Sumber : Azhari Samudra, 2005 : 152 2
Pembukuan Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang dan
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak berakhir.
Pembukuan atau pencatatan diselenggarakan dengan sebaik-baiknya yang mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya. Pembukuan yang berhubungan
dengan usaha atau perusahaan wajib pajak harus disimpan selama lima tahun. Tata cara pencatatan ditetapkan oleh bupati walikota atau pejabat yang ditunjuk.
3 Pemeriksaan Pajak Hiburan
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan darah tentang pajak hiburan.
Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh bupati walikota atau pejabat yang berwenang
I. Pendapatan Asli Daerah
Seksi penatausahaan dan pendapatan daerah Pembuatan daftar subjek dan objek pajak
Pembuatan perhitungan hasil penetapan Proses usul pengukuhan wajib pajak baru
Universitas Sumatera Utara
1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pemerintahan daerah yang berotonom diharapkan mampu mengatur dan mengurus sendiri urusan-urusan pemerintahan yang menjadi urusan pada setiap pemerintahan lokal
local government yang menjalankannya. Setiap pemerintahan daerah yang berotonomi harus mampu menggali sumber keuangan daerahnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
The Liang Gie : “ Pada prinsipnya daerah otonom harus dapat membiayai sendiri semua kebutuhan
sehari-hari yang rutin. Apabila untuk kebutuhan itu daerah masih mengandalkan bantuan keuangan dari pusat, maka sesungguhnya daerah itu tidak otonom lagi.
Otonomi yang diselenggarakannya tidak ada artinya karena umumnya akan mengikuti irama datangnya dan banyaknya bantuan dari pusat, serta syarat-ayarat
yang dikaitkan pada bantuan itu. Dengan demikian daerah itu tidak dapat dikatakan mempunyai kehidupan sendiri “.
Diantara berbagai jenis penerimaan daerah yang menjadi sumber daya sepenuhnya dapat dikelola oleh daerah adalah Pendapatan Asli Daerah PAD , maka untuk itu upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah daerah baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi dengan maksud
agar daerah tidak terlalu mengandalkan atau mengantungkan harapan pada pemerintah tingkat pusat, tetapi harus mampu secara mendiri dalam menggali dan mencari sumber-
sumber penerimaan daerah sesuai dengan cita-cita otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Koswara 2000 : 50 menyatakan bahwa cirri utama yang menunjukkan suatu daerah otonomi mampu berotonom terletak pada kemampuan keuangan daerah. Maksudnya
adalah daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-
Universitas Sumatera Utara
sumber keuangan sendiri. Mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan
kepada pemerintah pusat harus diusahakan seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung dengan kebijakan
perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan daerah.
Pendapatan Asli daerah merupakan salah satu komponen sumber penerimaan keuangan daerah, disamping penerimaan lain berupa dana perimbangan, pinjaman daerah
dan lain-lain penerimaan yang sah, dan juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Keseluruhan bagian penerimaan tersebut setiap tahun tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD . Meskipun Pendapatan Asli Daerah PAD
tidak seluruhnya dapat membiayai APBD, tetapi proporsi PAD terhadap total penerimaan tetap merupakan indikasi “derajat kemandirian” keuangan suatu pemerintah daerah
Santoso, 1995 : 20 Menurut Insukindro, dkk 1994 : 2 dalam kaitannya dengan pemberian otonomi
kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah Pendapatan Asli Daerah dapat dipandang sebagai
salah satu indikator atau kriteria untuk mengurangi ketergantungan suatu daerah kepada pusat. Pada prinsipnya, semakin besar Pendapatan Asli daerah kepada APBD akan
menunjukkan semakin kecil ketrgantungan daerah kepada pusat. 2
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan pendapatan lain asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi. Ahmad Yani, 2002 : 51 Sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi
dan dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah dan kegiatan ekpor impor. Yang
dimaksud dengan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan biaya tinggi adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan pajak dan retribusi oleh daerah terhadap
objek-objek yang telah dikenakan pajak oleh pusat dan provinsi sehingga menyebakan menurunnya daya saing daerah. Pungutan yang dapat menghambat kelancaran mobilitas
penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaeran dan kegiatan ekspor impor misalnya
Universitas Sumatera Utara
retribusi izin masuk kota dan pajak retribusi atas pengeluaran pengiriman barang dari satu daerah ke daerah lain. Ahmad Yani, 2002 : 52
I.6 Defenisi Konsep