8. sharing dengan teman,
9. siswa kritis dan guru kreatif,
10. dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, serta
11. laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain sebagainya. Dari kesebelas karakteristik CTL yang disebutkan di atas, hanya beberapa
karakteristik saja yang nantinya akan dimunculkan dalam penelitian ini, di antaranya : kerja sama, saling menunjang, menyenangkan atau tidak
membosankan, belajar dengan bergairah atau bersemangat, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, serta laporan kepada orang
tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa yang berupa tugas proyek.
2.1.3 Komponen-Komponen Utama Pendekatan Kontekstual
Depdiknas, sebagaimana dikutip oleh Putra 2013 menjelaskan bahwa pendekatan kontekstual CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu:
1. Konstruktivisme constructivism
Merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar menghafal atau mengingat pengetahuan, tetapi juga merupakan suatu
proses belajar-mengajar, dengan siswa aktif secara mental dalam membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2. Menemukan inquiry
Merupakan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan sebagai hasil dari menemukan sendiri.
3. Bertanya Questioning
Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual.
Kegiatan bertanya berguna untuk mendaparkan informasi, menggali pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa, memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki oleh guru, serta membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa guna menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Masyarakat belajar Learning community
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing
antarsiswa, antarkelompok, dan siswa yang tahu kepada siswa yang belum tahu. 5.
Pemodelan Modeling Pemodelan
pada dasarnya
membahasakan yang
dipikirkan, mendemonstrasikan cara guru menginginkan siswanya untuk belajar, serta
melakukan sesuatu yang guru inginkan agar siswanya melakukan hal tersebut. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa
dan mendatangkan dari faktor luar. 6.
Refleksi Reflection Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang sesuatu yang baru
dipelajari. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang sesuatu yang
diperoleh pada hari itu. 7.
Penilaian yang sebenarnya Authentic assessment Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa
perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian ada pada penyelesaian tugas yang
relevan dan kontekstual, serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Pembelajaran dengan bantuan media contextual puzzle memenuhi ketujuh
komponen CTL. Dengan media contextual puzzle, siswa tidak hanya menghafal materi, tapi juga berperan aktif dalam menggali pengetahuan yang dimilikinya
melalui pertanyaan yang terdapat di dalam puzzle konstruktivisme. Siswa memperoleh pengetahuan dengan menemukan sendiri inquiry melalui gambar,
membuat kesimpulan, kesempatan siswa untuk bertanya terbuka lebar selama kegiatan pembelajaran, baik bertanya kepada guru maupun kepada teman
sekelompok. Adanya tugas kelompok dan kegiatan diskusi menciptakan masyarakat belajar yang merupakan komponen CTL yang keempat. Komponen
pemodelan modeling tampak saat guru memberikan contoh produk daur ulang yang nantinya siswa juga akan membuat hal serupa. Komponen refleksi adalah
ketika guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengevaluasi kegitan pembelajaran dalam setiap akhir pertemuan. Komponen ketujuh, yaitu penilaian
yang sebenarnya, di mana penilaian siswa dilakukan terhadap aspek kognitif pretest dan posttest serta aspek afektif dan psikomotor melalui kegiatan
pengamatan oleh observer guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran IPA dengan bantuan media contextual puzzle telah
memenuhi ketujuh komponen CTL.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Kontekstual