kesulitan menentukan skor, kadang mungkin ada ketidakadilan anak itu menguraikan sekian anak saya beri nilai 10 kok anak ini tidak pokoknya
tergantung kelengkapan jawaban lah mas” wawancara dengan Wahyu Purwaningsih S.Pd, tanggal 15 Maret 2013. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut bahwa dalam mengolah dari hasil penilaian dengan bentuk soal uraian guru mengalami kesulitan.
b. Kendala penerapan teknik penilaian produk
Penilaian produk merupakan penilaian yang menuntut siswa mampu membuat suatu produk baik itu karya ilmiah maupun produk-produk teknologi
dan seni. Dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMA N Se-Kabupaten Semarang pembuatan produk yang dikerjakan oleh siswa diantaranya yaitu
pembuatan silsilah keluarga, pembuatan tugas kliping, pembuatan peta persebaran, makalah, foto bingkai, dan miniature hasil kebudayaan zaman
purba. Pembuatan produk ini dilakukan sebagai nilai tugas dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMA N Se-Kabupaten Semarang. Dari beberapa produk
tersebut peneliti menemukan beberapa kendala yang dihadapi guru maupun siswa dalam pelaksanaan tugas tersebut yaitu pembuatan silsilah keluarga,
pembuatan makalah, pembuatan foto bingkai, pembuatan miniatur hasil kebudayaan.
1 Kendala pembuatan silsilah keluarga
Pembuatan silsilah keluarga dilaksanakan pada pokok bahasan 1 yaitu pengertian sejarah. Arti kata sejarah yang berasal dari bahasa arab syajarotun
memiliki arti yaitu pohon, pohon yang dimaksud yaitu bercabang. Hal itu diterapkan pada diri siswa dengan memberikan tugas ke siswa untuk membuat
silsilah di keluarganya masing-masing. Kendala yang ditemukan pada pembuatan tugas silsilah keluarga ini yaitu beberapa siswa tidak tahu asal-usul
atau nama leluhur mereka. Jadi pelaksanaan tugas pembuatan silsilah keluarga ini sampai buyut, dari beberapa kasus ada siswa bahkan orang tua siswa tidak
tahu nama leluhurnya. Hal itu disampaikan oleh Mufrikati S.S menyatakan: “ya paling 1-2 siswa yang tidak tahu kakek buyutnya, saya heran, padahal
sudah saya suruh tanya ke orang tuanya, orang tuanya juga tidak tahu, tapi saya suruh harus tahu supaya siswa itu bisa menyambung tali silaturahmi
ketika ketemu dengan keluarganya” wawancara dengan Mufrikati S.S, tanggal 9 Maret 2013.
Berdasarkan wawancara di atas pembuatan silsilah keluarga ini ketika siswa tidak tahu siapa leluhurnya pada akhirnya tugas ini harus dikerjakan di
rumah masing-masing siswa karena ketika waktu 1 jam pelajaran di mapel sejarah tidak cukup untuk membuat silsilah keluarga ini. Hal itu disampaikan
oleh Ninung Rosalia menyatakan: “…waktu itu suruh mengerjakan di kelas karena waktunya tidak cukup paginya baru dikumpulkan dikertas folio itu
terserah bisa dari bapak bisa dari ibu” wawancara dengan Ninung Rosalia, tanggal 30 Maret 2013. Jadi dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi
ketika diterapkan penugasan berupa pembuatan silsilah keluarga terjadi kendala yaitu siswa tidak tahu nama leluhur mereka, kedua dalam
pelaksanaannya tugas ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
waktu 1 jam pelajaran ini tidak cukup dan harus dikerjakan sebagai tugas dirumah.
2 Kendala dalam pembuatan tugas Paper dan Kliping.
Makalah merupkan tugas karya ilmiah yang membutuhkan kerja keras dari siswa untuk menemukan hal-hal yang bisa menjelaskan tema atau judul dari
makalah tersebut. Pembuatan makalah pada pembelajaran sejarah kelas X SMA N Se-Kabupaten Semarang dilakukan pada berbagai materi. Pada
pembelajaran sejarah di SMA N 1 Susukan pembuatan makalah dilakukan pada pokok bahasan 1 yaitu pada pokok bahasan pemahaman konsep dan
metodologi sejarah. Hal yang sama juga dilakukan di SMA N 2 Ungaran pembuatan makalah juga dilakukan pada pokok bahasan pertama. Sedangkan
di SMA N 1 Bergas dan SMA N 1 Ungaran dilakukan pada semester kedua yaitu pada pokok bahasan kehidupan awal masyarakat Indonesia.
Kendala yang ditemukan guru dalam pembuatan makalah ini yaitu terkendala yang pertama pada masalah sumber hal itu disampaikan oleh
Stevana S.Pd menyatakan bahwa: “kendalanya siswa itu bingung disumbernya, tetapi saya bilang kesiswa harus mencantumkan sumber dibuku,
pinjam di perpus atau surat kabar…” wawancara dengan Stevana S.Pd, tanggal 28 Februari 2013. Hal itu juga didukung oleh pernyataan dari Ida
Rahmayanti siswa SMA N 1 Tengaran menyatakan bahwa: “…susahnya itu susah nyari bahannya untuk buat makalah akhirnya pakai internet semua”
wawancara dengan Ida Rahmayanti, tanggal 27 Maret 2013. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa sumber yang digunakan untuk membuat makalah menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa untuk membuat
suatu makalah. 3
Kendala pembuatan bingkai foto Pembuatan bingkai foto hanya dilakukan di SMA N 1 Getasan. Proses
pembuatannya memerlukan waktu yang lama. Jadi siswa diberikan tema sesuai dengan apa yang didapatnya kemudian mencari gambar di sumber-
sumber dari internet. Setelah gambar disetujui oleh guru kemudian baru dibingkaikan pada tukang kayu. Namun dalam pelaksanaannya ada kendala
pada pembuatan produk tersebut, kendala yang dihadapi yaitu pada materi. Hal itu disampaikan oleh Sigit S.Pd menyatakan:
“ada banyak siswa terlambat mengumpulkan, dan yang terlambat setelah saya amati bukan karena malas, tetapi karena belum ada uang untuk
mengambil produk itu ditukang, sudah dicetak, sudah saya setujui dan dibingkai, tetapi ada salah satu siswa dari kelompok yang belum bayar,
apa mau dikata ada kendala disana” wawancara dengan Sigit S.Pd, tanggal 28 februari 2013.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap produk, produk itu dikerjakan oleh 4 siswa dalam satu kelompok. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat
bingkai foto itu sebesar Rp 40.000 – Rp 50.000, jadi setiap anak membutuhkan biaya sekitar Rp 10.000. Berdasarkan hasil deskripsi tersebut
kendala yang ditemukan dalam pembuatan produk yaitu biaya yang cukup tinggi yang harus dikeluarkan siswa untuk membuat produk berupa gambar-
gambar sejarah. Untuk di kelas X sesuai dengan hasil produk ini gambar yang
ditujukan sesuai dengan materi-materi di kela X, misalkan tentang fosil manusia purba. Nantinya produk tersebut akan dilampirkan dalam penulisan
skripsi ini dalam bentuk foto gambar. 4
Kendala pembuatan miniatur Pembuatan miniatur hasil kebudayaan zaman purba dilakukan di SMA N
1 Ambarawa dan SMA N 1 Ungaran. Miniatur di SMA N 1 Ambarawa dibuat dari bahan sabun, sedangkan miniatur di SMA N 1 Ungaran terbuat dari
bahan semen putih. Dalam pembuatan miniature dari bahan sabun tidak terjadi kendala dalam pelaksanaannya, jadi sebelumnya siswa diberikan contoh
terlebih dahulu oleh guru kemudian siswa nanti secara acak dan dikerjakan secara kelompok yang terdiri dari 2 orang. Jadi bisa disimpulkan bahwa
pembuatan miniatur dari sabun tidak terjadi kendala. Begitu pula pembuatan miniatur dari semen putih tidak terdapat kendala
yang ditemukan. Bahan maupun proses pembuatannya siswa todak mengalami kesulitan. Namun produk ini seringkali memiliki daya tahan yang
tidak lama sehingga ketika disimpan atau dibawa menuju ke sekolah sering pecah maupun patah.
c. Kendala penerapan teknik penilaian unjuk kerja