110 4.
Dan tidak terpenuhinya seluruh aspek yuridis dan syariah yang berkaitan pada nasabah.
D. Penyelesaian Sengketa
Dalam sebuah akad atau perjanjian, tidak lepas dari potensi munculnya suatu sengketa dikemudian hari. Hal ini dikarenakan adanya salah satu pihak yang
melanggar dari isi akad atau perjanjian yang telah disepakati. Untuk itu diperlukan langkah antisipatif untuk meminimalisir terjadinya sengketa dimaksud sejak
para pihak membuat kontrak, antara lain terkait dengan penyelesaian sengketa. Penyelesaian sengketa pada perbankan syariah sendiri telah diatur pada
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang oleh pemerintah telah disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 melalui Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 94. Banyak hal baru yang menjadi muatan dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 ini, antara lain tentang penyelesaian sengketa. Pada hakikatnya penyelesaian sengketa masuk dalam ranah hukum perjanjian sehingga asas yang
berlaku adalah asas kebebasan berkontrak freedom of contract. Artinya para pihak bebas melakukan pilihan hukum dan pilihan forum penyelesaian sengketa
yang akan dipakai manakala terjadi sengketa keperdataan di antara mereka. Klausula penyelesaian sengketa ini hampir dapat dikatakan selalu ada dalam
kontrak-kontrak bisnis dewasa ini, termasuk dalam kontrak pembiayaan yang dibuat antara pihak nasabah dengan pihak perbankan syariah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
111 Kontrak pembiayaan yang dibuat antara pihak nasabah dengan pihak
perbankan syariah pada prakteknya nasabah dalam posisi yang lemah, karena padanya telah diajukan perjanjian standar. Konsekuensinya pihak nasabah hanya
mempunyai dua pilihan, menyetujui klausula yang diajukannya atau menolak isi dari klausul yang sudah dibuat oleh pihak perbankan syariah take it or leave it.
Perjanjian standar dalam sistem pembiayaan lazim digunakan dalam sistem perbankan syariah karena alasan efisiensi operasional perbankan dan jaminan
kepastian untuk melindungi kepentingan bank selaku pelaku usaha jasa yang mengeluarkan dana. Adalah tidak praktis apabila akan melakukan suatu transaksi
pembiayaan harus melakukan negosiasi terlebih dahulu terhadap nasabah. Disisi lain, nasabah kadang malas untuk mempelajari dan memahami isi
klausul perjanjian yang telah dibuat oleh pihak perbankan, sehingga belakangan baru menyadari akan adanya hal-hal yang merugikan pihak nasabah. Kondisi
seperti itu akan menyebabkan sengketa yang lama apabila tidak segera diselesaikan.
Salah satu akad jual beli yang digunakan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah yaitu bai’al
murabahah. Dalam akad tersebut, pihak perbankan dalam membuat perjanjian untuk nasabahnya juga menggunakan perjanjian standar, dan dimungkinkan juga
apabila didalamnya terdapat sengketa. Dalam penjelasan umum Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa
penyelesaian sengketa yang mungkin melalui musyawarah, mediasi perbankan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
112 lembaga arbitrase, atau melalui pengadilan di lingkungan Peradilan Umum
sepanjang disepakati dalam akad oleh para pihak. Upaya penyelesaian terhadap masalah yang timbul dengan nasabah
dilakukan oleh account officer dengan pendekatan musyawarah dan pendekatan hukum. Dan dilakukan pengawasan ganda dual control dalam setiap tahapan
proses penyaluran pembiayaan murabahah yang mengandung kerawanan terhadap penyalahgunaan. Sebagai kelanjutan dari tugas Kontrol Intern, maka secara
berkala juga dilakukan audit intern terhadap pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh SPI Kantor pusat Bank Sumut. Penyelesaian sengketa pembiayaan
bermasalah tersebut dapat dilakukan dengan : 1.
Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah Bank Sumut Syariah tidak akan menggunakan pola plafondering sebagai alternatif sebagaimana dikenal dalam
praktek bank konvensional. 2.
Setiap bulan account officer menyusun daftar portofolio penyaluran pembiayaan murabahah yang tergolong dalam kolektibilitas kurang lancar,
diragukan dan macet, serta yang kolektibilitasnya masih tergolong lancar namun memiliki kecenderungan untuk memburuk.
3. Dilakukan evaluasi terhadap daftar portofolio pembiayaan murabahah dalam
pengawasan khusus dan menghitung besarnya persentasenya terhadap total penyaluran dana, serta memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
pembiayaan yang tergolong keadaan kolektibilitas diragukan dan macet. 4.
Penyelamatan terhadap pembiayaan murabahah yang bermasalah dengan tujuan untuk menyehatkan kembali dilakukan dengan dua cara yaitu :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
113 a.
Melakukan penjadwalan kembali rescheduling terhadap pelaksanaan pembayaran angsuran naasabah sesuai masa tangguh yang dibutuhkan
sehingga nasabah memperoleh keringanan dalam memenuhi kewajibannya kepada bank.
b. Mengubah persyaratan yang memang sudah tidak sesuai lagi
reconditioning, misalnya karena pengaruh perubahan kondisi ekonomi makro yang tidak bisa diatasi. Perubahan persyaratan tersebut antara lain
menyangkut proyeksi margin dengan jumlah dan tanggal jatuh tempo yang disepakati.
5. Bila langkah penyelamatan seperti dilakukan diatas tidak menghasilkan
perbaikan seperti yang diharapkan, maka jalan terakhir yang ditempuh adalah melaksanakan upaya-upaya yang meliputi :
a. Melakukan musyawarah dengan nasabah untuk mencari penyelesaian
terbaik dengan kemungkinan antara lain : 1
Nasabah menyelesaikan melunasi fasilitas pembiayaan murabahah yang diterimanya dengan menggunakan sumber dana manapun yang
baik dengan mendapatkan potongan discount tertentu. 2
Nasabah menjual sebagian hartanya untuk menyelesaikanmelunasi fasilitas pembiayaan murabahah yang diterimanya dari bank.
3 Bank Sumut Syariah bersama-sama dengan nasabah menjual jaminan
atas fasilitas pembiayaan murabahah dan hasilnya digunakan untuk pelunasan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
114 4
Bank Sumut Syariah membeli jaminan atas fasilitas pembiayaan murabahah untuk mempercepat penyelesaianpelunasan.
b. Menempuh jalur arbitrase dan atau ligitasi melalui Pengadilan Negeri
setempat. Mengenai penyelesaian sengketa, Pasal 55 menyatakan bahwa:
1. Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama:
2. Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai
dengan isi akad; 3.
Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah.
Penjelasan Pasal 55 ayat 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakuakan sesuai dengan isi akad” adalah upaya melalui:
a. Musyawarah; b. Mediasi perbankan;
c. Badan Arbitrase Syariah Nasional Basyarnas atau lembaga arbitrase lain; d. Melaui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
Adapun dalam terminologi Islam dikenal Ash-Shulhu, yang berarti memutus pertengkaran atau perselisihan. Dalam pengertian syariat berarti suatu
jenis akad perjanjian untuk mengakhiri perlawanan sengketa antara 2 dua orang atau lebih yang bersengketa. Apabila sengketa tersebut tidak dapat
diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
115 pendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun
melalui mediator. Dan apabila para pihak dalam waktu paling lambat 14 empat belas hari dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui
seorang mediator tidak berhasil, maka para pihak dapat menghubungi lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa untuk menunjuk seorang mediator.
Setelah penunjukan mediator oleh lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa, dalam waktu paling lama 7 tujuh hari usaha mediasi harus sudah dapat
dimulai. Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator tersebut dengan memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling lama 30 tiga
puluh hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang terkait. Kesepakatan tersebut bersifat final dan
mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak
penandatanganan. Tidak seperti arbiter atau hakim, seorang mediator membuat keputusan mengenai sengketa yang terjadi tetapi hanya membantu para pihak
untuk mencapai tujuan mereka dan menemukan pemecahan masalah dengan hasil win-win solution.
80
Tidak ada pihak yang kalah atau menang, semua sengketa diselesaikan dengan cara kekeluargaan,sehingga hasil keputusan mediasi tentunya
merupakan konsensus kedua belah pihak.
80
Karnaen Perwataatmadja, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Jakarta, 2000, hlm.82.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
BAB V PENUTUP
Berdasarkan uraian tentang Murabahah Sebagai bentuk Pembiayaan Personal Pada Bank Syariah Studi Kasus Bank Sumut Syariah, maka penulis
mencoba memberikan kesimpulan dan saran :
A. Kesimpulan