sama, haruslah adil secara vertikal, artinya kelompok yang memiliki sumber daya ekonomi yang lebih besar dan memberikan sumbangan ekonomi yang lebih besar dari
pada kelompok yang tidak banyak mamiliki sumber daya ekonomi, dan perbedaan – perbedaan yang besar dan sewenang – wenang dalam beban pajak dari suatu daerah ke
daerah lain, kecuali jika perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam menyediakan layanan masyarakat.
c. Daya guna ekonomi economic efciency , pajak hendaknya mendorong atau setidak-
tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi, mencegah agar pilihan konsumen dan pilihan produsen menjadi
salah satu arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung dan memperkecil beban lebih pajak.
d. Kemampuan melaksanakan ability to implement suatu pajak haruslah dapat
dilaksanakan dari sudut keamanan politik dan kemauan tata usaha. e.
Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah suitability as a local revenue source , ini baerarti haruslah jelas kepada daerah mana pajak harus dibayar dan tempat-tempat
akhir beban pajak, pajak tidak mungkin dihindari dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain. Pajak daerah hendaknya jangan mempertajam
perbedaan – perbedaan antara daerah dari segi potensi daerah masing – masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata
usaha pajak.
D. Pengertian Pajak Hiburan
Universitas Sumatera Utara
Pajak hiburan adalah objek atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu pajak hiburan dapat diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak
hiburan berkaitan dengan kewenangan pemerintah kabupaten kota. Untuk dapat diterapkan maka suatu daerah atau kabupaten kota pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan
peraturan daerah tentang pajak hiburan yang menjadi landasan hukum operasinal dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pungutan pajak hiburan di daerah kabupaten atau daerah
yang bersangkutan. Marihot Siahaan, 2005: 297 Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua
jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dapat dinikmati setiap orang dengan dipungut
bayaran tidak termasuk pungutan fasilitas untuk berolah raga. Prakosa, 2003 : 119 .
E. Objek Pajak Hiburan
Menurut undang-undang No. 12 tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan, Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan kegiatan keagamaan. Prakosa,
2003 : 120 Adapun objek pajak hiburan antara lain sebagai berikut Marihot Siahaan, 2003 :
300 : Pertunjukan film, Pertunjukan kesenian, Pertunjukan pegelaran, Penyelenggaraan diskotik, musik hidup, karaoke, klab malam, ruang musik, music room , klub exsekutif
axsecutif club dan sejenisnya, Permainan billiar dan sejenisnya, Permainan ketangkasan, termasuk mesin keping dan sejenisnya, Panti pijat dan mandi uap, Pertandingan olah raga,
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan tempat-tempat wisata, tamaan rekreasi, seluncur ice skate, kolam pemancingan, pasar malam, sirklus, komedi putar yang di gerakkan dengan peralaatan
elektronik, kereta pesiar dan sejenisnya, pertunjukan dan keramaian dan sejenisnya. Penyelenggaraan hiburan yang dikenakan pajak adalah penyelenggaraan hiburan
yang memungut bayaran. Setiap penyelenggaraan hiburan harus mendapat izin tertulis dari bupati walikota. Pengajuaan izin harus diajukan secara tertulis sesuai dengan tata cara
yang ditetapkan oleh kepala daerah. Izin-izin tersebut tidak dapat dipindah tangankan, kecuali atas seizin kepala daerah. Hal ini terkait dengan kewajiban perpajakan, yaitu
penyelenggaraan hiburan tersebut merupakan wajib pajak yang harus memenuhi kewajiban perpajakan di bidang pajak hiburan.
F. Subjek Pajak Hiburan