4. CTL memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan dan
mengembangkan ide-ide mereka. Putra 2013 juga menjelaskan tentang beberapa kekurangan CTL, di
antaranya adalah sebagai berikut: 1.
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung.
2. Jika guru tidak bisa mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi kelas
yang kurang kondusif. 3.
Guru lebih intensif dalam membimbing. Kekurangan CTL di atas dapat diatasi dengan guru harus benar-benar
mengatur waktu dan membuat agenda kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran RPP. Selain itu guru juga harus bisa mengendalikan kelas. Untuk
mempermudah pengendalian kelas, maka metode kelompok digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2.2 Puzzle
Menurut kamus besar bahasa inggris, kata puzzle berarti teka-teki. Rahmanelli 2007 juga menjelaskan bahwa puzzle adalah permainan merangkai
potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Sejalan dengan pendapat Rahmanelli, Situmorang 2012 mendefinisikan puzzle sebagai
permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotak-kotak, huruf-huruf atau angka-angka yang disusun dalam sebuah permainan yang akhirnya
membentuk sebuah pola tertentu sehingga membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk menyelesaikan puzzle secara tepat dan cepat. Manfaat bermain
puzzle menurut Crist, sebagaimana dikutip oleh Yulianti 2010 antara lain: mengasah otak, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih nalar, melatih
kesabaran, dan pengetahuan. Puzzle adalah salah satu bentuk media cetak. Puzzle yang digunakan
dalam pembelajaran IPA adalah puzzle yang dipadukan dengan gambar dan tulisan, sehingga dapat lebih menarik perhatian siswa dan informasi yang
disampaikan melalui puzzlepun menjadi mudah diserap. Permainan puzzle yang
dilakukan secara menarik akan mampu meningkatkan ingatan siswa tentang materi yang diajarkan guru.
2.3 Contextual Puzzle
Contextual puzzle merupakan modifikasi dari permainan puzzle biasa. Puzzle pada umumnya hanya menyusun potongan-potongan gambar agar
terbentuk suatu pola yang utuh. Namun puzzle yang peneliti kembangkan mempunyai beberapa perbedaan. Pada media contextual puzzle terdapat
pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi disekitar siswa serta harus diselesaikan dengan secara berdiskusi. Terdapat pula tugas proyek yang
harus dikerjakan dengan berkelompok. Tugas proyek tersebut berupa pemanfaatan limbah atau sampah anorganik yang ada di lingkungan sekitar mereka menjadi
barang baru yang lebih bermanfaat. Media contextual puzzle dibuat dengan membuat desain contextual puzzle
yang dicetak pada kertas sticker dan ditempelkan pada karton kalender bekas dan kemudian dipotong mengikuti pola yang telah dibuat. Bagian alas media
contextual puzzle dibuat dari bahan karton dan dilapisi lakban berwarna hitam. Penggunaan contextual puzzle dilakukan dengan cara menyusun potongan-
potongan gambar sehingga membentuk sebuah gambar yang utuh. Setelah gambar tersusun secara utuh, pada media contextual puzzle terdapat beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh siswa secara berdiskusi. Dibalik puzzle yang telah tersusun utuh tersebut terdapat petunjuk tentang tugas selanjutnya yang berupa
tugas proyek. Penggunaan media contextual puzzle dalam penelitian ini didasarkan pada
penelitian Purwantoko, dkk 2010 tentang keefektifan penggunaan media puzzle terhadap pemahaman IPA pada tema kalor yang menyatakan bahwa :
... pembelajaran fisika pada tema kalor dengan menggunakan media teka- teki dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VII semester gasal
SMP N 1 Japah.
Dengan menggunakan media contextual puzzle ini diharapkan siswa lebih semangat dan tertarik terhadap mata pelajaran IPA, serta dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA.
2.4 Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning