel.

2. Lembar Penilaian Instrumen