Sumitro, Warkum., Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1996.
Waluyo, Bambang., Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, 1996.
Webster, Noah., Webster ‘s New Universal Unabriged Dictionary, New York- USA: Simon Schuster, 1979.
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan imdonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993.
Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media bekerjasama Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Sumut No. 42DK-BPDSUSK2001 tanggal 21 Nopember 2001 tentang Visi, Misi, Goal, Objective, Kebijakan,
Strategi dan Corporate Culture PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara.
Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sumut Nomor 120DIRDUSY-PDJSSK2009 tentang Pembiayaan Modal Kerja.
Surat Keputusan Direksi PT. Bank Sumut Nomor 087DIRDPP-PPSK2005 tanggal 5 Juli 2005.
Surat Keputusan Dewan Komisaris PT. Bank Sumut Nomor 42DK- BPDSUSK2001 tanggal 21 Nopember 2001.
C. Makalah, Wawancara, dan Internet
Nasution, Faisal Akbar., “Indentifikasi Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen dan Usul Komisi Konstitusi dan Implikasinya Terhadap
Sistem Pemerintahan dan Sistem Ketatanegaraan”, Disampaikan dalam diskusi, “Menjaring Aspirasi Masyarakat Dalam Upaya Amandemen dan
Menyusun Konstitusi”, yang diadakan pada hari Senin tanggal 13 Desember 2004 oleh FITRA SUMUT bekerjasana dengan PSPK Jakarta di
Medan.
Mochtar, Dira K., “Kisah Mata Air di Tanah Air”, sumber Perbanas Islamic Economic Forum PIEF, artikel, Investor, Edisi 156, diterbitkan tanggal
4-16 Oktober 2006. Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Cabang Pembantu Bank Sumut Syariah
pada tanggal 20 Januari 2010. Bapak Fahmi Ichwan Siregar.
Universitas Sumatera Utara
http:docs.google.comviewer?a=vq=cache:pxVFmdPlgCgJ:katalog.pdii.lipi.go. idin, diakses terakhir tanggal 12 Maret 2010.
D. Surat Kabar
Hilman, Eko., Investamia, “Investor”, Edisi 156, tanggal 4-16 Oktober 2006. Tempo Edisi Nomor 38 Tahun XXII tanggal 21 November 1992.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP HUKUM PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA
A. Prinsip Perbankan Secara Syariah Tercantum Dalam Pancasila dan UUD
1945
Corak perbankan suatu negara sangat banyak dipengaruhi kondisi lingkungan, baik dari segi sosial budaya maupun segi alam dan sejarah
perkembangannya. Demikian pula corak perbankan Indonesia mempunyai kekhasan yang membedakannya dengan perbankan di negara lain. Kekhasan ini
banyak dipengaruhi oleh ideologi Pancasila, dan tujuan negara yang tercantum dalam UUD 1945 dan kemudian dijabarkan lagi dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara. Kekhasan yang terlihat jelas dalam kehidupan perbankan Indonesia
diantaranya:
41
1. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utamanya adalah sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarakat, dan bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak;
2. Perbankan Indonesia sebagai sarana untuk memelihara kesinambungan
pelaksanaan pembangunan nasional, juga guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
pelaksanaan perbankan Indonesia harus banyak memperhatikan keserasian, keselarasan, dan kesinambungan unsur-unsur Trilogi
Pembangunan;
3. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya
kepada masyarakat tetap harus senantiasa bergerak cepat guna menghadapi tantangan-tantangan yang semakin luas dalam perkembangan
perekonomian nasional maupun internasional.
41
Muhammad Syafi’i Antonio., Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Bank Indonesia dan Tazkia Institute, Jakarta, 1999, hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
Membicarakan masalah perbankan tidak mungkin terlepas dari pembicaraan tentang uang. Dalam Islam, uang dipandang semata-mata sebagai
alat tukar, bukan suatu komoditi. Oleh karena itu, uang dalam konsepsi Islam tidak dapat mengahsilkan suatu apapun. Dengan demikian bunga atau riba pada
uang yang dipinjam atau dipinjamkan adalah dilarang.
42
Prinsip perbankan secara syariah Islam bersumber pada prinsip Islam tentang uang. Karena uang tidak dibenarkan menghasilkan pertambahan riba,
maka bank Islam bank syariah dalam kegiatannya tidak bertumpu pada bunga. Penghasilan bank didapat melalui investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan. Kedudukan bank dalam hubungan dengan para nasabahnya adalah sebagai
mitra kerja investor dengan pengusaha, sedangkan dalam bank konvensinal hubungan bank dengan nasabahnya sebagai kreditur pihak yang berpiutang
dengan debitur pihak yang berutang.
43
Oleh sebab itu, secara terperinci, prinsip syariah mengandung hal-hal berikut ini:
44
1. Dihadapi bersama antara bank dengan nasabah dengan prinsip keadilan
dan kejujuran; 2.
Tindak mengenai kemungkinan terjadinya selisih negatif negative spread karena sistem yang digunakan;
3. Tindak bebas nilai;
4. Uang sebagai alat tukar bukan komoditi;
5. Bunga dalam berbagai bentuk dilarang; dan
6. Menggunakan prinsip bagi hasil dan keuntungan atas transaksi riil.
42
M. Abdul Mannan., Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1972, hal. 162.
43
Ibid, hal. 164.
44
Eko Hilman., Investamia, “Investor”, Edisi 156, tanggal 4-16 Oktober 2006, hal. 37.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan prinsip di atas, maka terlihat prinsip perbankan yang dikelola syariah sangat berbeda dengan perbankan yang pengelolaannya secara
konvensional.
B. Mudharabah dan Musharakah Dalam Wacana Fiqh Islam