melakukan penilaian terhadap siswa. Kendala atau hambatan yang ditemukan bisa berupa teknis maupun non teknis. Kendala teknis merupakan kendala yang
disebabkan oleh faktor dalam penilaian itu sendiri seperti siswa contek-contekan. Sedangkan kendala non teknis kendala yang disebabkan oleh faktor luar polusi
suara dsb.
a. Kendala penerapan teknik penilaian tes
Tes merupakan suatu bentuk pemberian pertanyaan yang harus dikerjakan maupun dijawab oleh seseorang yang sedang di tes. Sudah diketahui bahwa di
SMA N Se-Kabupaten Semarang terdapat 2 teknik tes, yaitu teknik tes lisan dan teknik tes tertulis. Tes lisan merupakan tes yang diterapkan pembelajaran
sejarah di kelas X pada saat dimulai pelajaran dan pada saat di tengah-tengah pelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan peneliti didukung dengan hasil
wawancara bahwa pada saat pelaksanaan tes lisan tidak terdapat nilai atau skor bulat yang akan diterima siswa. Butir soal yang digunakan dalam tes lisan tidak
terstruktur, butir soal tersebut secara otodidak muncul dari guru. Jadi dalam hal ini tes lisan tidak terdapat hambatan dalam pelaksanaannya.
Tes tertulis merupakan tes dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan media berupa kertas paper dan alat tulis pencil. Tes tertulis hampir
digunakan pada tiap-tiap sekolah dan semua mata pelajaran. Tes tertulis dalam pembelajaran sejarah digunakan sebagai ulangan harian. Tidak dipungkiri
bahwa terdapat beberapa sekolah yang melaksanakan ulangan harian tidak menggunakan tes tertulis.
Pelaksanaan tes tertulis dalam pembelajaran sejarah kelas X di SMA N Se- Kabupaten Semarang menggunakan penyajian butir soal yang beragam dari
uraian, pilihan ganda PG, kartu, TTS. Pada penelitian ini akan diuraikan apa saja kendala yang ditemukan pada saat melaksanakan penilaian dengan tes
tertulis. Kendala yang dihadapi guru sejarah di kelas X SMA N Se-Kabupaten
Semarang yaitu pada saat pelaksanaan penilaian dan pengolahan penilaian. dalam merancang tes yaitu pembuatan butir soal itu guru tidak menemukan
suatu kendala. Hal itu disampaikan oleh Wahyu Purwaningsih S.Pd menyatakan: “ kalau saya buat soalnya nggak lama, misalnya hari ini ulangan
tadi malam bikin soalnya…” wawancara dengan Wahyu Purwaningsih S.Pd, tanggal 15 Maret 2013.
Hal itu didukung oleh Sigit S.Pd menyakan bahwa pembuatan soal essai yang biasa digunakan untuk ulangan harian paling membutuhkan waktu
hitungan jam, hal itu disampaikan demikian: “nggak lama, katakanlah hitungan jam, jadi gini mas ketika menyampaikan materi kita sudah punya bayangan
kadang saya tulis dulu dibuku saya tandai, pada saat kita mau buat tinggal cari saja” wawancara dengan Sigit S.Pd, tanggal 28 Februari 2013.
Guru di sekolah lain juga demikian Susilo S.Pd menyatakan: “Uraian terstruktur denga jumlah soal 5, untuk pembuatannya paling setengah jam
cukup disesuaikan indikator soalnya apa dimulai dari soal yang paling mudah sebutkan sampai yang terakhir menganalisis” wawancara dengan Susilo S.Pd,
tanggal 21 Maret 2013. Pembuatan soal uraian dengan jumlah 5 butir tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pembuatannya, lain halnya dengan butir
soal yang berbentuk pilihan ganda, pembuatan butir soal dengan bentuk PG cukup memakan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan pembuatan soal
essai. Hal itu disampaikan oleh Dra Rahmawati M.Pd menyatakan bahwa beliau membuat soal PG lebih lama dibandingkan dengan soal essai wawancara
dengan Dra Rahmawati M.Pd, tanggal 31 Maret 2013. Pada pembuatan soal bentuk lain seperti gambar maupun TTS ternyata tidak
mengalami kesulitan. Sebelum pelaksanaan tes dengan bentuk soal seperti itu siswa ditugaskan untuk membuat soal sejenis untuk dijadikan latihan bagi siswa
terlebih dahulu. Sehingga guru dapat mengambil bentuk-bentuk soal yang dikumpulkan kepada guru untuk dikembalikan lagi ke siswa sebagai soal
ulangan. Hal itu disampaikan langsung oleh Dwi Mardiningsih M.Pd menyatakan bahwa: “agar anak itu juga bisa membuat soal seperti apa sih TTS
itu…biar anak juga kreatif bagaimana membuat TTS, soal ini dibuat sendiri dikerjakan sendiri…ada salah satu tugas anak yang bagus yang saya gunakan
untuk ulangan” wawancara dengan Dwi Mardiningsih M.Pd, tanggal 20 Maret 2013. Dapat disimpulkan bahwa pembuatan butir soal tes tidak terjadi kendala
dalam pelaksanaannya, baik itu bentuk soal essai, PG, TTS, maupun gambar. Pelaksanaan dalam penerapan teknik tes ditemukan beberapa kendala.
Berdasarkan hasil observasi ketika mengamati pelaksanaan tes tertulis di salah satu SMA, terdapat beberapa siswa yang melakukan tindakan curang dalam
pelaksanaan tes tertulis, terdapat beberapa siswa yang melihat pekerjaan siswa, berkomunikasi dengan teman lain. Hal itu disampaikan juga oleh Stevana S.Pd
menyatakan bahwa: “kalau sikap nyontek itu ada, bisa jadi siswa tidak belajar, asal baca tidak dipahami, tetapi untuk menerapka kejujuran itu sulit”
wawancara dengan Stevana S.Pd, tanggal 28 Februari 2013. Hal tiu disampaikan pula oleh Dra Rahmawati M.Pd menyatakan: “…untuk
pelaksanaan tes, sering gaduh, sebelum ulangan nerves dulu, kadang kerja sama dengan teman, tengak-tengok…” wawancara dengan Dra Rahmawati M.Pd,
tanggal 31 Maret 2013. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa kendala yang dihadapi guru ketika
melaksanakan penilaian dengan teknik tes diantaranya siswa melakukan tindak kecurangan yaitu dengan tengak-tengok, melakukan diskusi dengan teman,
melihat jawaban teman, dan berbuat gaduh.
Gambar 7. Siswa yang berbuat curang saat pelaksanaan penilaian tes sumber: dokumen pribadi
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa ada salah satu siswa yang sedang melakukan sesuatu dengan teman sebangkunya. Setelah penilaian
dengan teknik tes ini dilakukan maka langkah selanjutnya ialah pemberian skor bagi hasil pekerjaan siswa. Dalam pemberian skor tersebut kendala yang
ditemukan guru yaitu kesulitan member skor pada tiap-tiap butir soal berbentuk uraian. Jawaban siswa yang menggunakan bahasa mereka sendiri terkadang
membutuhkan waktu yang lama ditambah pula jika tulisan siswa tersebut sulit untuk dibaca. Setelah skor tersebut jadi ternyata banyak ditemukan kesenjangan
nilai tertinggi dan terendah. Hal itu disampaikan oleh Siswanta S.Pd sebagai berikut: “…ketika ulangan itu jauh sekali kadang-kadang saya mengalami
kesulitan yang rendah sendiri itu karena tidak baca atau tidak bisa, kalau saya salah menyampaikan kok ya ada yang nilainya bagus” wawancara dengan
Siswanta S.Pd, tanggal 9 Maret 2013. Hal itu disampaikan pula oleh Wahyu purwaningsih S.Pd menyatakan: “ya esai itu kan abstrak ya kadang saya juga
kesulitan menentukan skor, kadang mungkin ada ketidakadilan anak itu menguraikan sekian anak saya beri nilai 10 kok anak ini tidak pokoknya
tergantung kelengkapan jawaban lah mas” wawancara dengan Wahyu Purwaningsih S.Pd, tanggal 15 Maret 2013. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut bahwa dalam mengolah dari hasil penilaian dengan bentuk soal uraian guru mengalami kesulitan.
b. Kendala penerapan teknik penilaian produk