Uji Autokorelasi Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pada KPP Pratama Medan Petisah

2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam menguji heteroskedastisitas, penulis menggunakan uji glejser dan memperhatikan hasil output SPSS. Jika variabel independen signifikan 0,05 maka Ha diterima ada heteroskedastisitas dan jika signifikan 0,05 maka Ho diterima tidak ada heteroskedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode satu dengan periode sebelumya Ghozali, 2005. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu time series. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat autokorelasi. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson DW. Secara umum keputusan ada atau tidaknya autokorelasi bisa diambil patokan sebagai berikut : a Bila nilai D-W dibawah -2, maka ada autokorelasi positif, Universitas Sumatera Utara b Bila nilai D-W di antara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi, c Bila nilai D-W di atas +2, maka ada autokorelasi negatif. 4. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Untuk mendeteksinya dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Factor dan nilai toleransi. Pada pengujian ini regresi yang bebas multikolinearitas adalah yang mempunyai nilai VIF kurang dari 5 serta nilai Tolerance lebih dari 0,1. Cara untuk mengatasi jika terjadi multikolinearitas, yaitu : a Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi, b Menggabungkan data cross section dan time series pooling data c Menambah data penelitian

G. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis Ha metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, karena menyangkut dua buah variabel independen dan satu buah variabel dependen. Universitas Sumatera Utara Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ะต Dimana ; Y = Penerimaan Pajak Penghasilan a = konstanta X 1 = NPWP X 2 = SSP PPh Pasal 25 b 1 = Koefisien Regresi NPWP b 2 = Koefisien Regresi SSP PPh Pasal 25 e = Variabel pengganggu error Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test, F-test, dan Koefisien Determinasi R 2 .

1. Uji Signifikan Parsial Uji โ€“ t

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pengawasan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Medan Belawan

1 40 57

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

9 51 73

Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

1 32 84

Pengaruh Self Assessment System Dan Kepatuhan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada Pegawai Pajak KPP Pratama Bandung Bojonagara)

0 5 1

Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Soreang)

14 86 49

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 7

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 1 14

Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1 2 19

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat).

3 16 117