objek pengamatan. Selain guru objek utama pengamatan adalah siswa kelas X. Setiap sekolah diambil satu siswa untuk dijadikan sebagai objek dalam
penelitian ini.
C. Fokus Penelitian
Menurut Maleong 2006:166 tidak ada satupun penelitian yang dapat dilakukan tanpa adanya fokus yang diteliti. Fokus adalah masalah yang diteliti
dalam penelitian. Pada dasarnya fokus merupakan pembatasan masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, situasi sosial bersifat
holistik menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat places, pelaku actor dan
aktivitas activity yang berinteraksi secara sinergis. Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti maka
penelitian ini di fokuskan pada penerapan model-model asessment pada mata pelajaran Sejarah kelas X yang kita tahu berdasarkan UU No 22 Tahun 2006
dalam satu minggu hanya 1x45 menit. Tindakan menerapkan model assessment tersebut memungkinkan adanya hambatan-hambatan dalam
pelaksanaannya. Hambatan tersebut bisa berupa teknis maupun non-teknis. Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan maka fokus penelitian ini
selain mengetahui bagaimana penerapan assessment dalam pembelajaran Sejarah kelas X fokus penelitian yang kedua yaitu mengetahui hambatan-
hambatan yang dialami dalam menerapkan teknik assessment dalam pembelajaran Sejarah.
Penelitian ini dilakukan di SMA N Se Kabupaten Semarang, tepatnya seluruh SMA N di Kabupaten Semarang kecuali pada SMA N 1 Bringin. Oleh
karena hasil observasi awal menunjukkan bahwa terdapat penugasan berupa pembuatan kliping maka SMA N di Kabupaten Semarang menurut peneliti
memenuhi syarat untuk dilakukan kajian secara lebih mendalam untuk mengetahui bagaimana penerapan assessment dalam pembelajaran sejarah di
kelas X
D. Teknik Cuplikan
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono 2009: 300 purposive sampling
adalah tehnik pengambilan sampel sember data dengan pertimbangan tertentu. Sampel di sini bukan seperti halnya pada penelititan kuantitatif, sampel yang
dimaksudkan bertindak sebagai informan. Peneliti bermaksud memilih informan sebagai sumber data yang
mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal tersebut di antaranya mencari informan yang benar-benar mengetahui maksud dari fokus
penelitian sehingga mampu memberikan suatu data yang bisa menjawab rumusan masalah yang diajukan.
Penggunaan teknik purposive sampling di wilayah Kabupaten Semarang karena berdasarkan pertimbangan peneliti. Hasil observasi awal peneliti
dalam wawancara antara peneliti dengan ketua MGMP Sejarah Kabupaten Semarang Darwati M.Pd menyatakan bahwa
“….guru Sejarah di Kabupaten atau pinggiran itu lebih tinggi integritasnya mas, akan tetapi kadang kala siswanya kurang atau tidak mampu
mengikuti pelajaran…….. Khusus untuk guru sejarah setiap diadakan rapat musyawarah selalu dibekali materi-materi terkait proses
pembelajaran namun pada rapat kemarin hanya membahas mengenai penerapan model kurikulum 2013….. Kalau dikota sumber belajar siswa
banyak sedangkan di daerah pinggiran siswa kebanyakan hanya berpegangan pada LKS jadi guru dituntut supaya siswa ini mampu
mencapai tujuan pembelajaran dengan cara diberi tugas tambahan seperti membuat kliping atau makalah. Kalau didalam kelas ya presentasi materi”.
wawancara dengan Darwati M.Pd, tanggal 25 januari 2013
Untuk itu peneliti menggunakan tehnik purposive sampling dimana nantinya peneliti mencari informan yang dianggap mampu memberikan data
yang diinginkan peneliti untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan peneliti sebelumnya. Informan yang paling dianggap mengerti oleh peneliti
adalah guru sejarah di kelas X dan siswa kelas X. Kedua informan tersebut dianggap paling tahu dan memenuhi kriteria karena terlibat langsung dalam
kegiatan penilaian pada pembelajaran sejarah kelas X. Oleh karena itu setiap sekolah diambil masing-masing satu guru dan satu siswa untuk dijadikan
sebagai fokus pengamatan sekaligus memberikan sejumlah data dalam penelitian ini.
E. Sumber Data