Pengembangan perangkat pembelajaran kurikulum 2013 kelas IV pada tema 3 ``Peduli terhadap Makhluk Hidup``.

(1)

Prastiwi, Elisabeth. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas

II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: melakukan penilaian, penyediaan media serta merumuskan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 kelas II SD. Tujuannya untuk menjelaskan proses penyusunan dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013 untuk kelas II SD dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” menggunakan model discovery learning. Proses pengembangan perangkat pembelajaran tersebut mengikuti keenam langkah dari 10 langkah menurut Sugiyono. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah sebesar 4,74 (sangat baik) sehingga layak digunakan pada tahap uji coba.

Uji coba dilakukan di kelas IIB SDN Depok 1 dari tanggal 17-22 November 2014. Dari hasil wawancara akhir yang dilakukan peneliti kepada guru wali kelas II didapatkan data: guru terbantu dalam merumuskan kegiatan pembelajaran, mendapat inspirasi dalam penyediaan media pembelajaran serta memiliki deskriptor yang jelas untuk melakukan penilaian KI-1, KI-2 dan KI-4.

Kata kunci: Penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran, Kurikulum 2013, discovery


(2)

Prastiwi, Elisabeth. (2015). The Development of 2013 Curriculum Instructional Materials

Grade II in Theme 3 “Tugasku Sehari-hari”. Thesis. Yogyakarta: Sanata Dharma

University.

This research was a development research that began from there were potential and problem related with 2013 Curriculum. The potential was the implementation of 2013 Curriculum that develop character education and sciencetific approach. The problems that were faced by teacher were the difficulties on doing assessment, preparing media and formulating learning activity. Because of it, researcher shoved to do the research about The development of 2013 Curriculum instructional materials in Elementary School grade II. The goal of this research were to explain the process of arranging and describe the quality of instructional materials.

The kind of this research was Research and Development or R&D research. The product was form of instructional materials that refered to 2013 Curriculum for Elementary School grade II in the theme “Tugasku Sehari-hari’ by using discovery learning model. The process of the development of instructional materials followed 6 steps from 10 steps according to Sugiyono. The instructional materials validated by three validator. Mean that gained was about 4,74 (very good) so it was proper used for the test.

The test did in the class IIB SDN Depok 1 from 17 November 2014 until 22 November 2014. From the interview that researcher did to the teacher of grade II got some results. The results were the teacher got help in formulating the learning activity, the teacher got inspiration in preparing learning media and the teacher had a clear description to do the assessment of KI-1, KI-2, and KI-4.

Keywords: Research and Development (R&D), instructional materials, 2013 Curriculum, discovery learning.


(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 KELAS II DENGAN TEMA 3

“TUGASKU SEHARI-HARI”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elisabeth Hermi Prastiwi 111134047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013 KELAS II DENGAN TEMA 3

“TUGASKU SEHARI-HARI”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Elisabeth Hermi Prastiwi 111134047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kasih, berkat, bimbingan dan penyertaan-Nya dalam setiap langkah hidup saya.

2. Kedua orang tua: Bapak Yoseph Mardjono dan Ibu Theresia Satiyah yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya.

3. Kakak-kakak tercinta: Cicilia Ismawarti, Yohanes Room Mawardi, Yoseph Intoko dan keponakan Brigita Arleta D. Putri yang selalu mendukung dan memberi semangat.

4. Keluarga Besar Widi Martoyo yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

5. Arif Wahyudi yang selalu membantu, mendukung dan memberikan motivasi.


(8)

v

MOTTO

“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan

rencana Allah.”

(Roma 8:28)

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”

(Andrew Jackson)

“Bertarget dan mempunyai mimpi besar itu baik, disertai usaha dan kerja keras itu hebat; tetapi jika terlalu ambisius dan sampai mengorbankan segalanya, semua

yang baik dan hebat tidak akan ada artinya.” (Elisabeth Hermi Prastiwi)


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

Prastiwi, Elisabeth. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum

2013 Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi.

Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berawal dari adanya potensi dan masalah terkait dengan Kurikulum 2013. Potensi yang ada adalah penerapan Kurikulum 2013 yang mengembangkan pendidikan karakter dan pendekatan saintifik. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan dalam: melakukan penilaian, penyediaan media serta merumuskan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 kelas II SD. Tujuannya untuk menjelaskan proses penyusunan dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

Development atau R&D). Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran

yang mengacu pada Kurikulum 2013 untuk kelas II SD dengan tema 3 “Tugasku

Sehari-hari” menggunakan model discovery learning. Proses pengembangan

perangkat pembelajaran tersebut mengikuti keenam langkah dari 10 langkah menurut Sugiyono. Perangkat pembelajaran divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah sebesar 4,74 (sangat baik) sehingga layak digunakan pada tahap uji coba.

Uji coba dilakukan di kelas IIB SDN Depok 1 dari tanggal 17-22 November 2014. Dari hasil wawancara akhir yang dilakukan peneliti kepada guru wali kelas II didapatkan data: guru terbantu dalam merumuskan kegiatan pembelajaran, mendapat inspirasi dalam penyediaan media pembelajaran serta memiliki deskriptor yang jelas untuk melakukan penilaian KI-1, KI-2 dan KI-4.

Kata kunci: Penelitian pengembangan, perangkat pembelajaran, Kurikulum 2013,


(12)

ix

ABSTRACT

Prastiwi, Elisabeth. (2015). The Development of 2013 Curriculum Instructional

Materials Grade II in Theme 3 “Tugasku Sehari-hari”. Thesis.

Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research was a development research that began from there were potential and problem related with 2013 Curriculum. The potential was the implementation of 2013 Curriculum that develop character education and sciencetific approach. The problems that were faced by teacher were the difficulties on doing assessment, preparing media and formulating learning activity. Because of it, researcher shoved to do the research about The development of 2013 Curriculum instructional materials in Elementary School grade II. The goal of this research were to explain the process of arranging and describe the quality of instructional materials.

The kind of this research was Research and Development or R&D research. The product was form of instructional materials that refered to 2013

Curriculum for Elementary School grade II in the theme “Tugasku Sehari-hari’ by using discovery learning model. The process of the development of instructional materials followed 6 steps from 10 steps according to Sugiyono. The instructional materials validated by three validator. Mean that gained was about 4,74 (very good) so it was proper used for the test.

The test did in the class IIB SDN Depok 1 from 17 November 2014 until 22 November 2014. From the interview that researcher did to the teacher of grade II got some results. The results were the teacher got help in formulating the learning activity, the teacher got inspiration in preparing learning media and the teacher had a clear description to do the assessment of KI-1, KI-2, and KI-4.

Keywords: Research and Development (R&D), instructional materials, 2013 Curriculum, discovery learning.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema

3 “Tugasku Sehari-hari”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa ada banyak pihak yang telah membantu, mendukung, serta membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., B.S.T., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I, terima

kasih atas waktu, bimbingan serta dukungan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Theresia Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum., Dosen Pembimbing II, yang telah sabar dalam memberikan bimbingan serta masukan bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran bagi peneliti.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan serta membantu dalam mempersiapkan penelitian.

7. Para validator yang telah memberikan masukan bagi peneliti untuk meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan.


(14)

(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Istilah ... 8

G.Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A.Kajian Pustaka ... 11

1. Kurikulum 2013 ... 11

a. Pendekatan Tematik Integratif ... 16


(16)

xiii

2) Kelebihan Pembelajaran Tematik ... 18

3) Keterbatasan Pembelajaran Tematik ... 19

4) Manfaat Pembelajaran Tematik ... 21

b. Pendekatan Saintifik ... 22

1) Karakteristik Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik ... 23

2) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 24

c. Penilaian Otentik ... 28

1) Penilaian Sikap ... 29

2) Penilaian Pengetahuan ... 30

3) Penilaian Keterampilan ... 31

d. Pendidikan Karakter ... 32

1) Disiplin ... 33

2) Tanggung Jawab ... 36

3) Percaya Diri ... 38

2. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 40

a. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran ... 41

b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning ... 46

c. Keterbatasan Discovery Learning ... 47

3. Perangkat Pembelajaran ... 49

a. Silabus ... 49

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 52

4. Media Pembelajaran ... 54

a. Manfaat Media Pembelajaran ... 54

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 55

c. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 56

5. Siswa Kelas II SD ... 57

6. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari” ... 58


(17)

xiv

C.Kerangka Berpikir ... 63

D.Pertanyaan Penelitian ... 64

BAB III METODE PENGEMBANGAN A.Jenis Penelitian ... 66

B.Setting Penelitian ... 71

C.Prosedur Pengembangan ... 71

D.Uji Coba Produk ... 76

1. Desain Uji Coba ... 76

2. Subjek Uji Coba ... 77

E. Teknik Pengumpulan Data ... 77

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 77

1. Kuesioner ... 78

2. Wawancara ... 82

G.Teknik Analisis Data ... 87

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Pengembangan ... 90

1. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 90

a. Potensi dan Masalah ... 90

b. Pengumpulan Data ... 91

c. Desain Produk ... 96

d. Validasi Desain ... 99

e. Revisi Desain ... 114

f. Uji Coba Produk ... 119

2. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 128

a. Kualitas Berdasarkan Analisis Data Penilaian ... 128

b. Kualitas Berdasarkan Wawancara Akhir ... 134

c. Kualitas Berdasarkan Spesifikasi Produk ... 137


(18)

xv

1. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik

Model Discovery Learning ... 147 2. Perangkat Pembelajaran Menggunakan Media Pembelajaran ... 149 3. Perangkat Pembelajaran Memuat Rubrik Penilaian KI-1, KI-2

dan KI-4 ... 150 4. Kelebihan Produk ... 153

5. Kelemahan Produk ... 154

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 156 B.Keterbatasan Pengembangan ... 157 C.Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 159 LAMPIRAN ... 163 RIWAYAT PENELITI ... 287


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map dari Penelitian Terdahulu ... 62

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 75

Gambar 4.1 Pembelajaran yang Dilakukan oleh Peneliti ... 122

Gambar 4.2 Pembelajaran yang Dilakukan oleh Guru ... 128

Gambar 4.3 Diagram Batang Penilaian RPP Dosen Ahli Kurikulum 2013 I ... 130

Gambar 4.4 Diagram Batang Penilaian RPP Ahli Kurikulum 2013 II ... 131

Gambar 4.5 Diagram Batang Penilaian RPP oleh Guru Wali Kelas II SD ... 133

Gambar 4.6 Diagram Batang Rekapitulasi Hasil Validasi ... 134

Gambar 4.7 Jam Analog ... 145

Gambar 4.8 Siswa Mengkomunikasikan Hasil Pekerjaannya ... 148

Gambar 4.9 Penggunaan Jam Analog ... 149

Gambar 4.10 Mengerjakan Tugas sebagai Salah Satu Indikator Penilaian ... 151


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 12

Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik ... 26

Tabel 2.3 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Disiplin ... 34

Tabel 2.4 Deskripsi Perilaku Disiplin ... 35

Tabel 2.5 Indikator Sikap Disiplin ... 36

Tabel 2.6 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab ... 37

Tabel 2.7 Indikator Sikap Tanggung jawab ... 37

Tabel 2.8 Deskripsi Perilaku Percaya Diri ... 38

Tabel 2.9 Indikator Sikap Percaya Diri ... 39

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Validasi RPP ... 78

Tabel 3.2 Contoh Instrumen Kuesioner Validasi RPP ... 80

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Awal ... 83

Tabel 3.4 Instrumen Wawancara Awal ... 84

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Akhir ... 85

Tabel 3.6 Instrumen Wawancara Akhir ... 86

Tabel 3.7 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan PAP ... 88

Tabel 4.1 Pedoman Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 5 ... 101

Tabel 4.2 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 1 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 I & II ... 102

Tabel 4.3 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 2 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 I & II ... 106

Tabel 4.4 Hasil Validasi RPP Pembelajaran 3 oleh Dosen Ahli Kurikulum 2013 I & II ... 109

Tabel 4.5 Revisi Desain RPP Pembelajaran 1 ... 115

Tabel 4.6 Revisi Desain RPP Pembelajaran 2 ... 115

Tabel 4.7 Revisi Desain RPP Pembelajaran 3 ... 116

Tabel 4.8 Revisi Desain RPP Pembelajaran 4 ... 117


(21)

xviii

Tabel 4.10 Revisi Desain RPP Pembelajaran 6 ... 119

Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai ... 122

Tabel 4.12 Rekapitulasi Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 I ... 129

Tabel 4.13 Rekapitulasi Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 II ... 130

Tabel 4.14 Rekapitulasi Penilaian Guru Wali Kelas II SD ... 132

Tabel 4.15 Hasil Rekapitulasi Tiga Validator ... 133

Tabel 4.16 Contoh Materi yang Terkait dengan Tema dan Subtema ... 138

Tabel 4.17 Contoh Penggunaan Pendekatan Tematik Integratif ... 138

Tabel 4.18 Contoh Perumusan Indikator dan Tujuan yang Mengembangkan Karakter Siswa ... 140

Tabel 4.19 Contoh Penggunaan Rubrik Penilaian dengan Deskriptor yang Jelas ... 143

Tabel 4.20 Contoh Penggunaan Media ... 145


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara Awal ... 163 2. Lampiran 2. Instrumen Validasi ... 164

3. Lampiran 3. Pertanyaan Wawancara Akhir ... 167 4. Lampiran 4. Hasil Wawancara Awal ... 169 5. Lampiran 5. Lembar Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 I ... 191 6. Lampiran 6. Lembar Penilaian Dosen Ahli Kurikulum 2013 II ... 200 7. Lampiran 7. Lembar Penilaian Guru Wali Kelas II ... 209 8. Lampiran 8. Hasil Wawancara Akhir ... 227 9. Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa dan Feedback ... 230 10.Lampiran 10. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 284 11.Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 285 12.Lampiran 12. Foto-foto Penelitian ... 286 13.Lampiran 13. Perangkat Pembelajaran (Dicetak Terpisah) ... 288


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik untuk menghasilkan ilmu yang berguna bagi kehidupan. Ilmu yang hendak dihasilkan dari proses tersebut tentu bukan hanya yang bersifat teori saja, melainkan yang dapat berguna bagi peserta didik dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, diharapkan peserta didik juga memiliki sikap yang baik dalam berhubungan dengan sesama manusia. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan adanya pendidikan karakter.

Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dengan mengarahkan peserta didik dalam mengenali dan mengembangkan kelebihan yang dimilikinya agar menjadi manusia yang memiliki sikap-sikap baik terhadap diri sendiri dan peduli terhadap orang lain (Kemendikbud, 2013). Pendidikan karakter memiliki kekhasan yaitu selalu mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara integral. Tujuan dari pendidikan karakter tersebut diwujudkan oleh pemerintah dengan membuat suatu kurikulum yang memuat tentang pendidikan karakter.


(24)

Kurikulum yang memuat tentang pendidikan karakter adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk mendidik karakter peserta didik mulai dari jenjang SD sampai SLTA (Kemendikbud, 2014:3). Itu sebabnya kekhasan dari Kurikulum 2013 terdiri atas kompetensi inti sikap, yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan dan kompetensi inti keterampilan. Kompetensi inti tersebut dirumuskan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan atau SKL.

Menurut Kemendikbud (2014), kompetensi lulusan merupakan keahlian yang harus dimiliki atau dipenuhi peserta didik untuk mencapai syarat-syarat kelulusan yang mencakup sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan (KI-3), dan keterampilan (KI-4). Kompetensi itulah yang akan menjadi acuan untuk mengembangkan kurikulum dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi lulusan disusun dengan melihat hal-hal yang hendak dikembangkan dalam diri masing-masing peserta didik sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikannya dalam satuan pendidikan tertentu.

Lebih jauh Kemendikbud (2014:18) mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Dalam pendekatan yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih menggunakan penalaran induktif yang mengamati suatu peristiwa terlebih dahulu kemudian menarik kesimpulan.


(25)

Hal ini diperkuat dengan Permendikbud No. 81A Tahun 2013 lampiran IV, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah terdiri atas lima pengalaman belajar pokok (5M) yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasikan/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila guru menerapkan 5M. Oleh karena itu, guru perlu menguasai pembelajaran inovatif supaya dapat memfasilitasi peserta didik untuk memiliki karakter-karakter yang diharapkan, dengan membuat kegiatan pembelajaran yang memuat 5M menggunakan pendekatan saintifik.

Proses pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai 5M perlu memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak SD sesuai dengan jenjangnya. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget (2010), tahap perkembangan anak usia 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Operasional konkret adalah tahap pengelompokan cara kerja mengenai pemikiran anak, dimana anak telah dapat mempelajari sesuatu menggunakan benda-benda nyata atau benda-benda lain sebagai pengganti hal yang dipelajari tersebut. Oleh karena itu, agar dapat mencapai KI-1, KI-2 dan KI-3 maka proses pembelajaran perlu memperhatikan tahap perkembangan anak. Proses pembelajaran sebaiknya dibuat dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya untuk berpikir konkret dan mendalam, serta mampu mengklasifikasi dan mengontrol persepsinya.


(26)

Hal-hal penting terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 di atas belum dapat terlaksana secara maksimal di sekolah dasar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara kepada sembilan guru di delapan sekolah dasar yang berbeda, yaitu SDN Depok 1 Yogyakarta, SDN Ngenthak Mangir Bantul, SDN 2 Mojayan Klaten, SDN Caturtunggal 6 Yogyakarta, SD Mutiara Persada Yogyakarta, SDN Walitelon 2 Temanggung, SD Tumbuh, dan SD Kanisius Pugeran. Dari hasil wawancara, peneliti mendapatkan data mengenai kesulitan yang dialami oleh guru dalam menerapkan Kurikulum 2013.

Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap sembilan guru adalah: (1) Sebanyak sembilan guru (100%) mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian menggunakan Kurikulum 2013. Dalam melakukan penilaian kompetensi sikap religius (KI-1), kompetensi sikap sosial (KI-2), dan kompetensi keterampilan (KI-4) guru mengalami kesulitan karena indikator penilaian dari acuan pemerintah belum memuat deskripsi yang jelas. Kesulitan yang dialami guru pada kompetensi pengetahuan (KI-3) yaitu dalam hal mengaitkan soal-soal antar mata pelajaran dan keterbatasan waktu. (2) Sembilan guru (100%) mengalami kesulitan dalam penyediaan media pembelajaran. (3)Tujuh guru (78%) mengalami kesulitan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran yang mengandung 5M.

Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan, peneliti terdorong untuk membantu guru dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Pengembangan perangkat pembelajaran


(27)

tersebut bertujuan untuk membantu guru dalam mengatasi kesulitan terkait dengan penerapan Kurikulum 2013 dalam hal melakukan penilaian, penyediaan media pembelajaran serta perumusan kegiatan pembelajaran yang memuat 5M. Oleh karena itu, peneliti hendak melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”.

B. Batasan Masalah

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini dibatasi pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari dan subtema 2, yaitu “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning untuk mencapai kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi sikap spiritual yang dikembangkan adalah sikap-sikap dalam hubungannya dengan Tuhan, sedangkan sikap sosial menyangkut sikap disiplin, tanggung jawab dan percaya diri. Kompetensi pengetahuan yang dikembangkan adalah kemampuan yang dapat dilihat melalui hasil belajar siswa dan dapat diukur menggunakan tes. Kompetensi keterampilan yang dikembangkan menyangkut keterampilan-keterampilan yang melibatkan kemampuan motorik siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(28)

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak dijawab oleh penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum

2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”?

2. Seperti apakah kualitas perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan proses pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang layak untuk kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.

2. Untuk mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 yang layak untuk kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(29)

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan tentang pengembangan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam membuat perangkat pembelajaran serta mengatasi kesulitan yang dialami dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama dalam melakukan penilaian menggunakan Kurikulum 2013 pada kelas II SD.

b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa kelas II dalam mempelajari materi Kurikulum 2013 pada tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dengan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah” menggunakan model pembelajaran discovery learning yang berdasarkan pengalaman langsung untuk menemukan sendiri pengetahuannya.


(30)

c. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, mahasiswa dapat melatih keterampilan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran Kurikulum 2013 untuk siswa kelas II Sekolah Dasar.

F. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka istilah yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran, meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan ajar dan evaluasi.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sengaja dikembangkan untuk membentuk karakter siswa agar memiliki kekhasan dengan melalui empat Kompetensi Inti, yaitu KI-1 dan KI-2 (olah hati), KI-3 (olah pikiran) serta KI-4 (olah rasa dan karsa).

3. Siswa Kelas II SD

Siswa kelas II SD adalah mereka yang sedang duduk di kelas rendah dengan usia sekitar 8-9 tahun dimana siswa tersebut sedang berada pada tahap operasional konkret sehingga dalam mempelajari


(31)

sesuatu siswa menggunakan benda-benda nyata atau benda lain sebagai pengganti hal yang dipelajari.

4. Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”

Tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari -hari di Sekolah” termasuk tema dan subtema yang ada dalam Kurikulum 2013 mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan siswa di sekolah dengan mengaitkan lima mata pelajaran pokok, yaitu matematika, bahasa Indonesia, PPKn, PJOK dan SBdP.

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Peneliti menyusun enam perangkat pembelajaran dengan spesifikasi produk sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran disusun berdasarkan Kurikulum 2013 pada kelas II dengan tema 3 “Tugasku Sehari-hari” dan subtema 2 “Tugasku Sehari-hari di Sekolah”.

2. Perangkat pembelajaran disusun dengan menggunakan pembelajaran tematik integratif.

3. Perangkat pembelajaran disusun dengan menerapkan pendekatan saintifik model discovery learning.

4. Perangkat pembelajaran disusun untuk mengembangkan karakter siswa kelas II yang mengacu pada kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial (disiplin, percaya diri, tanggung jawab), pengetahuan, dan keterampilan (membuat kartu jam, menggambar kartu jam, dll).


(32)

5. Perangkat pembelajaran dilengkapi rubrik penilaian yang memuat deskriptor-deskriptor untuk KI-1 (ketaatan beribadah, menghargai keberagaman, dan sikap syukur), KI-2 (disiplin, tanggung jawab dan percaya diri), serta KI-4 (membuat kartu, menggambar jam, dll).

6. Perangkat pembelajaran dilengkapi dengan media pembelajaran yang sederhana.


(33)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II mengemukakan beberapa hal terkait dengan landasan teori yang digunakan dalam melakukan penelitian pengembangan ini, yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan

hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan (Fadlillah,

2014:16). Sejalan dengan pendapat Fadlillah, Majid (2014:28) mengungkapkan bahwa orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Berbeda dengan Fadlillah dan Majid, Mulyasa (2014:68) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa itu sendiri.

Mulyasa (2013:59) memberikan penjelasan lebih lanjut bahwa dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta harus


(34)

selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Perubahan dan pengembangan kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan kebutuhan zaman, jadi tidak asal berubah saja sehingga memang benar-benar dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Perubahan dan perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh kesenjangan kurikulum sebelumnya (KTSP) dengan kurikulum saat ini (Kurikulum 2013). Berikut adalah tabel yang menunjukkan kesenjangan-kesenjangan yang ada pada Kurikulum KTSP dengan kondisi ideal, yaitu:

Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum (Mulyasa, 2013:61-63)

KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL A. KOMPETENSI LULUSAN

1. Belum sepenuhnya menekankan pendidikan karakter

1. Berkarakter mulia

2. Belum menghasilkan keterampilan sesuai kebutuhan

2. Keterampilan yang relevan

3. Pengetahuan-pengetahuan lepas

3. Pengetahuan-pengetahuan terkait

B. MATERI PEMBELAJARAN

1. Belum relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan

1. Relevan dengan materi yang dibutuhkan

2. Beban belajar terlalu berat 2. Materi esensial


(35)

KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL

mendalam perkembangan anak

C. PROSES PEMBELAJARAN

1. Berpusat pada guru 1. Berpusat pada peserta didik 2. Proses pembelajaran

berorientasi pada buku teks

2. Sifat pembelajaran kontekstual

3. Buku teks hanya memuat materi bahasan

3. Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan

D. PENILAIAN

1. Menekankan aspek kognitif 1. Menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara proposional

2. Tes menjadi cara penilaian yang dominan

2. Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Memenuhi kompetensi profesi saja

1. Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal

2. Fokus pada ukuran kinerja PTK

2. Motivasi mengajar

F. PENGELOLAAN KURIKULUM

1. Satuan pendidikan mempunyai pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1. Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2. Masih terdapat

kecenderungan satuan

2. Satuan pendidikan mampu menyusun kurikulum dengan


(36)

KONDISI SEBELUMNYA KONDISI IDEAL

pendidikan menyusun kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3. Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3. Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman

Dengan adanya kesenjangan-kesenjangan kurikulum dan tantangan zaman, maka perlu dilakukan pengembangan kurikulum untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan zaman yang semakin rumit dan beranekaragam. Tantangan-tantangan masa depan itu antara lain berkaitan dengan globalisasi dan pasar bebas, masalah lingkungan hidup, pesatnya kemajuan teknologi informasi, dll. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada, kurikulum harus mampu membekali siswa dengan berbagai kompetensi. Kompetensi yang diperlukan di masa depan sesuai dengan perkembangan global yaitu: kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat


(37)

luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan (Mulyasa, 2013:64).

Sejalan dengan hal tersebut, Majid (2014:27) mengatakan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan empat landasan, yaitu landasan yuridis, filosofis, empiris dan teoretis. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk mengembangkan kurikulum sehingga tercipta sebuah kurikulum baru. Landasan filosofis adalah ketentuan yang digunakan dalam membuat kurikulum berdasarkan karakteristik siswa yang hendak dicapai dengan kurikulum tersebut. Landasan empiris merupakan landasan yang mengarahkan siswa untuk menghadapi hal-hal yang terjadi di kehidupan nyata dalam rangka membangun negaranya. Landasan teoretis adalah teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan kurikulum.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa sendiri. Kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yang memiliki tujuan agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Pengembangan kurikulum tersebut menggunakan


(38)

empat landasan yang meliputi landasan yuridis, filosofis, empiris dan teoretis.

a. Pendekatan Tematik Integratif

Pendekatan tematik integratif merupakan pendekatan yang digunakan pada Kurikulum 2013 untuk melaksanakan proses pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini juga diungkapkan oleh Majid (2014:85) bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dari pemaduan ini siswa diharapkan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Trianto (2011:154) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran. Sejalan dengan Majid dan Trianto, Mulyasa (2013:170) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis tematik integratif merupakan proses belajar yang didasarkan pada tema tertentu untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya.


(39)

1) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, Majid (2014:89) menyebutkan bahwa pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a) Berpusat pada siswa

Salah satu karakteristik pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.

b) Memberikan pengalaman langsung

Dalam mempelajari sebuah materi, siswa berhadapan langsung dengan sesuatu yang nyata, sehingga siswa memperoleh pengalaman secara langsung.

c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik saling dikaitkan satu sama lain menjadi satu tema. Oleh karena itu, antara mata pelajaran satu dengan yang lain tidak begitu jelas pemisahannya.

d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik mempelajari konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran yang dipelajari dalam suatu proses pembelajaran. Konsep tersebut kemudian dipelajari dalam satu proses pembelajaran secara utuh dan bulat.


(40)

e) Bersifat fleksibel

Maksud dari fleksibel di sini adalah materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran tematik dapat dipelajari secara luwes. Guru bisa mengaitkan materi dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain atau bisa juga mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan lingkungan sekitar.

f) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Dalam proses pembelajaran tematik, materi dipelajari dengan menggunakan permainan sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.

2) Kelebihan Pembelajaran Tematik

Selain memiliki karakteristik, pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelebihan. Seperti yang diungkapkan oleh Hosnan (2014:365) bahwa kelebihan pembelajaran tematik meliputi:

a) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

b) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.


(41)

c) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama dan membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa. d) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai

dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya.

e) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

3) Keterbatasan Pembelajaran Tematik

Puskur, Balitbang Diknas (dalam Majid, 2014:93-94) mengidentifikasi beberapa aspek keterbatasan pembelajaran tematik sebagai berikut:

a) Aspek guru

Dalam penerapan pembelajaran tematik, guru dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, kreatif, percaya diri, memiliki keterampilan metodologis serta dapat mengembangkan materi, sedangkan tidak semua guru memiliki keterampilan itu.

b) Aspek peserta didik

Pembelajaran tematik menuntut siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menganalisis, menghubungkan,


(42)

serta menemukan dan menggali sebuah informasi. Akan tetapi, tidak semua peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan tersebut. Jika kondisi tersebut tidak dapat tercapai, maka pembelajaran tematik akan sulit untuk diterapkan.

c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Bahan bacaan atau sumber informasi yang banyak sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tematik guna menunjang proses pembelajaran. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka pembelajaran tematik juga sulit untuk diterapkan.

d) Aspek kurikulum

Kurikulum dalam pembelajaran tematik berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman siswa. Oleh karena itu, guru perlu memiliki kewenangan dalam mengembangkan materi, metode serta penilaian peserta didik.

e) Aspek penilaian

Dalam proses penilaian guru dituntut untuk mampu melakukan penilaian dan pengukuran secara menyeluruh karena penilaian berpedoman pada keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian yang terkait. Selain itu, guru juga dituntut untuk berkoordinasi dengan


(43)

guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

4) Manfaat Pembelajaran Tematik

Hosnan (2014:365-366) juga mengatakan bahwa dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat, yaitu:

a) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi, bahkan dihilangkan.

b) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.

c) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

d) Dengan adanya pemanduan antarmata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan tematik integratif adalah pendekatan yang digunakan dalam suatu proses pembelajaran dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan menjadi suatu tema tertentu dengan tujuan agar siswa mampu mendapatkan pengetahuan secara


(44)

utuh. Siswa diharapkan memperoleh pengetahuan secara utuh agar hal yang dipelajari menjadi lebih bermakna. Dalam pembelajaran tematik ini, siswa belajar secara aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Selain itu, materi dalam pembelajaran tematik diajarkan sambil bermain sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

b. Pendekatan Saintifik

Selain berpendapat tentang pembelajaran tematik, Hosnan (2014:34) juga berpendapat bahwa implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi dari guru saja.


(45)

1) Karakteristik Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan dalam Hosnan (2014:36) sebagai berikut:

a) Berpusat pada siswa

Dalam penerapan pendekatan saintifik, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

b) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

Pada saat mempelajari materi, siswa dituntut untuk terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri, melalui langkah-langkah yang sering dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Langkah-langkah tersebut meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

c) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Proses pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan ilmiah menggunakan proses-proses berpikir


(46)

tingkat tinggi sehingga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan inteleknya.

d) Dapat mengembangkan karakteristik siswa

Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya karena siswa dituntut aktif membangun konsepnya sendiri melalui tahap-tahap 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan). Selain itu, bentuk-bentuk pembelajaran yang dilakukan juga disesuaikan dengan karakteristik siswa.

2) Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Lebih lanjut, Hosnan (2014:38-39) menjelaskan bahwa pendekatan ilmiah mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut:

a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran


(47)

subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi pembelajaran.

d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e) Mendorong dan menginspirasi siswa agar mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Selain itu, proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan

skill/keterampilan (disingkat KSA= Knowledge, Skill, dan

Attitude).

a) Ranah sikap menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.


(48)

b) Ranah keterampilan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

c) Ranah pengetahuan menggamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.

d) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

e) Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Kegiatan Pembelajaran dalam Pendekatan Saintifik (Hosnan, 2014:39)

Kegiatan Aktivitas Belajar

Mengamati

(observing)

Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya

(questioning)

Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi


(49)

Kegiatan Aktivitas Belajar

suatu kebiasaan). Pengumpulan data

(experimenting)

Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data. Mengasosiasi

(associating)

Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-uni structure-multistructure-complicated structure.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan dalam proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa dengan bentuk kegiatan yang memuat 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri yaitu: (1) berpusat pada siswa, dimana siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, (2) dalam membangun suatu konsep atau pemahaman siswa, melibatkan keterampilan proses sains yang meliputi langkah mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan, (3) proses


(50)

pembelajaran membantu perkembangan kemampuan berpikir siswa dengan melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, (4) mengembangkan karakteristik yang dimiliki oleh siswa karena langkah dan bentuk pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa.

c. Penilaian Otentik

Salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian otentik (authentic assessment). Kunandar (2014:35) menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Penilaian otentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar yang didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) sehingga pencapaian kompetensi siswa tidak berdasarkan perbandingan dengan siswa lainnya melainkan dengan standar atau kriteria tertentu, yaitu Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Sejalan dengan pendapat di atas, Pusat Kurikulum (dalam Majid, 2014:236) mengungkapkan bahwa penilaian otentik (authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa


(51)

dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Pengertian mengenai penilaian otentik juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2011:23) yang menyatakan bahwa penilaian otentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui pembelajar, melainkan berkinerja secara nyata dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai. Kemendikbud (2014:36-37) mengelompokkan jenis-jenis penilaian otentik menjadi beberapa penilaian. Penilaian tersebut, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Penilaian Sikap

Penilaian sikap memuat dua penilaian yaitu KI-1 (sikap spiritual) dan KI-2 (sikap sosial). Contoh muatan pada KI-1 antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, serta toleransi dalam beribadah. Contoh muatan KI-2 meliputi: disiplin, tanggung jawab, percaya diri, dll.

Kemendikbud (2014:36-37) menyatakan ada empat macam teknik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian sikap, yaitu: observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan


(52)

jurnal catatan guru. Namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik, yaitu:

a) Observasi

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kemendikbud (2014:36), observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan menggunakan format observasi tertentu, yang berisi indikator-indikator penilaian. Teknik penilaian dilakukan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung.

b) Penilaian diri

Penilaian diri adalah teknik penilaian yang meminta siswa untuk merenungkan sikap yang dimilikinya terkait dengan kompetensi yang hendak dicapai (Kemendikbud, 2014:36).

2) Penilaian Pengetahuan

Berdasarkan Kemendikbud (2014:37), penilaian pengetahuan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Tes tertulis

Tes tertulis terdiri dari memilih dan mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan


(53)

sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. b) Tes lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ucap sehingga menimbulkan jawaban dari siswa secara ucap juga.

c) Penugasan

Penugasan merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh guru dengan memberikan tugas rumah kepada siswa baik secara individu maupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugas yang diberikan.

3) Penilaian Keterampilan

Penilaian keterampilan, dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penilaian kinerja, proyek dan portofolio. Teknik yang digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam penelitian ini adalah teknik penilaian kinerja. Kemendikbud (2014:37) mengemukakan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi sesungguhnya dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, dll.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan terhadap


(54)

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tentang proses dan hasil belajarnya berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditentukan. Dari hasil belajar tersebut, kemudian siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Penilaian otentik dibagi menjadi tiga, yaitu penilaian sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan.

d. Pendidikan Karakter

Raka, dkk. (2011:36) berpendapat bahwa secara umum karakter dikaitkan dengan sifat khas atau istimewa, atau kekuatan moral, atau pola tingkah laku seseorang. Seseorang yang memiliki karakter baik, berarti memiliki sikap yang baik pula. Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan, dan melakukan yang baik.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kemdiknas (dalam Wibowo, 2013) bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter luhur pada siswa sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Sejalan dengan Raka, dkk. dan Wibowo, Ramli (dalam Fathurrohman, dkk., 2013:15) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuan dari pendidikan karakter itu sendiri adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik sesuai dengan nilai-nilai


(55)

sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari karakter bangsa Indonesia sendiri.

Zubaedi (dalam Kurniawan, 2013) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang bertujuan mengembangkan watak dan kebiasaan siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat sebagai pedoman moral dalam hidupnya melalui sikap kejujuran, dapat dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif (perasaan/sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berpikir rasional), dan ranah skill (keterampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat, dan kerja sama).

Pada proses pendidikan karakter ada beberapa nilai yang dikembangkan dengan tujuan dapat dimiliki oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, nilai karakter yang dikembangkan ada tiga, yaitu sikap disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Berikut adalah penjelasan mengenai nilai karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini.

1) Disiplin

Raka, dkk. (2011:113) mengatakan bahwa orang berkarakter adalah orang yang mempunyai disiplin diri tinggi karena mereka adalah orang-orang yang melakukan kebaikan


(56)

atas kesadaran dan kemauan sendiri, bukan karena disuruh atau diawasi orang lain.

Menurut Sjarif (dalam Hidayatullah, 2010:45), disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Dalam penerapannya merupakan perbuatan atau tingkah laku yang nyata dimana perbuatan tingkah laku tersebut sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.

Tabel 2.3 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Disiplin (Hidayatullah, 2010:82)

Butir Definisi

Disiplin a) Peraturan-peraturan atau tata tertib (di sekolah, ketentaraan, dsb.) yang ditetapkan untuk melatih seseorang supaya berkelakuan baik.

b) Ketaatan atau kepatuhan pada peraturan-peraturan, tata tertib, dsb. yang telah ditetapkan.

Fathurrohman, dkk. (2013:125) mengatakan bahwa disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Deskripsi perilaku disiplin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.


(57)

Tabel 2.4 Deskripsi Perilaku Disiplin (Fathurrohman, dkk., 2013:128)

Nilai Deskripsi perilaku

Berdisiplin a) Biasa mengerjakan sesuatu secara tertib; memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan positif; belajar secara teratur dan selalu mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab. b) Selalu belajar dan bekerja keras; selalu melakukan pekerjaan dengan rasa penuh tanggung jawab dan teratur; selalu mengetahui segala peraturan dan mematuhi tata tertib dalam lingkungan pergaulan sosial; biasa menjaga ketertiban umum dan tata pergaulan secara bertanggung jawab; selalu mematuhi norma-norma yang berlaku di sekolah, lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk menjaga keutuhan hubungan sosial.

c) Selalu menghargai waktu; selalu aktif melakukan kegiatan-kegiatan positif; biasa bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab; biasa mematuhi tata tertib; menjaga ketertiban umum dan lingkungan keluarga; biasa bekerja keras dan penuh rasa tanggung jawab; selalu menghindari sikap untuk mengabaikan aturan.

d) Sering membantu pekerjaan orang tua di rumah, guru, teman, dan lainnya;


(58)

Nilai Deskripsi perilaku

berupaya belajar mandiri dan belajar kelompok; dan biasa mengerjakan tugas-tugas rumah dan sekolah.

Selain itu, terdapat juga beberapa indikator dari sikap disiplin, seperti yang dijelaskan oleh Kurniasih & Sani (2014:68). Berikut adalah tabel indikator dari perilaku disiplin.

Tabel 2.5 Indikator Sikap Disiplin (Kurniasih & Sani, 2014:68)

Sikap Indikator

Disiplin Datang tepat waktu

Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/sekolah.

Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar.

2) Tanggung Jawab

Fathurrohman, dkk. (2013:20) mengatakan bahwa tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Fathurrohman, dkk., Raka, dkk. (2011:111) mengatakan bahwa orang yang bertanggung jawab


(59)

membangun masa depan yang lebih baik dengan bertumpu pada kekuatan sendiri, tidak dengan menadahkan tangan kepada orang lain. Sejalan dengan pendapat Fathurrohman, dkk. dan Raka, dkk., Hidayahtullah (2010:87) mendefinisikan tanggung jawab dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 2.6 Butir dan Definisi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab (Hidayatullah, 2010:87)

Butir Definisi

Tanggung jawab

a) Memahami dan melakukan apa yang sepatutnya dilakukan.

b) Kondisi yang mana menjadi tolak ukur terhadap seseorang, tugas, jabatan, atau hutang.

c) Kemampuan untuk mengambil keputusan yang rasional dan bermoral. d) Kemampuan untuk dipercaya.

Dari definisi tersebut, sikap tanggung jawab dapat dibuat menjadi beberapa indikator. Berikut merupakan tabel indikator dari sikap tanggung jawab.

Tabel 2.7 Indikator Sikap Tanggung Jawab (Kurniasih & Sani, 2014:69)

Sikap Indikator

Tanggung Jawab

Melaksanakan tugas individu dengan baik Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan


(60)

Sikap Indikator

tanpa bukti yang akurat

Mengembalikan barang yang dipinjam Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

Menepati janji

Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan kita sendiri

Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta

3) Percaya diri

Percaya diri, menurut Fathurrohman, dkk. (2013:125), adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Deskripsi mengenai sikap percaya diri dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 2.8 Deskripsi Perilaku Percaya Diri (Fathurrohman, 2013:139)

Nilai Deskripsi Perilaku

Rasa percaya diri

a) Sering menunjukkan sifat dan berperilaku mantap dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari dan tidak mudah terpengaruh ucapan dan perbuatan orang lain.

b) Terbiasa bersikap dan berperilaku mantap dalam melaksanakan tugas sehari-hari; tidak mudah terpengaruh


(61)

Nilai Deskripsi Perilaku

oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; dan mempunyai kemantapan dalam berpikir, bersikap dan bertindak. c) Selalu bersikap dan berperilaku atas

dasar keselarasan dengan keseimbangan antara kemampuan dengan apa yang akan dicapai sehingga menumbuhkan keyakinan akan tercapai, tidak mudah terpengaruh oleh ucapan maupun perbuatan orang lain; selalu menghindari rendah diri; dan selalu menghindari ketergantungan diri.

Sikap percaya diri juga memiliki beberapa indikator. Berikut adalah tabel indikator dari sikap percaya diri.

Tabel 2.9 Indikator Sikap Percaya Diri (Kurniasih & Sani, 2014:72)

Sikap Indikator

Percaya Diri Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu

Mampu membuat keputusan dengan cepat

Tidak mudah putus asa

Tidak canggung dalam bertindak Berani presentasi di depan kelas

Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan


(62)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang berusaha menanamkan dan mengembangkan karakter luhur yang dimiliki oleh siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan karakter, ada berbagai nilai yang dapat dikembangkan. Dalam penelitian ini, nilai yang hendak dikembangkan meliputi tiga aspek, yaitu sikap disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. Disiplin merupakan sikap patuh/taat yang dimiliki oleh seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungannya dengan penuh kesadaran. Percaya diri merupakan sikap yakin dan percaya terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang memang harus dilakukan.

2. Model Pembelajaran Discovery Learning

Bruner (dalam Kemendikbud, 2014:32) berpendapat bahwa

discovery learning merupakan proses pembelajaran yang terjadi bila

pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Lebih lanjut, Bruner (dalam Dahar, 2011:79) menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Hal ini juga diperkuat oleh Hosnan


(63)

(2014:282) yang mengemukakan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri apa yang dipelajari sehingga tidak akan mudah dilupakan siswa. Sejalan dengan Bruner dan Hosnan, Hamalik (2002:134) berpendapat bahwa discovery learning adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep.

a. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran

Syah (dalam Kemendikbud, 2014:33) mengemukakan enam langkah pelaksanaan proses pembelajaran yang menggunakan model

discovery learning. Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Tahap pertama dalam model discovery learning adalah stimulasi. Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang membuat bingung, kemudian akan menimbulkan pertanyaan. Setelah itu, siswa tidak langsung diberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, anjuran untuk membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.


(64)

2) Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Langkah selanjutnya setelah dilakukan stimulasi adalah siswa diminta mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah-masalah yang sesuai dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3) Data collection (pengumpulan data)

Ketika siswa sedang melakukan eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang sesuai untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dibuat oleh siswa sebelumnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dsb.

4) Data processing (pengolahan data)

Djamarah (dalam Kemendikbud, 2014:33) berpendapat bahwa semua informasi hasil bacaan, hasil wawancara, observasi, dan sebagainya, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, dihitung serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.


(65)

5) Verification (pembuktian)

Syah (dalam Kemendikbud, 2014:34) menyatakan bahwa pada tahap pembuktian, siswa melakukan pemeriksaan kembali untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, kemudian dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. 6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Selain itu, Syah (dalam Kemendikbud, 2014:34) juga mengungkapkan bahwa tahap generalisasi/menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Sejalan dengan Syah, Mulyasa (2014:144) juga mengemukakan enam langkah discovery learning sebagai berikut: 1) Stimulus (stimulation)

Pada tahap ini, guru memberikan stimulan kepada siswa. Stimulan dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dibahas. Hal tersebut bertujuan agar siswa memperoleh pengalaman belajar melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.


(66)

2) Identifikasi masalah (problem statement)

Identifikasi masalah merupakan tahap dalam discovery

learning yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan

masalah dalam pembelajaran. Siswa diberikan pengalaman untuk menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba merumuskan masalah.

3) Pengumpulan data (data collecting)

Pengumpulan data adalah tahap yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

4) Pengolahan data (data processing)

Tahap pengolahan data akan melatih siswa untuk mencoba dan mengeksplorasi kemampuan konseptualnya untuk diterapkan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan tersebut juga dapat melatih keterampilan siswa dalam berpikir logis dan aplikatif.

5) Verifikasi (verification)

Verifikasi merupakan tahap yang dapat mengarahkan siswa dalam mengecek kebenaran dari hasil pengolahan data melalui kegiatan bertanya kepada teman, berdiskusi, dan mencari berbagai sumber yang sesuai, serta mengorganisasikannya, sehingga menjadi suatu kesimpulan.


(67)

6) Generalisasi (generalization)

Kegiatan ini mengarahkan siswa untuk membuat generalisasi dari hasil kesimpulan pada suatu kejadian atau peristiwa yang serupa.

Selain langkah discovery learning yang diungkapkan oleh Syah dan Mulyasa, Hamiyah & Jauhar (2014:182) juga mengemukakan tentang langkah-langkah discovery learning yang meliputi:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa.

2) Menyeleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan.

3) Menyeleksi bahan, masalah/tugas-tugas.

4) Membantu dan memperjelas tugas/masalah yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa.

5) Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.

6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan.

7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi/data jika diperlukan oleh

siswa.

9) Memimpin analisis sendiri (self-analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah.


(68)

11) Membantu siswa menemukan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

b. Kelebihan Penerapan Discovery Learning

Berikut adalah kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh

discovery learning menurut Kemendikbud (2014:32).

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.


(69)

8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada

situasi proses belajar yang baru.

11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis

sendiri.

13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

17) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

c. Keterbatasan Discovery Learning

Selain kelebihan dari penerapan discovery learning, Kemendikbud (2014:32-33) juga mengungkapkan keterbatasan yang ada dalam discovery learning sebagai berikut:

1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan


(70)

dalam berpikir secara abstrak atau mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep yang ada sehingga siswa dapat merasa frustasi atau putus asa.

2) Membutuhkan waktu yang lama untuk membantu siswa dalam menemukan teori atau memecahkan suatu masalah. 3) Siswa dan guru sudah terbiasa menggunakan cara-cara dan

kebiasaan yang lama dalam belajar di kelas sehingga dapat menghambat penerapan discovery learning.

4) Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman.

5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang memfasilitasi untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.

6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan dikemukakan oleh siswa karena telah dipilih oleh guru sebelumnya.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang

mengembangkan cara belajar siswa aktif untuk menemukan dan mengorganisasi sendiri suatu konsep, arti dan hubungan yang ditemukan dengan pemikiran siswa sendiri. Akan tetapi, sebagai model pembelajaran, discovery learning memiliki beberapa kelebihan dan keterbatasan. Dalam penelitian ini, langkah-langkah discovery learning


(71)

yang digunakan pada proses pembelajaran telah disimpulkan menjadi enam langkah, meliputi: stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan),

problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), data collection

(pengumpulan data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), generalization (menarik kesimpulan/generalisasi).

3. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, meliputi: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), bahan ajar dan evaluasi (Trianto, 2010). Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Suhadi (dalam Rusdi, 2008) yang mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan Trianto dan Suhadi, Siregar dan Nara (2010) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran adalah seperangkat usaha yang dilakukan dengan sengaja mempunyai arah dan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses itu dilaksanakan agar terjadi proses belajar pada diri seseorang.

a. Silabus

Fadlillah (2014:135) mengatakan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi


(72)

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus merupakan perangkat pembelajaran yang berisi rencana kegiatan pembelajaran, cara pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar yang disusun secara sistematis dan berkaitan untuk mencapai target perkembangan kompetensi dasar (Trianto, 2011). Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, silabus terdiri dari beberapa komponen yaitu:

1) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran merupakan komponen dalam RPP yang berisi nama mata pelajaran/tema pelajaran.

2) Identitas sekolah

Identitas sekolah adalah komponen dalam RPP yang berisi nama satuan pendidikan atau sekolah.

3) Kompetensi Inti (KI)

Kompetensi inti merupakan komponen dalam RPP yang berisi tentang kualifikasi kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.

4) Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa secara spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan terkait dengan mata pelajaran.


(73)

5) Tema

Tema merupakan pokok bahasan yang akan dipelajari oleh siswa, berasal dari materi-materi berbagai mata pelajaran yang akan dipelajari sebagai satu kesatuan.

6) Materi pokok

Materi pokok merupakan komponen RPP yang memuat konsep-konsep atau teori yang hendak dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7) Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

8) Penilaian

Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi terkait dengan pencapaian hasil belajar siswa.

9) Alokasi waktu

Alokasi waktu adalah lamanya waktu yang digunakan untuk mempelajari suatu teori atau materi dalam mencapai KD.


(74)

10) Sumber belajar

Sumber belajar merupakan acuan yang digunakan dalam proses pembelajaran, bisa berupa buku, media cetak/elektronik, dan lingkungan sekitar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran (Fadlillah, 2014:143). Selain itu, Fadlillah (2014) juga menambahkan ada sembilan komponen dalam RPP, yaitu:

1) Data sekolah

Data sekolah merupakan komponen RPP yang berisi identitas sekolah pelaksana pembelajaran.

2) Materi pokok

Materi pokok merupakan tema tertentu yang menjadi pokok bahasan dalam proses pembelajaran.

3) Alokasi waktu

Alokasi waktu ialah waktu yang digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari.

4) Tujuan

Tujuan pembelajaran merupakan segala sesuatu yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran tertentu.


(1)

(2)

(3)

Siswa mempraktekkan cara-cara membersihkan kelas

Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Siswa mencoba menjawab pertanyaan dari guru

Penggunaan media jam analog dalam proses pembelajaran

Siswa maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil pekerjaan siswa

Siswa membuat kartu jam Lampiran 12. Foto-foto Penelitian


(4)

Siswa memperagakan kegiatan tanya jawab di depan kelas

Guru mendampingi siswa dalam belajar

Siswa mempraktekkan kegiatan bermain tebak-tebakan

Guru mempraktekkan kegiatan belajar di kelas


(5)

Perangkat Pembelajaran (Dicetak Terpisah)


(6)

RIWAYAT PENELITI

Elisabeth Hermi Prastiwi lahir di Bantul, 22

November 1993. Anak ketiga dari pasangan Ibu Theresia

Satiyah dan Bapak Yoseph Mardjono. Peneliti memperoleh

pendidikan dasar di SD Kanisius Ganjuran, Sumbermulyo,

BambangLipuro, Bantul, tamat pada tahun 2005. Kemudian

dilanjutkan dengan menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Kanisius

Ganjuran, Sumbermulyo, BambangLipuro, Bantul, Yogyakarta, tamat pada tahun

2008. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Stella Duce Bantul

Yogyakarta, tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan

terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD). Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang

berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 Kelas II

dengan Tema 3 “Tugasku Sehari-hari”. Penelitian tersebut dilaksanakan di SDN Depok 1, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.