tanaman jagung memerlukan kadar air yang relatif banyak dibandingkan tanaman lain. Hal ini sejalan dengan hasil penelitiannya, bahwa terdapat
kecenderungan peningkatan penggunaan lahan basah untuk tanaman jagung yang dilaksanakan oleh para petani diperkirakan saat ini areal pertanaman
jagung pada lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan meningkat masing-masing menjadi 10-15 dan 20-30 terutama pada daerah produksi
jagung komersial. Fenomena ini juga didukung oleh Mink et al. 1987 dimana hasil penelitian nya dengan jangka waktu pengamatan 18 tahun
menunjukkan bahwa sekitar 79 areal pertanaman jagung terdapat pada lahan kering, 11 pada lahan sawah irigasi, dan sisanya 10 pada lahan sawah
tadah hujan. 4.
Syafruddin et.al 1998 menjelaskan bahwa teknik penggunaan pupuk yang tepat dan benar akan dapat meningkatkan mutu dan hasil panen tanaman
jagung. Hal ini, ia buktikan dengan melakukan penelitian di Propinsi Sulawesi Selatan dimana hasil panen tanaman jagung meningkat secara signifikan
melalui penggunaan pupuk NPK dan pupuk S. Bahkan pada lahan kering, Subandi 1998 mengemukakan bahwa dengan pemupukan berimbang
produksi jagung di lahan kering di Nusa Tenggara dapat mencapai 3,4 hingga 6,5 ton per hektar.
2.1.5. Teknik Budi Daya Jagung
Bercocok tanam pada prinsipnya mempunyai tujuan utama untuk memperoleh produksi maksimal. Khusus, tanaman jagung, ditanam untuk
dipetik hasilnya yang berupa biji jagung. Biji-biji ini terbentuk dalam satu kesatuan yang melekat pada tongkol. Biji jagung dapat dikonsumsi langsung
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk makanan, maupun diproses terlebih dahulu diolah menjadi tepung jagung. Sedangkan konsumsi jagung secara tidak langsung digunakan
untuk makanan ternak. Kanisius 1993 menyatakan produksi tanaman adalah kegiatan atau sistem budidaya tanaman yang melibatkan beberapa faktor
produksi seperti tanah, iklim, varietas, pengelolaan serta alat-alat agar diperoleh hasil maksimum secara berkesinambungan.
Persiapan dan pelaksanakan merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan secara signifikan dimulai dengan penyiapan lahan, pengolahan
lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman agar dicapai panenan yang baik. Lahan yang digunakan untuk tempat bertanam akan menentukan
kebijaksanaan perencanaan tanam seperti tempat bertanam, iklim, benih varietas yang digunakan serta alat-alat yang akan digunakan. Tanaman
jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah seperti tanah yang berstektur ringan, misalnya andosol, dan latosol asalkan memiliki pH yang memadai
serta tanah yang berstektur berat, misalnya grumosol bila aerasi dan drainase tanah diatur dengan baik. Adisarwanto dan Astuti 2000 menyatakan tempat
bertanam jagung dibagi menjadi dua bagian yaitu : penanaman dilahan kering dan penanaman dilahan persawahan.
Jagung dapat tumbuh pada suhu 13
◦
C - 38
◦
C dan mendapatkan sinar matahari secara penuh. Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih adalah
30
◦
C - 32
◦
C dengan kapasitas air tanah antara 25 - 60. Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan suhu optimum antara 23
◦
C - 27
◦
C. Unsur iklim penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan fase reproduktif terutama
pada saat mengakhiri pembuahan jagung adalah faktor penyinaran matahari.
Universitas Sumatera Utara
Benih sebagai bahan utama atau modal pokok dalam budidaya jagung harus dipersiapkan. Benih yang diperlukan, dikaitkan dengan tujuan dan perencanaan
penanaman. Benih yang baik adalah jenis benih vareitas unggul, benih yang berasal dari varietas unggul memiliki daya tumbuh yang tinggi lebih dari 90
persen, mempunyai viabilitas yaitu dapat mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik. Mutu benih sangat menentukan
tingkat produktivitas jagung yang dicapai. Penggunaan benih yang bermutu tinggi bersifat lebih respons terhadap teknologi produksi yang diterapkan dan
menentukan kepastian populasi tananaman yang tumbuh. Mutu benih ditetapkan melalui standarisasi yang bersertifikasi dari Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan. Adisarwanto dan Astuti 2000 menyatakan untuk memperoleh benih unggul yang bermutu bisa dilakukan dengan berbagai macam
cara yaitu : 1.
Menggunakan benih bersari bebas, yaitu varietas yang benihnya dapat digunakan terus menerus pada setiap penanaman. Benih bersari bebas
berasal dari pemilihan pada saat pemungutan hasil panen yang mempunyai sifat-sifat unggul seperti bulir lebih besar, umur pendek, produksi tinggi,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap perubahan suhu atau iklim, batangnya kokoh tidak mudah roboh ketika terkena angin,
tahan terhadap kadar garam yang tinggi, serta tahan terhadap kemasaman tanah pH. Beberapa varietas bersari bebas yang beredar dipasaran antara
lain Arjuna, Bisma, Logaligo, Kalingga, Wiyasa, Rama, dan Wisanggeni. 2.
Menggunakan benih hibrida, yang diperoleh dari hasil seleksi kombinasi, perkawinan silang antara tananman yang satu dan tanaman yang lain dalam
Universitas Sumatera Utara
satu spesies untuk mendapatkan genotype sifat-sifat dalam yang unggul, biasa disebut breeding hibridisasi. Beberapa varietas hibrida yang beredar
dipasaran antara lain Hibrida jenis C, Pioneer, CPI, BISI, IPB dan Semar. Soekartawi 2002 menyatakan pertanian di Indonesia dicirikan banyaknya
penggunaan tenaga kerja manusia dikarenakan luas usaha relatif sempit, relatif kurang dari satu hektar, peranan tenaga kerja yang bersifat kekeluargaan relatif
lebih besar mengakibatkan tenaga kerja dari luar masih kurang diperlukan dan penggunaan tenaga kerja mesin masih relatif sedikit hanya berkisar pada tenaga
pendukung saja. Secara umum alat-alat yang digunakan untuk bercocok tanam jagung seperti cangkul, alat tanam dengan tugal, alat penyemprotan, sedangkan
pada lahan yang luas digunakan tenaga mesin seperti jettor atau traktor untuk melakukan pembajakan serta mesin penanam untuk melakukan kegiatan
penanaman. Tata cara pengolahan tanah tergantung pada jenis atau keadaan tanah. Rukmana 1997 menyatakan pengolahan tanah untuk tanaman jagung dapat
dilakukan dengan cara yaitu : 1.
Tanpa olah tanah TOT atau disebut Zerro tillage dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan, tanah hanya dicangkul untuk lubang tanam serta
pada lahan tersebut perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan jumlah gulma.
2. Pengolohan tanah minimum minimum tillage dilakukan pada tanah yang
peka terhadap erosi seperti tanah yang berpasir atau tanah ringan, mencangkul dengan kedalaman 15-25 cm hingga tanah menjadi gembur
seminggu atau kurang dari seminggu sebelum waktu tanam.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengolahan tanah maksimum atau sempurna maximum tillage dilakukan
pada tanah yang berstektur berat dengan mencangkul atau membajak selama dua kali atau lebih sedalam 15-20 cm, gulma dan sisa tanaman dibenamkan
serta tanah digaru sampai rata, dan dilakukan paling lambat seminggu sebelum waktu tanam.
Penanaman jagung juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yang akan diperoleh. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan tersebut adalah waktu tanam, jarak tanam, dan cara menanam. Waktu tanam perlu diperhatikan dengan cermat agar penanaman dapat dilakukan dengan
baik. Warisno 1998 menyatakan dari beberapa jenis lahan tersebut waktu tanamnya berbeda-beda. Pertama, pada tanah tegal dan pekarangan sebaiknya
penanaman dilakukan pada musim labuhan yaitu saat hujan mulai turun sekitar bulan September hingga November, Bisa juga pengolahan tanah pada musim
marengan yaitu pada saat hujan mulai berakhir sekitar bulan Februari sampai dengan Maret dengan syarat pengairan selama musim kemarau terjamin. Kedua,
pengolahan tanah pada tanah sawah sebaiknya dilakukan setelah tanaman padi dipanen.
Berbagai pengaturan jarak tanaman perlu dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal. AAK 1998 menyatakan pengaturan jarak tanaman akan
menentukan kebutuhan benih. Dalam tabel 2.1 dibawah ini disajikan beberapa pilihan bagi petani untuk menentukan jarak tanam dalam satuan hektare.
Tabel 2.1. Kebutuhan Benih Jagung Pada Berbagai Jarak Tanam
Jarak Tanam Jumlah Tanaman
Tiap lubang Jumlah Tanaman
Tiap hektare 100 x 40
75 x 25 2
1 50.000
60.000
Universitas Sumatera Utara
75 x 20 60 x 60
60 x 30 60 x 25
60 x 20 60 x 15
60 x 10 50 x 20
50 x 10 1
2-3 2
2 2
1 1
2 1
65.000 55. 112 – 82.668
110.000 133.000
165.000 110.000
165.000 200.000
200.000
Sumber : AAK, 1993
AAK 1998 menyatakan penanaman dilakukan dengan cara penugalan pada lahan yang sempit dan pekarangan. Tugal adalah alat semacam tongkat yang
terbuat dari kayu dan pada salah satu ujungnya dibuat meruncing. Tugal tersebut ada yang bermata tunggal, ada juga bermata dua atau segi tiga sesuai dengan
lubang yang dibentuk. Kedalaman lubang antara 2,5 cm sampai dengan 5 cm. Setelah lubang terbentuk, benih yang dipersiapkan sebelumnya dimasukkan
kedalam lubang tersebut sesuai dengan jumlah lubang. Selanjutnya lubang yang sudah ada benihnya ditutup dengan baik. Penanaman ini dilakukan oleh dua orang
yaitu satu orang yang membuat lubang, sedangkan yang lain mengisi lubang dengan benih sekaligus menutup lubang. Kedalaman dan penutupan lubang sangat
berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan benih. Sedangkan pada lahan yang sangat luas dan datar, dengan jumlah tenaga kerja manusia yang terbatas,
penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi berupa mesin penanam sekaligus penutup lubang.
Pertumbuhan tanaman jagung jua memerlukan curah hujan yang merata. Air sangat berperan dalam peningkatan produksi. Keterlambatan penambahan air pada
fase kecambah, berbunga, pengisian, dan pemasakkan biji tentu akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas biji yang dihasilkan. Selanjutnya Rukmana
1997 menyatakan jagung yang kekurangan air dan mengalami kelayuan selama
Lanjutan Tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
1-2 hari pada saat pembungaan dapat menurunkan hasil sampai 22 , bila kelayuan pada tanaman terjadi selama 5-8 hari, akan mengakibatkan penurunan
hasil hingga 50 . Cara pemberian air di daerah yang kering dilakukan 1- 2 minggu sekali atau tergantung pada keadaan tanah dengan cara mengalirkan air
melalui saluran pemasukkan air bedengan. Sedangkan pada lahan persawahan pengairan berasal dari saluran irigasi.
Setelah bibit jagung tumbuh, maka perlu dipelihara sebaik-baiknya. Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan pokok seperti penyulaman,
penyiangan dan pembubunan, pemupukan serta pengairan bagi daerah yang kering Rukmana, 1997. Penyulaman dilakukan jika ada benih yang rusak atau
tidak tumbuh. Kegiatan ini dilakukan sekitar 7-10 hari setelah tanam dengan menggunakan benih yang sejenis. Penyulaman yang terlambat lebih dari 15 hari
setelah tanam mengakibatkan pertumbuhan jagung tidak merata dan menyulitkan kegiatan pemeliharaan berikutnya. Supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik
maka dibutuhkan kegiatan penyiangan untuk pengendalian atau pengurangan gulma rumput liar yang tumbuh diareal penanaman. Gulma rumput liar yang
tumbuh di areal penanaman adalah pesaing dalam hal kebutuhan sinar matahari, air, dan unsur hara. Tergantung perkembangannya, penyiangan gulma dapat
dilakukan 2-3 kali. Penyiangan pertama dilakukan sebelum pemupukan susulan yang kedua. Penyiangan kedua dapat dilakukan sebulan setelah penyiangan
pertama disertai dengan pembubunan, dan penyiangan ketiga dapat dilakukan jika dianggap perlu, yaitu jika pertumbuhan gulma terlihat subur atau lebat.
Penyiangan gulma, selain secara manual atau mekanis, dapat dilakukan secara
Universitas Sumatera Utara
kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida seperti Gramoxone, Roundup, Sundup dan lain sebagainnya.
Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan unsur hara yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukkan, baik secara organik
sebanyak 15-20 tonhektar maupun dengan menggunakan pupuk yang anorganik seperti Urea 300 KgHa, TSP atau SP-36 100 KgHa, dan KCL 50 KgHa.
Berdasarkan keperluannya, jagung dapat dipanen pada tingkat kemasakan yang berbeda. Pemanenan masak susu dilakukan untuk keperluan sebagai sayur.
Jagung semi dapat dipanen pada umur 47-48 hari setelah tanam untuk dataran rendah, dan 60 hari setelah tanam untuk dataran tinggi. Jagung masak susu atau
Semi baby corn memiliki ciri-ciri antara lain : a.
Tanaman masih kelihatan segar dan masih berwarna hijau. b.
Panjang rambut jagung antara 3-5 cm. c.
Biji mulai terisi zat pati yang berbentuk seperti cairan susu atau santan. d.
Biji belum keras dan bila dipijit akan keluar cairan putih seperti susu atau santan.
Pemanenan saat masak lunak dilakukan untuk keperluan jagung rebus, jagung bakar, atau jagung sayur. Jagung masak lunak atau jagung manis sweet
corn memiliki ciri-ciri antara lain : a.
Ujung daun bagian bawah mulai kering. b.
Keadaan tongkol agak besar dan agak berat. c.
Biji jagung mulai agak keras dan bila dipijit akan keluar isi seperti tepung basah.
Universitas Sumatera Utara
Pemanenan jagung pada tingkat masak tua merupakan pemanen yang paling banyak dilakukan petani. Jagung hasil panen ini digunakan untuk berbagai
keperluan konsumsi, misalnya untuk makanan pokok, pembuatan tepung jagung, makanan ternak serta untuk keperluan lainnya. Jagung dapat dipanen setelah
tanaman berumur antara umur 90 hari sampai dengan 110 hari tergantung pada varietas yang digunakan. Jagung masak tua atau masak mati memiliki cirri-ciri :
a. Batang, daun, dan kelobot buah berubah warna menjadi kuning bahkan
sebagian besar sudah mengering. b.
Semua bagian tanaman telah kering dan mati. c.
Biji jagung sudah tampak keras, dan mengilap. d.
Bila ditekan dengan kuku tangan, bijinya tidak tampak bekas tekanan e.
Kadar air sudah mencapai 30 - 35. Dalam melakukan kegiatan pemanenan, hal yang perlu diperhatikan sekali
adalah keadaan cuaca. Hasil panen jagung persatuan hektarnya adalah berkisar antara 7 – 9 tonha, tergantung pada potensi hasil, kesuburan lahan, dan teknik
budi daya yang dipraktekkan. Tata cara panen jagung adalah sebagai berikut : a.
Petik tongkol dengan tangan hingga terlepas dari batangnya dan sekaligus mengupas kulitnya.
b. Dilakukan pada hari yang cerah tidak ada hujan.
c. Dimasukkan kedalam sebuah wadah seperti goni atau bakul.
d. Setelah sampai ditempat penampungan, segera dihamparkan dilantai yang
bersih dan kering. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air serendah mungkin, agar
didalam penyimpanannya jagung tidak mudah rusak. Berdasarkan sumber
Universitas Sumatera Utara
energinya, pengeringan pada jagung dapat dibedakan menjadi pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami merupakan pengeringan yang
dilakukan dengan bantuan sinar matahari penjemuran. Agar didapat hasil pengeringan yang baik, sebaiknya disediakan areal yang cukup luas karena
pengeringan jagung tidak boleh dilakukan dengan cara menumpukkannya. Tata cara pengeringan jagung yaitu :
a. Penjemuran dilakukan dengan menggunakan lantai jemur, alas anyaman
bambu, dan tikar. b.
Pengeringan tongkol dilakukan sampai kadar air ± 18 . c.
Pada proses pengeringan tongkol sampai kadar air ± 18 , tongkol jangan dimasukkan kedalam karung dalam waktu yang cukup lama, akan
menyebabkan biji jagung akan mengalami kerusakan. Apabila hujan terus menerus, pengeringan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pengering mekanis atau mengalirkan udara yang panas ke tempat-tempat pengeringan. Beberapa jenis alat yang biasa digunakan adalah
omprongan, alat pengering dengan aerasi dan alat pengering tipe continuos. Setelah pengeringan dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah pemipilan.
Pemipilan merupakan kegiatan melepaskan biji dari tongkol, memisahkan tongkol, dan memisahkan kotoran dari jagung pipilan. Tujuan pemipilan adalah
untuk menghindari kerusakan, menekan kehilangan, memudahkan pengangkutan, dan memudahkan pengolahan selanjutnya. Pemipilan dapat dilakukan apabila
tongkol sudah cukup kering, kadar air biji jagung berkisar 17 - 20. Pemipilan secara tradisional dilakukan dengan menggunakan tangan, yaitu dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan tongkat yang dipukul pada sebuah karung yang berisi jagung- jagung yang masih bertongkol.
Selain menggunakan tangan, pemipilan jagung dapat dilakukan dengan bantuan alat yang sederhana seperti kikian, Pemipil tipe Sulawesi Utara, pemipil
tipe silinder tipe F11.223, pemipil model ARS-2002, pemipil model TPI, dan tipe Ramapil, maupun pemipil yang menggunakan mesin seperti pemipil tipe
Senapil. Sebelum jagung hasil pemipilan dijual, kegiatan panenan yang terakhir adalah melakukan penyimpanan atau penggudangan. Kegiatan penyimpanan
terdiri dari dua cara. Pertama, penyimpanan jagung dalam bentuk berkolobot dilakukan dengan cara mengikat jagung dalam besaran tertentu seperti 15 tongkol
– 20 tongkol atau 30 tongkol – 40 tongkol, kemudian digantung dan diletakkan secara tersusun diatas para-para. Kedua, Jagung yang telah dipipil, dapat juga
disimpan dalam sebuah wadah plastik yang kedap udara, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Jagung yang telah dipipil dimasukkan kedalam sebuah wadah plastik yang
kedap udara seperti karung plastik. b.
Karung-karung plastik tersebut diletakkan diatas balok kayu untuk mencegah kontak langsung antara karung dengan lantai sehingga karung
tidak lembab dan sirkulasi udara terjamin. c.
Untuk mencegah serangan-serangga sehingga daya simpannya menjadi lebih panjang, karung-karung tersebut disemprot dengan cairan insektisida Silosan
25 EC 2 dan Damfin 50 EC dengan dosis 500 CC10 Liter air.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kebijakan Pemerintah 2.2.1. Pengertian Harga