Relevan dengan peluang pasar, Rachman 1998 mengungkapkan bahwa menurut pola perdagangan, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam
usahatani jagung, baik untuk tujuan perdagangan antar daerah, substitusi dan tujuan peningkatan ekspor layak diusahakan di hampir semua daerah di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Melalui uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil panen jagung
petani kelompok di Kabupaten Aceh Tenggara?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruh hasil panen jagung petani kelompok di Kabupaten
Aceh Tenggara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk : 1.
Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, khususnya Dinas terkait Pertanian dalam menentukan program pengembangan komoditi unggulan
sektor pertanian khususnya tanaman jagung di Propinsi Aceh. 2.
Sebagai landasan dalam penyusunan, arah dan kebijakan pengembangan khususnya tanaman jagung di Kabupaten Aceh Tenggara.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai wawasan dan memperkayah khasanah keilmuan bagi penulis,
khususnya mengenai fakor-faktor controlable yang dapat mempengaruhi hasil panen jagung para petani di Kabupaten Aceh Tenggara.
4. Sebagai acuan atau landasan untuk penelitian selanjutnya terutama yang
terkait dengan tanaman jagung.
1.5. Kerangka B erfikir
Badan Litbang Pertanian 1999 mengarahkan pertanian tradisional menjadi pertanian modern agribisnis yaitu upaya peningkatan pendapatan petani
melalui reorientasi kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, dan mendukung pengembangan agribisnis, yaitu perubahan dari peningkatan kuantitas
menjadi peningkatan kualitas. Badan Litbang Pertanian sendiri telah melaksanakan program Prima Tani pada beberapa wilayah di Indonesia, dengan
mengembangkan model agribisnis terintegrasi secara vertikal dan horizontal berbasis lahan marjinal dalam program pengembangan model agribisnis berbasis
inovasi teknologi pertanian. Program ini dilaksanakan untuk mendukung pengembangan komoditas pertanian unggulan dalam suatu kawasan dengan
didukung oleh beberapa unsur terkait kelembagaan dalam proses produksi dan pemasaran hasil. Tujuan akhir dari program ini adalah mendukung upaya
peningkatan pendapatan petani dan unsur yang terkait dalam usahatani dan pemberdayaan masyarakat pertanian pada umumnya. Sejalan dengan hal tersebut,
kiranya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil panen jagung : 1.
Jenis bibit. Penggunaan jenis bibit yang berbeda diyakin dapat mempengaruhi hasil panen petani jagung. Terdapat kecenderungan di kalangan petani, bahwa
Universitas Sumatera Utara
bibit hybrida lebih banyak memberikan hasil panen daripada penggunaan bibit lokal, Dahlan et.al, 1996.
2. Luas lahan. Terdapat kecenderungan pada masyarakat bahwa semakin besar
luas lahan yang digunakan maka semakin banyak produksi yang dihasilkan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa senjang
hasil antara rata-rata produksi yang dicapai petani saat ini dengan potensi hasil kemampuan lahan masih cukup lebar, Swastika dkk, 2001.
3. Jenis lahan. Budidaya tanaman jagung pada dasarnya dapat dilaksanakan pada
dua kelompok lahan, yaitu lahan kering dan lahan basah baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan. Penggunaan lahan basah diyakini mampu
memberikan hasil panen yang relatif banyak dibandingkan lahan kering. Hal ini menyebabkan para petani berupaya memanfaatkan lahan basah yang ada
untuk budidaya tanaman jagung Kasryno, 2002. Disisi lain, pada awal tahun 1980-an, lahan kering lebih dominan digunakan untuk tanaman jagung
daripada lahan basah Mink et al. 1987. 4.
Pupuk, merupakan salah satu faktor input yang memegang peran penting dalam produktitas tanaman. Teknik penggunaan pupuk dan Mutu dan produksi jagung
di Sulawesi Selatan dapat ditingkatkan melalui penggunaan pupuk NPK dan pupuk S, Syafruddin et.al 1998 dan Subandi, 1998.
5. Pengetahuan, dari hasil pengkajian Litbang Deptan Bengkulu 2007 dapat
disimpulkan bahwa diperlukan perbaikan teknik budidaya, melalui peningkatan pengetahuan para petani melalui pengenalan terhadap teknologi baru,
penggunaan benih bermutu, penyesuaian dosis pupuk, dan perlakuan benih untuk pencegahan hama penyakit. Selain itu, para petani juga harus diberikan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan baru, terkait dengan pengelolaan dan penanganan pasca panen mengingat hal ini turut mempengaruhi kualitas jagung. Selama ini, peningkatan
produksi jagung di Indonesia belum diikuti oleh penanganan pascapanen yang baik. Petani kurang mendapatkan informasi tentang kegiatan panen dan
pascapanen yang dapat mengurangi biaya dan menekan susut mutu jagung. Karena itu, petani di beberapa wilayah pengembangan jagung masih belum
merasakan nilai tambah dengan meningkatnya kualitas produk biji jagung Firmansyah 2006.
Upaya meningkatkan kesejahteraan petani jagung melalui perbaikan pada proses penanaman dan penanganan pasca panen merupakan kegiatan yang dapat
dilakukan secara bersama, yang pada akhirnya diharapkan harga jual mereka mengalami peningkatan. Singkatnya, harga memegang peranan yang penting.
Semakin tinggi harga jual maka semakin meningkat pula keinginan untuk berproduksi sebagai insentif. Harga jual di daerah lain juga mempengaruhi harga
jual pada daerah tetangga. Purwoto dkk 2005 melakukan kajian terhadap pengaruh harga komoditi jagung di daerah lain tetangga terhadap harga jagung
di daerah penghasil, secara tegas dinyatakan bahwa ada korelasi harga di tingkat dunia luar negeri dan derajat integrasi spatial baik antara pasar dunia dan pasar
domestik, maupun antar pasar domestik dalam era liberalisasi perdagangan dengan mengambil studi kasus di Sulawesi Selatan.
Simatupang dan Syafaat 1999 menjelaskan melalui analisis dekomposisi fluktuasi harga di pasar domestik ditemukan bahwa dibandingkan kondisi kuartal
IV 1998, harga jagung pada kondisi kuartal I 1999 mengalami penurunan 0,6 persen. Penurunan harga jagung domestik ini tergolong rendah karena pada saat
Universitas Sumatera Utara
yang sama terjadi depresiasi rupiah. Disisi lain, pada saat harga jagung dunia menurun, pemerintah justru meningkatkan derajat liberalisasi perdagangan
melalui penghapusan beberapa hambatan tarif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan komponen sisa yang negatif -16,2, yang mengindikasikan bahwa penurunan
harga domestik lebih banyak disebabkan oleh penurunan siklus harga dunia dan peningkatan liberalisasi perdagangan. Terdapatnya korelasi negatif antara harga
jagung domestik dengan nilai tukar memberi makna adanya penguatan nilai tukar cenderung akan menurunkan harga jagung domestik.
Instrumen penting lainnya yaitu kebijakan pemerintah. Mubyarto 2004 menjelaskan bahwa pemerintah tidak boleh menyerah menghadapi kekuatan
kekuatan ekonomi dunia yang bersemangat kapitalistik-neoliberal seperti “kesepakatan-kesepakatan” WTO dan “Konsensus Washington” 1989. Pedoman
kebijakan pembangunan pertanian didasarkan atas asas kerakyatan, keadilan, dan nasionalisme, yang harus berpihak pada bagian masyarakat yang lemah dan
miskin. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran seperti pada gambar 1.1 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Badan Litbang Pertanian, 1999
Gambar 1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Panen Jagung di Kabupaten Aceh Tenggara
1.6. Hipotesis