Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

b. variabel SSP PPh 25 X 2 memiliki nilai minimum 1.480,00, nilai maksimum 2.247,00, rata-rata SSP 1.784,07 dan standar deviasi sebesar 197,365 dengan jumlah sampel sebanyak 60, c. variabel Peneriman PPH 25 Y memiliki nilai minimum 2,00, nilai maksimum 5,00, rata-rata Penerimaan PPH 25 4,36 dan standar deviasi sebesar 6,960 dengan jumlah sampel sebanyak 60.

3. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas dengan grafik histogram yang diolah dengan SPSS, normal probability plot serta Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut: Gambar 4.2 Histogram Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa pada grafik histogram di atas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang melenceng ke kiri skewness atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak normal. Gambar 4.3 Normal P-P Plot Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot, dimana terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya kurang mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi tidak terdistribusi secara normal. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a Mean .00 Std. Deviation 6.847E8 Most Extreme Differences Absolute .360 Positive .360 Negative -.308 Kolmogorov-Smirnov Z 2.790 Asymp. Sig. 2-tailed .000 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Dari data diatas diperoleh nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 2.790 dan signifikan pada 0.05 karena p = 0.000 dari 0.05. Hal ini berarti H a diterima dan H o ditolak yang mengatakan bahwa residual tidak terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual tidak berdistribusi normal. Dengan demikian tidak dapat digunakan untuk melakukan Uji t dan Uji F. Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak normal sehingga dilakukan tindakan perbaikan yaitu dengan menggunakan transformasi seluruh variabel penelitian ke dalam fungsi logaritma natural Ln. Hasil pengujian ulang data menghasilkan : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Histogram Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Hasil uji normalitas di atas memperlihatkan bahwa pada grafik histogram di atas distribusi data mengikuti kurva berbentuk lonceng yang tidak menceng skewness kiri maupun menceng kanan atau dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal. Gambar 4.5 Normal P-P Plot Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara Hasil uji normalitas dengan menggunakan normal probability plot, di mana terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 60 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation .56341356 Most Extreme Differences Absolute .202 Positive .202 Negative -.137 Kolmogorov-Smirnov Z 1.564 Asymp. Sig. 2-tailed .157 a Test distribution is normal b Calculated from data Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 1.564 dan tidak signifikan pada 0.05 karena p = 0.157 0.05. Jadi kita tidak dapat menolak H o yang mengatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain residual berdistribusi normal. Semua hasil pengujian melalui analisis grafik dan statistik di atas menunjukkan hasil yang sama yaitu normal, dengan demikian telah terpenuhi asumsi normalitas dan bisa dilakukan pengujian asumsi klasik berikutnya pada data. Universitas Sumatera Utara

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas ini dapat dilihat dengan grafik scatterplot dan uji Glejser. Hasil dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini : Hasil Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.6 Grafik Scatterplot Sumber : Diolah dari SPSS, 2009 Dari gambar scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai. Universitas Sumatera Utara Sedangkan hasil uji heteroskedastisitas dengan statistik uji glejser setelah seluruh variabel penelitian ditransformasi ke dalam fungsi logaritma natural Ln dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.587 3.916 .405 .687 LN_NPWP .061 .045 .176 1.353 .182 LN_SSP_PPh_25 -.212 .521 -.053 -.406 .686 a. Dependent Variable: Absut Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Berdasarkan hasil Uji Glejser di atas, dapat dilihat bahwa pada tabel Coefficients a nilai sig. semua variabel independen lebih besar dari 0,05 5. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dengan demikian terpenuhilah asumsi klasik untuk uji heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .464 a .215 .187 .57321 1.086 a. Predictors: Constant, LN_SSP_PPh_25, LN_NPWP b. Dependent Variable: LN_Penerimaan_PPh_25 Sumber : Diolah dari SPSS 2010 Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson DW sebesar 1,086. Maka H o diterima, yang artinya dalam model regresi tidak terdapat autokorelasi atau kesalahan pengganggu, sebab DW terletak diantara -2 sampai +2 yang berarti tidak ada autokorelasi.

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel independen. Hasil dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1Constant Ln_NPWP .999 1.001 Ln_SSP_PPh_25 .999 1.001 a Dependen Variabel : LN_Penerimaan_PPh_25 Sumber : Diolah dari SPSS, 2010 Universitas Sumatera Utara Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1 Tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 5. Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa angka tolerance Jumlah NPWP X 1 , SSP PPh 25 X 2 0,10 dan VIF-nya 5. Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10. Ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen dalam penelitian.

4. Model dan Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Pengawasan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Medan Belawan

1 40 57

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

9 51 73

Tatacara Pelaporan e-SPT Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

1 32 84

Pengaruh Self Assessment System Dan Kepatuhan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus Pada Pegawai Pajak KPP Pratama Bandung Bojonagara)

0 5 1

Pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Studi Kasus pada KPP Pratama Soreang)

14 86 49

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 2 7

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN Pengaruh Faktor Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan ( Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta ).

0 1 14

Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1 2 19

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat).

3 16 117