Sistematika Penulisan Pengertian Pembiayaan Dalam Kegiatan Perbankan Syariah

33 Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. 4. Teknik analisa data Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 lima bab, dan tiap-tiap bab terbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34 penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II BENTUK–BENTUK PEMBIAYAAN PERSONAL DALAM PERBANKAN SYARIAH Berisikan, pengertian pembiayaan dalam kegiatan perbankan syariah, pembiayaan personal dalam perbankan syariah, bentuk pembiayaan personal syariah, dan kelemahan dan kelebihan pembiayaan personal pada bank syariah. BAB III PENGATURAN MURABAHAH DALAM KEGIATAN PERBANKAN SYARIAH Berisikan, keberadaan murabahah dalam Undang-undang perbankan, landasan syariah dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, karakteristik pembiayaan murabahah pada bank syariah, persyaratan pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah, dan resiko pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah. BAB IV MURABAHAH SEBAGAI BENTUK PEMBIAYAAN PERSONAL PADA BANK SUMUT SYARIAH CABANG MEDAN Bab ini berisikan, transaksi murabahah sebagai pembiayaan personal pada Bank Sumut Cabang Medan, kendala–kendala yang dihadapi oleh Bank Sumut Cabang Medan dalam pembiayaan personal murabahah, sengketa-sengketa Dalam pembiayaan personal murabahah, dan penyelesaian Sengketa. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35 BAB V PENUTUP Merupakan dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36 BAB II BENTUK-BENTUK PEMBIAYAAN PERSONAL DALAM PERBANKAN SYARIAH

A. Pengertian Pembiayaan Dalam Kegiatan Perbankan Syariah

Mencermati perkembangan bank syariah di Indonesia tersebut sekilas memang cukup membanggakan. Namun apabila di bandingkan dengan bank konvensional perkembangan bank syariah hingga saat ini masih kurang menggembirakan. Disamping itu, praktek perbankan syariah saat ini masih di dominasi oleh produk Murabahah. Hal ini dapat di buktikan dari beberapa hasil survei, ternyata bank-bank syariah pada umumnya banyak menerapkan murabahah sebagai metode pembiayaan mereka yang utama, meliput kurang lebih tujuh puluh lima persen 75 dari total kekayaan mereka. Pertumbuhan bank syariah di Indonesia sendiri diawali dengan dikeluarkannya Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian disempurnakan oleh Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan memberikan peluang yang lebih luas bagi bank syariah untuk menyelenggarakan kegiatan usaha, termasuk pemberian kesempatan kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang yang khusus melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37 Namun sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 memiliki beberapa ketentuan umum yang menarik untuk dicermati. Ketentuan umum dimaksud Pasal 1 adalah merupakan sesuatu yang baru dan akan memberikan implikasi tertentu, antara lain: 1. Istilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perubahan ini untuk lebih menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 2. Definisi prinsip syariah. Dalam definisi dimaksud memiliki dua pesan penting yaitu: a. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam; dan b. Penetapan pihaklembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah. 3. Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi seperti halnya akuntan publik, konsultan dan penilai. 4. Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan dibandingkan dengan definisi yang ada dalam undang-undang sebelumnnya tentang perbankan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam definisi terbaru, pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa-menyewa, transaksi jual-beli, transaksi pinjam-meminjam dan transaksi sewa-menyewa jasa multi-jasa. Pemberian kredit di bank konvensional atau pembiayaan di bank syariah merupakan kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bank. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38 Disamping itu pemberian kredit atau pembiayaan juga dapat menjadi sumber utama kegagalan bank, sebab pemberian kredit atau pembiayaan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan kelangsungan hidup bank. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, pengertian pembiayaan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35 38 dapat didefinisikan sebagai berikut : “Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.” Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa-menyewa, transaksi jual-beli, transaksi pinjam-meminjam dan transaksi sewa-menyewa jasa multi- jasa. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, definisi pembiayaan sebagai berikut : “Pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual beli, transaksi pinjam meminjam dan transaksi sewa menyewa jasa multi-jasa”. 39 Sejalan dengan upaya restrukturisasi perbankan yang terpuruk akibat krisis yang melanda perekonomian Indonesia terutama sektor perbankan dengan adanya peningkatan kredit macet yang diakibatkan oleh peningkatan tingkat suku bunga sehingga melemahkan iklim investasi, perbankan syariah terbukti mampu bertahan. Hal ini disebabkan sistem operasional bank syariah tidak menjadikan uang sebagai komoditas dalam perdagangan tapi sebatas alat dalam transaksi ekonomi. Sistem pembiayaan memiliki peran yang sangat penting bagi dunia perbankan karena merupakan salah satu aktivitas utama perbankan, terutama bagi bank syariah. Salah satu bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Syariah Cabang Medan dalam pelaksanaan prinsip jual beli adalah pembiayaan 38 Kasmir , Manajemen Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 73. 39 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,ikhtisar. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36 Murabahah. Tentang murabahah, maka tidak akan dapat dilepaskan dengan sistem jual beli yang dalam fiqh biasa disebut secara etimologis dapat diartikan dengan tukar menukar atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain atau mengeluarkan benda yang dimiliki dengan suatu pengganti 40 . Lafadz al-bai dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira beli. Dengan demikian dengan al-bai. Ditinjau dari segi harga, al-bai’dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah murabahah. Jual beli dalam terminologi fiqh disebut dengan al-bai yang kata al-bai berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli. 41 Secara konseptual, murabahah sebagai salah satu bentuk jual-beli, sangat banyak dibicarakan oleh kalangan ulama fiqh dan secara operasional dia merupakan salah satu produk perbankan Islam di antara produk- produk yang lain. 42 Murabahah merupakan suatu perjanjian yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank yaitu harga beli bank ditambah margin keuntungan pada saat jatuh tempo. Pembiayaan ada kalanya mengambil keuntungan berdasarkan margin keuntungan profit margin. Bank syariah dalam penyaluran dananya kepada nasabah penerima pembiayaan tidak dapat dipastikan memperoleh keuntungan tertentu modal pembiayaan ditambah return sebagaimana dalam skim 40 Abdul Ghofur Anshori, Pokok–Pokok Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Citra Media, 2006, hlm. 30. 41 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 12, Bandung: Penerbit PT. al-Ma’arif, 1987, hlm. 44. 42 Ibid., hlm 45. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37 pembiayaan yang mengambil keuntungan berdasarkan margin keuntungan 43 . Akan tetapi, justru pihak bank sangat memungkinkan mengalami kerugian apabila usaha nasabahnya mengalami kegagalan atau kebangkrutan. Hal inilah yang menjadi konsekuensi dari skim pembiayaan dengan prinsip bagi hasil profit and loss sharing. Profit and loss sharing adalah berbagi keuntungan dan kerugian selanjutnya disebut PLS. Namun sebaliknya, apabila usaha nasabah berhasil maka akan memperoleh bagi hasil yang lebih besar. Apabila dibandingkan penyaluran dana melalui skim pembiayaan berdasarkan margin keuntungan, ini karena di antara kedua pihak telah ada kesepakatan bagi hasilnya, yang biasanya berkisar 30 tiga puluh persen-70 tujuh puluh persen, 40 empat puluh persen-60 enam puluh persen, atau 50 luma puluh persen-50 luma puluh persen. Atas dasar tingkat spekulasi yang tinggi dalam skim pembiayaan, maka umumnya bank syariah sangat berhati-hati dalam melakukan penyaluran dana melalui skim ini. Terlebih apabila mengingat bahwa bank syariah sebagaimana bank konvensional adalah merupakan lembaga intermediary keuangan, dimana dana yang dikelola oleh bank sebagian besar merupakan dana pihak ketiga nasabah kreditur baik yang berupa dana tabungan titipanwadi’ah maupun dana investasi yang berupa deposito mudharabah atau musyarakah. 44 Sebagaimana lazimnya bahwa dana nasabah tersebut dalam sewaktu-waktu atau dalam jangka waktu tertentu akan diambil kembali oleh nasabah dengan tambahan 43 Arif Matuhin, dikutip dalam Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah, Diterjemahkan oleh Arif Mahtuhin, Cet-I Jakarta: Penerbit Paramadina, 2004, hlm.ix. 44 Arif Matuhin, Op. Cit., hlm.x. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38 keuntungan baik yang berupa bagi hasil bila merupakan dana investasi atau bonus bila berupa dana titipan. Bank syariah yang terdiri dari Bank Unit Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 18 serta Unit Usaha Syariah, pada dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat disamping penyediaan jasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah seluruh kegiatan usaha bank syariah dan Unit Usaha Syariah didasari pada prinsip syariah. Implikasinya, disamping harus selalu dengan prinsip hukum Islam juga adalah prinsip syariah memiliki berbagai variasi akad yang akan menimbulkan variasi produk yang lebih banyak dibandingkan produk bank konvensional. 45 Dalam kaitan dengan hal tersebut di atas, maka setiap pihak dilarang untuk melakukan kegiatan penghimpunan dana berdasarkan prinsip syariah tanpa izin Bank Indonesia Pasal 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Sedangkan di sisi lain, kegiatan penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah harus dilakukan secara berhati-hati melalui penilaian secara seksama, agar bank syariah dan Unit Usaha Syariah memiliki keyakinan atas kemauan dan kemampuan nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya sesuai akad serta keyakinan atas kesesuaian dengan prinsip syariah Pasal 23 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 45 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 9. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39 Sebagai wujud dari sikap kehati-hatian bank melakukan penyaluran dananya melalui skim pembiayaan ini, sebelum memberikan persetujuan pembiayaan, pihak bank harus melakukan penelitian dan penilaian yang seksama terhadap calon nasabah debiturnya, yaitu dengan melakukan prinsip 5 lima C, yaitu: Character, Capital, Collateral, Capacity and Condition of Economy. Memang secara teoritis bahwa yang terpenting pertama adalah karakter dari nasabah calon penerima pembiayaan nasabah debitur, karena jika karakternya baik, sekalipun kondisinya buruk, nasabah debitur akan tetap berusaha serius dan dengan jujur mengembalikan dana pembiayaan yang telah disepakati dalam perjanjian. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya jaminan sangat menentukan tingkat keamanan pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Di samping itu, keberadaan agunan menjadi sangat penting, dan hal ini berhubungan dengan filosofi dasar dari dana bank, yaitu bahwa dana bank adalah dana nasabah, dana masyarakat, yang oleh karenanya harus dilindungi dan digunakan secara sangat hati-hati.

B. Pembiayaan Personal Dalam Perbankan Syariah