Orang pribadi yang tidak melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan apabila besarnya PPh Pasal 25 menurut SPT Tahunan adalah nihil, tidak
mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25. Adapun yang menjadi dasar hukum pemungutan PPh Pasal 25 menurut
Ilyas dan Suhartono 2007: 233 yaitu : 1
Pasal 25 Undang – undang No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak
Penghasilan UU PPh dan diperbarui lagi menjadi Undang- undang No. 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku per 1 Januari 2009,
2 Keputusan Mentri Keuangan No. 522KMK.042000 tentang
Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank,
Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, BUMN, BUMD dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu,
3 Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-537PJ.2000 tentang
Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak dalan Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal – Hal Tertentu,
4 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-210PJ.2001 tentang Angsuran
Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Masa Transisi Tahun Pajak 2001,
5 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-207PJ.2001 tentang Kewajiban
Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.
6. Pembayaran Pajak dan Surat Setoran Pajak SSP
Wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan Self Assessment System wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran,
dan pelaporan pajak terutang. Suran Setoran Pajak SSP menurut Resmi 2005 : 31 adalah ”Surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran. SSP terbagi atas : SSP Standar, SSP Khusus, SSPCP Surat Setoran Pabean,
Universitas Sumatera Utara
Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor, dan SSCP Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri”
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus untuk dibahas adalah SSP Standar yang selalu digunakan oleh Wajib Pajak khususnya Orang Pribadi
dalam melaksanakan kewajibannya. Menurut Resmi 2005 : 31 SSP Standar memiliki kriteria sebagai berikut:
Digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi sebagaimana ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. SSP standar dibuat
rangkap lima yang peruntukannya sebagai berikut : a. Lembar ke-1 : Untuk Arsip Wajib Pajak
b. Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak KPP melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara c. Lembar ke-3 : Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP
d. Lembar ke-4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran e. Lembar ke-5 : Untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
7. Nomor Pokok Wajib Pajak
Menurut Diana 2004 : 3 ”Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak pajak yang terutang ke kas negara melalui
Kantor Penerima Pembayaran. sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.” Wajib Pajak yang telah terdaftar akan memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak NPWP. NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi
Perpajakan. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas serta Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk
Universitas Sumatera Utara
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 bulan setelah usaha dijalankan. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila sampai dengan satu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak setahun, wajib
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lambat pada akhir bulan berikutnya.
Wajib Pajak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dibeberapa tempat juga wajib mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana
semua kegiatan usaha Wajib Pajak tersebut berada. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai perbandingan dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu, antara lain :
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Nama Judul
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian Tarjo
2005 Analisis Perilaku
Wajib Pajak Orang
Pribadi Terhadap Pelaksanaan
Self Asessment System
Variabel dependen: Wajib pajak orang
pribadi Variabel independen :
Pelaksanaan
Self Assessment System
Self Asessment System berpengaruh
negatif terhadap wajib pajak
Universitas Sumatera Utara
Admin 2007
Pengaruh With
Holding System Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
Pada Pengusaha Kena Pajak
di Kantor Pelayanan
Pajak Batu”. Variabel dependen:
Penerimaan PPN Variabel independen:
jumlah PKP terdaftar, SPT Masa PPN yang
dilaporkan, serta SSP PPN yang disetorkan
Ketiga variabel bebas dalam
penelitian tersebut memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
penerimaan PPN namun hanya PKP
saja yang memiliki arah negatif.
Sari 2009
Pengaruh Self
Assesment System Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP
Pratama Medan Barat.
Variabel dependen : Penerimaan Pajak
Penghasilan Variabel independen :
NPWP terdaftar , SSP PPh pasal 25 perbulan ,
Secara simultan NPWP dan SSP PPh
Pasal 25 berpengaruh secara
signifikan positif terhadap
penerimaan pajak penghasilan.
Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2010 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya Sari 2009
dengan variabel dependen dan independen yang sama. Adapun hal yang menjadi perbedaan dari penelitian ini dengan peneliti terdahulu antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Medan Petisah, sedangkan peneliti terdahulu melakukan penelitian di KPP Pratama Medan Barat.
2. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah selama lima tahun yakni dari 2005-2009. Sementara peneliti sebelumnya hanya
dimulai dari tahun 2004-2008. 3. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 60 sampel,
sementara peneliti sebelumnya berjumlah 48 sampel.
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual bagaimana teori tersebut akan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah penting. Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep
teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Dengan diberlakukannya sistem self assessment terhadap pajak penghasilan, maka Wajib Pajak dituntut
untuk lebih aktif baik dalam mendaftarkan dirinya, menghitung , melaporkan dan menyetorkan sendiri kewajiban perpajakannya. Pemerintah dalam hal ini
aparat pajak hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak.
Sistem Self Assessment dalam penelitian ini diwakili oleh variabel jumlah NPWP yang merupakan bentuk dari kesadaran Wajib Pajak dalam
mendaftarkan dirinya dan SSP PPh Pasal 25 yang merupakan perwujudan dari kesadaran Wajib Pajak dalam menghitung dan menyetorkan sendiri kewajiban
perpajakannya terhadap penerimaan pajak penghasilan khusunya pajak penghasilan pada Wajib Pajak orang pribadi dalam penelitian ini.
Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat digambarkan kerangka konseptual melalui gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2. Hipotesis Penelitian