24 pembiayaan personal pada perbankan syariah khususnya pada Bank
Sumut Cabang Medan.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian
mengenai “Murabahah Sebagai Bentuk Pembiayaan Personal Pada Bank Syariah Studi Kasus Bank Sumut Syariah
” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli
disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah.
Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung
jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pelaksanaan pemberian pembiayaan murabahah pada bank syariah khususnya pada Bank Sumut harus dilandasi prinsip kehati-hatian prudential
banking regulation serta berdasarkan syariah Islam. Bank syariah dalam pembiayaan murabahah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli,
tetapi bank dapat memberikan kuasa pada pembeli dengan prinsip wakalah dimana pembeli dapat memilih barang yang dinginkannya.
Adapun syarat-syarat umum murabahah antara lain, yaitu : 1.
Pihak yang berakad :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25 a.
Adanya kerelaan kedua belah pihak b.
Memiliki kemampuan untuk melakukan jual beli 2.
Barang atau obyek : a.
Barang itu ada meskipun tidak di tempat, namun ada pernyataan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.
b. Barang itu milik sah penjual atau seseorang
c. Barang yang diperjualbelikan harus berwujud
d. Barang itu tidak termasuk kategori yang diharamkan
e. Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual
f. Apabila benda bergerak, maka barang itu bisa langsung dikuasai pembeli
dan harga barang dikuasai penjual. Sedangkan bila barang itu tidak bergerak dapat dikuasai pembeli setelah dokumentasi jual beli dan
perjanjian atau akad diselesaikan. 3.
Harga : a.
Harga jual bank adalah harga beli ditambah keuntungan b.
Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian c.
Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama Sedangkan syarat-syarat khusus murabahah antara lain:
6
1. Penjual hendaknya menyatakan modal yang sebenarnya dari barang yang
hendak dijual.
6
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26 2.
Kedua belah pihak penjual dan pembeli menyetujui besarnya keuntungan yang ditetapkan sebagai tambahan terhadap modal sehingga modal ditambah
dengan untung merupakan harga barang yang dijual. 3.
Barang yang dijual secara murabahah dan harga barang itu bukan dari jenis yang sama dengan barang ribawi yang dilarang diperjualbelikan kecuali dengan
timbangan atau takaran yang sama. Dengan demikian tidak sah jual beli secara murabahah atas emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, beras dengan beras dan bahan-bahan makanan lainnya yang jenisnya sama.
Karakteristik pembiayaan murabahah sebagai modal kerja, dimana; 1.
Tujuan pembiayaan Murabahah ditujukan untuk pembelian fixed assetaktiva tetap, seperti:
a. Pembelian barang dagangan b. Pembelian barang baku untuk diproses
c.Pembelian barang by order 2.
Mekanisme pembiayaan: jual beli dengan bayar tangguh 3.
Harga jual : a.
Harga beli tambah margin b.
Ditetapkan pada saat realisasi 4.
Media penarikan a.
Surat sanggup b.
Surat permohonan pembiayaan 5.
Tempo pelunasan: disesuaikan atas dasar siklus usaha
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27 6.
Jangka waktu: 1 tahun Jaminan: a.
Stock barang dagangan b.
Tagihan Fixed asset, seperti rumah, kendaraan, alat-alat industri, perusahaan, dan
lain-lain. 7.
Sifat pembayaran a.
Revolving b.
Ad hoc 8.
Dokumentasi a.
Surat persetujuan prinsip offering letter b.
Akad jual beli c.
Perjanjian pengikatan jaminan d.
Surat permohonan realisasi murabahah e.
Tanda terima uang f.
Tanda terima barang Resiko pembiayaan dalam murabahah dapat di perkecil dengan
menggunakan analisa sebagai salah satu rambu-rambu kesehatan bank prudential standard. Prinsip analisa pembiayaan harus berdasarkan 5 lima C
character,capacity,capital,collateral,dan condition of economy, dan dalam bank syariah hal ini harus memperhatikan unsur amanah, kepercayaan, dan kejujuran
nasabah. Di dalam bank syariah khususnya pada Bank Sumut pemberian pembiayaan di wujudkan dalam 3 tiga tahap: wawancara sebagai tahap awal,
kemudian hasil wawancara itu di analisa kembali secara checking, personal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28 checking, trade checking, taksasi, dan analisa yuridis ssnasabah pemohon
pembiayaan murabahah. Hal ini diamanatkan dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Murabahah dalam perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. murabahah dalam perbankan syariah adalah beli barang antara bank dan
nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin keuntungan.
Dengan kata lain, penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah, pada
prinsipnya didasarkan pada 2 dua elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan
murabahah adalah sebagai berikut: 1.
Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase
dari total harga plus biaya-biayanya; 2.
Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang; 3.
Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual dan penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli;
Barangkali ada yang beranggapan bahwa ada kemiripan antara praktek pembiayaan murabahah di bank syariah dengan profit margin-nya dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29 pembiayaan kredit di bank konvensional dengan bunganya. Untuk itu, kita perlu
mengkritisi serta menganalisis pembiayaan berbasis murabahah. Bank konvensional dalam meminjamkan uang, misalnya untuk pembelian
barang-barang tertentu, bunga yang dikenakan pada pinjaman dikaitkan dengan pokok pinjaman dan jatuh tempo pinjaman.
Sedangkan berapa harga barang nasabah itu bukanlah menjadi urusan bank konvensional. Hal utama yang menjadi perhatian bank konvensional adalah
memperoleh suku bunga yang sedang berlaku bagi pengeluaran-pengeluaran, semisal dalam hal resiko dan jatuh temponya. Berbeda dengan bank
konvensional, dalam mekanisme pembiayaan murabahah di bank syariah, nasabah dapat mengetahui total harga barang sebelumnya, dimana hal ini tidak
akan diketahui dalam pembiayaan berbasis bunga. Dalam murabahah, faktor- faktor yang tampaknya mempengaruhi besarnya mark-up adalah kebutuhan bank
syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter, dan marketibilitas barang-barang murabahah serta tingkat
laba yang diharapkan dari barang-barang itu.
7
Dengan demikian, mark-up dalam murabahah bisa saja lebih tinggi atau lebih rendah dari suku bunga.
Namun, nampaknya perbedaan antara mark-up murabahah di bank syariah dengan suku bunga dalam pinjaman kredit di bank konvensional ini tidak
terlalu jauh. Hal inilah yang memicu munculnya persepsi masyarakat yang menyamakan praktek murabahah di bank syariah dengan pinjaman kredit di bank
7
Sudarsono Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi II, Yogyakarta: Eksonisia, 2003, hlm. 24.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30 konvensional.
8
Untuk itu, perlu adanya konsep yang jelas dalam penentuan harga jual pricing murabahah. Para praktisi perbankan berbeda pendapat tentang
harga kredit yang lebih tinggi, dalam konteks ini para praktisi perbankan syariah membolehkan adanya kenaikan harga pada jual beli murabahah dengan
pembayaran tunda dengan sejumlah argumen telah diajukan untuk mendukung keabsahannya, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Teks-teks syariah tidak melarangnya;
2. Ada perbedaan antara uang yang tersedia sekarang dengan uang tersedia di
masa datang; 3.
Kenaikan harga ini bukan sebagai imbalan waktu tunda pembayaran dan karenanya tidak sama dengan riba;
4. Kenaikan harga dikenakan pada saat penjualan, tidak setelah penjualan
terjadi; 5.
Kenaikan harga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pasar, seperti permintaan dan penawaran, dan naik turunnya daya beli uang
sebagai akibat inflasi dan deflasi; 6.
Penjual sedang melakukan suatu aktivitas dagang yang produktif dan diakui; 7.
Penjual boleh menetapkan harga berapapun yang dikehendakinya. Argumen-argumen di atas sering diajukan bank-bank Islam untuk
membenarkan kenaikan harga jual beli murabahah dengan pembayaran tunda dan hal ini sudah menjadi praktek baku dalam murabahah. Namun
demikian,menurut penulis, penentuan harga jual produk-produk bank syariah
8
Kolom Ekonomi dan Keuangan, Harian Analisa, , Edisi Jumat 15 Desember 2006, hlm.15.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31 harus tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan yang dibenarkan menurut
syariah. Oleh karena itu bank syariah perlu menetapkan metode yang tepat dan efisien agar kemasan produk murabahah dapat memberikan keuntungan secara
adil antara pihak bank syariah dengan nasabah pembiayaan murabahah.
F. Metode Penelitian